Â
Dalam perhelatan Indonesian Petroleum Association Convention & Expo (IPA Convex) yang berlangsung 25-27 Mei 2016 lalu, PT Pertamina (Persero) kembali ikut berpartisipasi dengan berbagai rangkaian acara menarik seperti presentasi dari berbagai anak perusahaannya setiap hari. Pada hari terakhir menghadirkan presentasi pengembangan desa wisata migas (Petroleum GeoHeritage), sebagai konsep baru hubungan korporasi dalam kolaborasi dengan pihak pemangku kepentingan (stakeholders). Agus Amperianto (Field Manager Pertamina EP Asset 4 Cepu Field) menjelaskan pengalaman pengembangan desa wisata migas Petroleum GeoHeritage Teksas (Tekad Selalu Aman & Sejahtera) Wonocolo di Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro.Â
Selama puluhan tahun warga Wonocolo Bojonegoro menggantungkan hidup dari penambangan sumur minyak tradisional. Tentu ini ada masa keterbatasan produksi sehingga akan juga berpengaruh sebagai gantungan hidup. Penambangan tradisional yang berlebihan juga mempercepat kerusakan lingkungan hidup serta gangguan kesehatan para penambang.
Wilayah kerja Pertamina EP Asset 4 Field Cepu yang masih berproduksi, tentu saja membutuhkan dukungan dan partisipasi publik untuk memitigasi risiko sosial. Aspek sosial dan lingkungan hidup yang merupakan kendala dan tantangan bersifat non-teknis antara lain isu keamanan terkait pencurian minyak & fasilitas produksi, tumpang tindih lahan dengan penambangan batubara dan kehutanan, pungutan dan biaya sosial, tuntutan tenaga kerja serta perubahan regulasi.
Perlu adanya langkah konkret yang menjadi solusi terjaganya kelestarian lingkungan tanpa mengorbankan kesejahteraan rakyat penambangan tradisional. Kondisi riil di lapangan terjadi peningkatan kegiatan penambangan sumur tua secara masif dan belum professional serta kurangnya kesadaran akan aspek keselamatan & lingkungan. Sementara kondisi pemandangan alam serta kegiatan penambangan tradisional memiliki hal menarik, Â termasuk sejarah dan warisan penambangan sumur tua.Â
Berdasarkan pemetaan lapangan dan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threats), berikut beberapa aspek yang menjadi perhatian utama:
√kekuatan (strength); cadangan migas Field yang masih bisa dieksploitasi, kompetensi SDM Field, implementasi teknologi (EOR dan pressure maintenance untuk meningkatkan produksi), jaminan dukungan pemangku kepentingan (stakeholders ).
√tantangan (weakness); akurasi & validitas data subsurface, decline rate field > 18%-25%, kondisi infrastruktur operasi dan fasilitas produksi yang sudah tua & berada di remote area, serta penerapan SMHSE & CSMS masih lemah.Â
√peluang (opportunity); success ratio well intervention (Bor, Rep, Stim), eksekusi POFD (struktur marginal), reaktivasi sumur suspended & struktur idle, optimalisasi implementasi & sinergi Keg. EOR, menurunkan angka Low and Off, strategi lifting lapangan, sinergi antar Field (problem dan solusi relatif seragam ), renegoisasi kontrak-kontrak jasa semua Field).
√ancaman (threats); problem produksi (scale, KA, kepasiran, Lifting), isu keamanan terkait pencurian minyak & fasilitas produksi (illegal drilling & tapping), tumpang tindih lahan, isu sosial tenaga kerja (outsourcing).
Eksotika dan keunikan penambangan migas tradisional yang terjadi di puncak-puncak bukit merupakan satu-satunya di wilayah Indonesia bahkan Asia dan Dunia. Wilayah Bojonegoro yang terdapat sungai purba dan tempat penemuan fosil merupakan pusat peradaban yang patut dilestarikan. Pengembangan kawasan sumur tua sebagai obyek wisata diyakini sebagai pilihan tepat untuk melepaskan ketergantungan masyarakat dari penambangan minyak tradisional.Â
Program Desa Wisata Migas ini akan mampu merubah pola pikir masyarakat untuk terus menjaga daerahnya menjadi lebih baik, serta peningkatan kualitas penambangan yang aman, profesional dan ramah lingkungan. Partisipasi pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan taraf perekonomian bidang pariwisata, dengan memanfaatkan potensi alam, hutan jati serta kegiatan penambangan menjadi destinasi wisata yang unik.Â
Â
Terinspirasi dari wilayah minyak Texas (AS), wisata migas ini tak hanya sebagai wisata alam namun juga menjadi wisata pendidikan (edu-wisata). Sumur percontohan akan mengajak pengunjung belajar secara langsung proses penambangan hingga penyulingan secara tradisional, di tempat yang aman dan tertata bersih. Setelah itu dapat mengunjungi Museum Penambangan Minyak Tradisional.Â
Bagi pecinta fotografi akan banyak titik (spot) menarik angle foto yang unik dan eksotik. Tersedia pula arena kompleks outbound dan bumi perkemahan yang dikelilingi hutan jati. Untuk para petualang alam sejati tersedia pula jalur downhill, offroad serta trail & jeep adventure.
Soft-launching Desa Wisata Migas GeoHeritage Wonocolo ini telah dilakukan pada 27 April 2016 lalu, yang diresmikan oleh Suyoto (Bupati Bojonegoro) dan Rony Gunawan (Presiden Direktur Pertamina EP), beserta jajaran pemangku kepentingan lainnya seperti SKK Migas, Perhutani, Muspida Kabupaten Bojonegoro.Â
Dalam pengembangan wisata migas GeoHeritage Wonocolo ini, PERTAMINA berkomitmen memastikan keselamatan kegiatan hulu minyak dan gas bumi tetap bisa berjalan lancar serta mendukung peningkatan produksi pada lapangan eksisting Cepu, juga meningkatkan kelancaran proses produksi dengan memperkecil risiko gangguan sosial, keamanan dan lingkungan. Komitmen lainnya adalah menjadikan masyarakat lokal Wonocolo tidak hanya sebagai obyek, Â namun juga sebagai aset nilai investasi yang setara dan strategis dengan investasi sumur yang dimiliki negara. Komitmen pemenuhan aspek compliance yang berlaku di industri migas dalam penyadaran lingkungan sosial Wonocolo sebagai mitra pengelolaan lingkungan hidup.
Dampak positif pengembangan desa wisata migas ini antara lain:
√semakin banyaknya kunjungan wisatawan dan terbukanya kesempatan lapangan usaha baru. Pendapatan warga dan pajak daerah meningkat. Program bantuan pembangunan desa dari pemerintah semakin mengalir dan turut mendorong terangkatnya produk dari desa binaan CSR Pertamina EP.Â
√semakin tinggi tingkat kepedulian warga terhadap kemajuan desa seiring adanya lapangan usaha baru kepariwisataan yang meningkatkan taraf perekonomian.Â
√penambang tradisional lebih sadar aspek keselamatan dan sangat berwawasan lingkungan dengan edukasi sumur percontohan.Â
√potensi desa dapat maksimal dengan menjadi destinasi wisata baru, juga sejarah dan warisan penambangan tradisional dapat dilestarikan dan memberikan manfaat yang berkelanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H