Semua kepedulian terhadap peningkatan kualitas pendidikan yang menjunjung tinggi kejujuran ini, tak terlepas dari penentangan praktek kecurangan sistem Ujian Nasional. Pada tahun 2006 saat menjalani Ujian Nasional di bangku SMP kelas 3 sekolah unggulan, ia menentang praktek kecurangan ujian oleh siswa yang menyontek hingga guru yang memberikan bocoran jawaban. Namun Andri Rizki mendapat intimidasi dan dianggap irasional dan jika tidak mengikuti arus yang berlaku di masyarakat dianggap aneh. Ketika ingin melapor ke ICW dan KPK, mereka mengatakan hanya bisa mengekspos saja (jangan ditiru ya, karena kapasitas setiap anak sangat berbeda dan perlu anugerah luar biasa dari Sang Maha Pencipta). Ketika anak berusia 14 tahun marah akibat putus cinta, Andri Rizki mengubah rasa marah dengan produktif untuk belajar.Â
Diterima di SMA unggulan dengan beasiswa dan prestasi cemerlang, Â Andri Rizki memutuskan berhenti di bulan kedua masuk SMA (diingatkan lagi jangan ditiru karena kapasitas setiap anak sangat berbeda dan perlu anugerah luar biasa dari Sang Maha Pencipta). Selain terlanjur kecewa dengan sistem pendidikan formal, juga telah mempelajari bahwa pendidikan paket C memiliki kelebihan tersendiri. Atas restu sang ibunda, Andri Rizki memutuskan keluar dari SMA, Â untuk mengikuti program akselerasi pendodikan kesetaraan program Paket C. Hanya membutuhkan waktu satu tahun menyelesaikan pendidikan setara SMA nya, kemudian Andri Rizki kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Lulus berpredikat cum-laude dengan masa perkuliahan dalam 6 semester.Â
Andri Rizki mengatakan bahwa semua raihan ini bukanlah karena kepintaran, melainkan memegang nilai yang baik. Sesuatu yang dimulai dari kebaikan, hasilnya akan lebih baik pula. Dibutuhkan pula sikap ikhlas dalam mengelola risiko. Tentu kepasrahan (pada Sang Pencipta) dan tidak pernah terlalu berharap (dilihat orang), dapat di-implementasikan melalui ide kecil yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kisah inspiratif ini dapat juga dibaca melalui buku berjudul "Orang Jujur Tidak Sekolah" yang ditulis sendiri oleh Andri Rizki.Â
Ada tiga pilar kekuatan terbesar Andri Rizki dalam menanamkan pendidikan yang jujur dan berintegritas, yaitu keyakinan (faith), doa, dan restu orang tua.Â
Keterangan: foto pertama di-screenshot dari akun IG @AndriRizkiPutra, Foto ketiga di-screenshot dari akun twitter @RaffaZaputra ; foto kedua, keempat dan kelima merupakan dokumentasi pribadi penulis dan dijepret menggunakan kamera smartphone Dual LED Flash 5MP & 2MP seharga delapan ratus ribu rupiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H