Fokus pemenuhan sapi impor hanyalah untuk wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sementara di luar kedua wilayah tersebut relatif telah mampu melakukan swasembada sapi, namun harga daging sapi dapat ikut naik tajam ketika harus memenuhi pasokan ke Jakarta dan Jabar.
Harga daging sapi terus bergejolak tak pernah kembali normal, akibat tahun lalu pengurangan drastis kuota sapi impor untuk bakalan. Awal tahun ini pun sama keadaannya tak jauh berbeda. Ini pun masih diperburuk dengan masalah klasik infrastruktur yang menyebabkan biaya tinggi. Waktu tempuh lama akibat jauhnya tempat peternakan sapi menuju rumah potong hewan (RPH) dan pasar.Â
Belajar dari negara tetangga yang mampu melakukan pengendalian harga daging sapi yang terjangkau bagi rakyatnya. Maka Presiden Joko Widodo tak hanya menginginkan harga daging sapi di kisaran Rp 80 ribu, namun juga berkomitmen untuk dapat melakukan swasembada sapi hingga sepuluh tahun kedepan. Pembenahan dan penyediaan infrastruktur peternakan terus digenjot dengan dukungan investasi.Â
Namun dalam menjaga kestabilan harga daging sapi dan ketersediaannya di pasar, diperlukan sinergi dan saling memahami antar pemangku kepentingan (stakeholder). Ini juga tak lain untuk memangkas habis mafia / kartel pangan yang sangat merugikan kebutuhan penyediaan gizi masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H