Dalam permasalahan kehidupan yang kompleks di tanah air dalam hal infrastruktur mulai dari ketersediaan air bersih, jalan berlubang, kemacetan, banjir, ketersediaan fasilitas perumahan layak huni, hingga permasalahan kemarau panjang, gempa bumi dan tsunami.Â
Tantangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur yang diamanatkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) semakin meningkat dengan signifikan. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR sebagai tulang punggung teknologi penyelenggaran PUPR dan lembaga intermediasi antar pengembang teknologi, harus bergerak cepat dan mampu menjawab tantangan zaman dengan menghasilkan inovasi produk teknologi terapan untuk pembangunan berkelanjutan.Â
Balitbang PUPR dengan organisasi Sekretariat Balitbang berperan sebagai fasilitator pendukung Puslitbang Sumber Daya Air (Pusair), Puslitbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan), Puslitbang Perumahan dan Permukiman (Puskim) dalam pemenuhan solusi kebutuhan teknologi PUPR/ masalah yang dihadapi pemangku kepentingan (stakeholders). Sementara Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi (PKPT) memastikan produk standar siap pakai dan siap diproduksi secara massal serta dapat dimanfaatkan oleh stakeholders.Â
Saat ini Balitbang telah mengembangkan Pusat Informasi yang terletak di Gedung Heritage Kompleks Kementerian PUPR Jakarta Selatan, dimana pusat informasi terkait Balitbang akan mudah diperoleh. Pusat Informasi ini akan tersambung dengan Pusat Pelayanan Umum di masing-masing Puslitbang dan Balai di daerah.Â
Pusat Informasi yang dinamakan PINTU (Pusat Informasi Terpadu), secara resmi digunakan dalam acara soft-launching oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto MSc pada 5 Desember 2015 lalu. Â Peresmian PINTU ini dihadiri oleh Ir. Bernaldy ,CES (Sekretaris Balitbang Kementerian PUPR), Dr Ir William Putuhena M.Eng (Kepala Pusair Balitbang Kementerian PUPR), Prof(R) Dr Ir Arief Sabaruddin (Kepala Puskim Balitbang Kementerian PUPR), Ir.Herry Vaza, M.Eng.Sc (Kepala Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR), Ir Bobby Prabowo, CES (Kepala PKPT Balitbang Kementerian PUPR), Ir. Mirna Amin, MT (Staf Ahli Bidang Hubungan Antara Lembaga Kementerian PUPR), Velix Wanggai,SIP,MA (Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian PUPR) dan 50 blogger Kompasiana yang memiliki julukan bukan jurnalis tapi jago nulis.Â
Harapannya PINTU akan dapat membuka simpul-simpul pusat informasi di daerah, yang kelak PINTU akan menjadi bagian dari pelayanan umum kepada masyarakat dan mampu mendukung pencapaian target Kabinet Kerja.Â
Setelah peresmian selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan Kompasiana Nangkring bersama Balitbang Kementerian PUPR bertemakan Hadirkan Solusi Seiring Inovasi. Perbincangan dengan moderator Wardah Fajri (Admin Kompasiana) menghadirkan narasumber Ir. Leonarda Ibnu Said MSc (Indonesia Hydrologycal Society), Ir Dendy Priandana ( Kepala Dinas Pekerjaan Umum & Bina Marga Kota Tangerang Selatan) dan Arie Setiadi Moerwanto (Kepala Badan Penelitian & Pengembangan Kementerian PUPR).
Untuk permasalahan sampah dapat dilakukan dengan hal sederhana melalui metode 3R (reduce, reuse, recycle). Reduce untuk mengurangi produksi sampah. Masyarakat diharapkan mampu membuat kebutuhan prioritas sehingga tidak menghasilkan sampah dari pemenuhan kebutuhan konsumtif berlebihan. Reuse menggunakan kembali barang yang tak terpakai, misalkan ketika hendak mencetak (print) dengan kertas yang berhalaman kosong pada bagian belakang kertas bekas tak terpakai. Recycle mendaur ulang kembali barang seperti botol plastik, kertas maupun botol beling.
Banjir merupakan air yang melimpah dalam permukaan dan tidak tertampung, mengalir di dataran rendah dari dataran tinggi. Banjir sering menyebabkan macetnya jalanan. Saat ini di Jakarta telah banyak dibangun polder untuk mengatasi banjir/rob.
