Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PMI & ITB Luncurkan Data Riset Kerentanan Iklim DAS Ciliwung

24 April 2016   22:51 Diperbarui: 24 April 2016   23:02 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tom Alcedo mengatakan bahwa sangatlah penting bagi para pemangku kepentingan di wilayah DKI Jakarta dan wilayah penyangganya untuk mengedepankan koordinasi dan komunikasi, dalam upaya mengurangi dampak bencana iklim yang terjadi di wilayah DAS Ciliwung. Hal ini diharapkan akan bukan hanya bermanfaat bagi masyarakat Jabodetabek, tetapi bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Irmansyah menjelaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta sangat terbantu dengan data infografis dan videografis, sebagai rujukan informasi untuk penataan yang lebih baik sedini mungkin kawasan DAS Ciliwung. Ternyata produksi sampah Jakarta mencapai 6620 ton per hari, dimanà 30% merupakan sampah plastik. Pengurangan penggunaan plastik terus digalakkan dengan intensif. Komitmen Kotamadya Jakarta Selatan yang mendukung keuangan penataan daerah resapan air hilir DAS Ciliwung di wilayah Kabupaten Bogor. Sinergi ini tentu akan menopang daya dukung kenyamanan kota Jakarta serta daya dukung lingkungan yang lebih baik bagi kota penyangga di sekitar Jakarta.

[caption caption=" "]

[/caption]

Setelah peluncuran hasil riset pemetaan kerentanan iklim DAS Ciliwung, kemudian dilanjutkan dengan diskusi publik mengenai hasil riset tersebut. Diskusi dengan moderator Dino Argianto (Koordinator Program AmRedCross) menghadirkan narasumber DR. Armi Susandi (Ketua Tim Peneliti Kebencanaan Iklim ITB), Yayat Supriatna (Ahli Planologi Universitas Trisakti), Arifin M Hadi (Kepala Divisi Penanggulangan Bencana PMI Pusat).

Armi Susandi menjelaskan riset ITB ini menggunakan model iklim cerdas (smart climate model) dengan tingkat akurasi prediksi mencapai 90% untuk prediksi curah hujan, dimana telah terverifikasi di berbagai negara. Proyeksi curah hujan memasukan parameter perubahan tata guna lahan, populasi, penduduk, jenis tanah dan parameter lainnya menghasilkan proyeksi ketersediaan air tanah di wilayah Jakarta Utara dan sekitarnya. 

Sementara simulasi kenaikan muka laut di Jakarta Utara menggunakan Digital Elevation Model (DEM) IFSAR resolusi 5 meter, dimana sudah mempertimbangkan penurunan permukaan tanah yang terjadi. Basis data riset ini berada di 19 titik stasiun pengamatan curah hujan dan 7 titik stasiun pengamatan temperature yang tersebar di Bogor, Depok dan Jakarta.

Riset ini difokuskan pada kajian kondisi iklim dan kenaikan muka laut, dengan mempertimbangkan perubahan tata guna lahan serta perubahannya di masa yang akan datang pada wilayah yang dilewati aliran Sungai Ciliwung, yaitu Kabupaten Bogor, Kota Depok, Jakarta Utara dan sekitarnya. Aspek dampak iklim yang dikaji adalah potensi curah hujan ekstrim, ketersediaan air dan kenaikan muka laut di masa mendatang. 

Aspek kapasitas adaptif yang dikaji untuk merespon bencana tersebut adalah infrastruktur, ekonomi, teknologi, sosial, kemampuan/pengetahuan, serta opsi adaptasi yang sesuai karakteristik dampak perubahan iklim di wilayah kajian. Riset ini menghasilkan 4 model proyeksi secara spasial yaitu proyeksi curah hujan, temperature, kebencanaan, kapasitas adaptif, kerentanan dari 2015-2035, serta pilihan tindakan mitigasi kebencanaan opsi adaptasi jangka panjang yang sesuai bagi pemerintah, swasta, masyarakat, serta adaptasi bersifat cross boundary di aliran Sungai Ciliwung.

Hasil riset menunjukkan peningkatan indeks kerentanan dan perluasan area terdampak di ketiga wilayah kajian dari tahun ke tahun. Indeks kerentanan iklim Jakarta Utara (rata-rata sebesar 0,8), Depok (rata-rata 0,7), Kabupaten Bogor sekitarnya (rata-rata 0,55) pada tahun 2035. Wilayah Kota dan Kabupaten Bogor bagian selatan memiliki kerentanan tertinggi.

 Untuk wilayah Depok ada di bagian selatan dan timur. Untuk wilayah Jakarta umumnya mengikuti pola index bencana, tertinggi di wilayah tengah dan utara serta sebagian kecil Jakarta Timur. Untuk bagian barat, selatan dan sebagian timur berindeks rendah. Berdasarkan kondisi geografis , potensi bencana iklim di Bogor adalah potensi tanah longsor dan banjir, sementara potensi banjir akan melanda Depok dan Jakarta.

Selain rekomendasi hasil riset, terdapat adaptasi bersifat cross boundary yang perlu dilakukan. Adaptasi wilayah Bogor diantaranya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun