Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Inilah Para Juara FFPI 2015, Indonesiaku Banget dan Kebanggaan Kita Semua

24 Januari 2016   20:27 Diperbarui: 24 Januari 2016   20:27 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ali-Ali Setan" merupakan film yang berkisah tentang demam batu akik di Kabupaten Purbalingga mulai dari petinggi kabupaten hingga murid sekolah dasar. Perseteruan dua murid sekolah dasar yang menjadi korban demam batu akik inilah,  yang menjadi jalinan cerita. Klik di balik layar (behind the scene) untuk melihat aktivitas proses syutingnya.

"Ojo Sok-Sokan"  mengisahkan keseharian kehidupan mahasiswa yang mengupas tingkah laku mereka di warung angkringan sekitar kampus. 

Tradisi berbagi makanan di hari raya lebaran menjadi tema film "Opor Operan". Berawal dari seorang ibu yang membuat opor, kemudian mengirimnya ke tetangganya. Tetangga ini ternyata kemudian mengirim ke tetangga lainnya, tapi bukan hasil masakannya melainkan kiriman tetangga tadi. Ini terus berlanjut ke tetangga lainnya. Nah akhirnya menu masakan opor ini terkirim lagi (teroper) ke pembuat aslinya,  namun telah berkurang jumlah porsi ayam opornya. 

Kisah seorang anak berambut gimbal di Wonosobo yang akan mengalami tradisi ruwatan, yang juga memendam impian besar bepergian ke luar negeri namun memiliki phobia terhadap hewan kecil yang namanya kodok dalam film "Ruwat".

Film "Coblosan"  mengisahkan suasana pemilihan kepala desa, mulai dari masa kampanye hingga coblosan dan terpilihnya Kades yang baru. Konflik batin antara memilih calon Kades petahana dan calon Kades pembawa perubahan baru. Klik di balik layar (behind the scene)  untuk melihat aktivitas proses syutingnya.

Kisah beberapa anak yang berusaha mengembalikan mainan yang ditilep temannnya dari penjual keliling aneka mainan anak dengan cara cerdas yang kekinian,  dapat disaksikan dalam film "Nilep". Anak perempuan yang religius terus berupaya menyadarkan kawannya yang berusaha menghalalkan cara menilep (mengutil), tersaji melalui percakapan jenaka yang akan membuat tersenyum. 

Film "Bubar, Jalan! " merupakan kisah yang terinspirasi pengalaman masa kecil sang sutradara ketika menjadi pemimpin upacara bendera untuk pertama kalinya ketika sekolah dasar. Sang anak sambil menahan kegugupan dan  keringat yang deras keluar dari tubuhnya, masih dapat menjalankan fungsinya. Ketika penaikkan bendera merupakan puncak kegugupannya. Mungkin sang anak sambil memejamkan mata tak menyadari bahwa Sang Saka Merah Putih telah berkibar secara sempurna. Ketika pembina upacara beberapa kali memberi kode untuk selesai,  sang anak pemimpin upacara tersadar kaget dan memberikan perintah "Bubar, Jalan! ". Para peserta upacara bubar beneran, padahal upacara belum usai. Klik di balik layar (behind the scene) untuk melihat aktivitas proses syutingnya.

Bimo Setiawan (Direktur Utama Kompas TV) dalam sambutannya menyatakan bahwa Kompas TV akan selalu mendukung upaya pengembangan karya terbaik sineas muda, dan juga sangat mengapresiasi semangat luar biasa para peserta finalis dan para dewan juri. Janganlah berhenti untuk terus berkarya karena merasa terbatasnya media tempat menampilkan karya seperti bioskop dan televisi. Namun dengan teknologi 4G saat ini dengan perangkat handset yang telah terjangkau dibawah satu juta rupiahpun,  kita telah dapat melihat hasil karya film baik itu film berdurasi panjang maupun pendek dimanapun dan kapanpun. 

Sementara Angga Dwimas Sasongko (Founder & CEO Visinema Pictures) yang hadir sebagai juri tamu, merupakan sutradara film "Hari Untuk Amanda" (2009) dengan delapan nominasi Piala Citra 2010 serta sutradara/produser beberapa judul film seperti "Filosofi Kopi" (2015), "Cahaya Dari Timur" (2013).

Angga menjelaskan kenapa dirinya melakukan penilaian tidak berpatokan pada konteks teknik produksi seperti materi konten (plot, alur cerita). Pembuat film memiliki latar belakang yang berbeda seperti yang masih pelajar sekolah, hanyalah seorang penggemar film. Maka ia menilai pada cara penggunaan kamera, mengerti pemotongan gambar sebagai bagian membangun struktur, kemampuan mengarahkan para pemain dengan pendekatan lebih realistik. Film akan lebih bermakna jika sebagai sumber media bercerita, bukan sebagai media berorasi. 

Inilah para pemenang FFPI 2015 kategori pelajar:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun