Mongol juga terus berupaya memperbaiki diri kualitas hidupnya demi putri semata wayangnya yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar. Tak lupa berusaha agar sang putri tidak melihat di televisi segala akting Mongol yang sangat berbeda di kehidupan seharian. Mongol juga meyakinkan jika adegan sebagai bencong di salah satu film layar lebarnya hanyalah tuntutan pekerjaan. Ketika sudah di rumah tentu akam kembali normal sebagai lelaki tulen dan ayah yang baik bagi putrinya.Â
Terinspirasi oleh Tukul yang berinvestasi pada bisnis rumah kontrakan, maka Mongol pun berinvestasi pada beberapa apartemen di kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Selatan. Selain itu di Manado membuka usaha rental mobil dengan puluhan unit berbagai merek.Â
Ketika ditanya lebih enak mana main film dan stand-up comedy, Mongol menjawab stand-up comedy lah yang cuma 15 menit langsung pulang. Kalo film kan tak tentu jadwalnya, Â bisa dari pagi sampai pagi esok harinya. Terlihat lho sesuatu yang berada ditangan kanannya menandakan kesuksesan yang telah diraih.Â
Mongol sangat senang dengan kondisi perfilman di tanah air yang mulai dapat bangga dan menonton film karya anak negeri sendiri. Ini terlihat dari banyaknya produksi film bertema drama religi, action dan horor yang tidak mengumbar hal-hal berbau seksualitas, dengan kualitas skenario yang baik pula. Â "Jika saat ini film Hollywood memiliki nilai 100, maka film Indonesia saat ini bernilai 98," ucap Mongol. Lalu ia mengatakan bahwa tidak anti film asing, tetapi sudah saatnya film nasional menjadi raja di negeri sendiri dengan 2 film asing dan 2 film Indonesia dalam penayangan di satu bioskop.Â
Â
Â
#MongolStress #OopsAdaVampir
Keterangan: semua foto merupakan dokumentasi pribadi penulis dan dijepret menggunakan kamera smartphone Dual LED Flash 5MP dan 2MP seharga delapan ratus ribu rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