Nah untuk pencapaian pengelolaan sanitasi tersebut haruslah dimulai dari tingkat kecil yaitu keluarga. Kampanye lingkungan bersih telah dimulai dengan terpilihnya Duta Sanitasi berusia 7-15 tahun mewakili daerahnya melalui ajang Jambore Sanitasi. Diperlukan pemaksaan kedisiplinan, namun perlu sekali teladan para pemimpin untuk memulainya.Â
Dendy Priandana menjelaskan kota Tangerang Selatan (Tangsel) memiliki luas wilayah 14700 hektar dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa. Pengalihan aset dari Kabupaten Tangerang yang belum lama diserahterimakan seperti Pasar Jombang dan Pasar Ciputat, pengelolaan sampah diakui masih kurang terurus. Ini juga menyangkut masalah habit para warga kotanya. Dengan melakukan pemilahan sampah yang baik, tentu biaya pengolahan sampah akan sangat rendah. Korea dan Singapore telah disiplin melakukan penerapan ini. Sementara kita masih harus mengeluarkan biaya yang sangat tinggi untuk pengolahan sampah, dikarenakan masih bercampurnya berbagai jenis sampah ditumpuk menjadi satu. Pembentukan bank sampah yang bersinergi dengan program TPS-3R diharapkan mampu mengubah habit warga untuk lebih peduli masalah lingkungan yang bersih dan sehat.Â
Wilayah kota Tangsel yang merupakan pintu masuk menuju Jakarta, terus berbenah meningkatkan kualitas infrastruktur tentunya bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya seperti Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan Kementerian PUPR. Penanganan banjir dengan normalisasi situ-situ dan memperbesar saluran air yang berukuran kecil. Proyek baru permukiman/ perumahan/ apartemen tidak diperbolehkan langsung melakukan pembuangan ke saluran yang sudah existing dan harus terintegrasi sesuai aturan yang ada. Turut diwajibkan pembuatan tandon, sumur resapan. Dari yang awalnya terdapat 31 titik banjir di kota Tangsel, kini menjadi hanya 20 titik banjir.Â
Peningkatan kapasitas jalan raya terus dilakukan, beberapa jalan utama kini memiliki lebar 24-32 meter. Rencana angkutan massal dengan rute subway Puspiptek Serpong - Bandara Soekarno Hatta. Lalu pengembangan jalur LRT kota Tangsel sampai LebakBulus/ Fatmawati, tentunya hal ini perlu koordinasi intensif dengan Pemprov DKI Jakarta.Â
Arie Setiadi Moerwanto mengatakan bahwa masalah utama adalah kerusakan lingkungan. Tingginya emisi gas rumah kaca disebabkan sampah yang ditumpuk tanpa dipilah kemudian dibakar. Air lindi tumpukan sampah akan dapat merusak air bawah tanah terdalam (sistem mata air). Inovasi Tungku Sanira (Tungku Pembakaran Sampah Nir Racun) merupakan tungku pembakaran sampah organik dan anorganik berukuran 10-20 cm kecuali kaca dan logam. Teknologi ramah lingkungan tanpa limbah karena tidal menggunakan bahan bakar minyak.Â
Inovasi Puskim Balitbang PUPR lainnya adalah TPA Semi Aerobik yang memiliki keunggulan memperbaiki kualitas leachate BOD 163,78 mg/L, COD 257,37 mg/L mengurangi terbentuknya gas metan 7-11%. Konsep TPA ini sebagai reuseable landfill dan mining landfill. Kompos hasil penambangan dapat digunakan sebagai bahan penutup penimbunan sampah, sehingga TPA bisa berkelanjutan. Sementara teknologi revitalisasi TPA Open Dumping berbentuk semi aerobic landfill dan anaerobic landfill, dengan keuntungan mendapatkan tanah penutup dan kompos hasil penambangan serta lahan bekas penambangan dapat dimanfaatkan kembali sebagai lahan TPA yang terkendali.Â
Kata kunci yang perlu ditekankan adalah disiplin. Janganlah membuang sampah ke dalam sungai. Pompa air pada polder/bendungan yang seharusnya dapat bekerja 24 jam, tapi hanya dapat beroperasi 12 jam karena penumpukan sampah. Sistem Polder yang dikembangkan Pusair Balitbang Kementerian PUPR merupakan manajemen pengendalian air terintegrasi yang dikelola atas partisipasi masyarakat, pemerintah dan dunia usaha sekitar lokasi polder tersebut. Revitalisasi situ-situ untuk pengendalian debit air dan penggunaan ruang bawah tanah untuk teknologi pengolahan limbah agar yang masuk ke dalam tanah relatif sedikit. Teknologi sederhana TPS-3R untuk pengolahan sampah dengan memilah kemudian sampah basah di-komposter untuk menjadi pupuk organik.Â
Kepadatan penduduk di Pulau Jawa menganggap kemewahan kebutuhan papan berupa landed-house, telah menyebabkan semakin sempitnya lahan dan tak terjangkaunya kebutuhan perumahan serta permukiman. Solusinya adalah pengembangan rusunami, rusunawa, apartemen untuk kalangan Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Teknologi Risha hasil inovasi Puskim Balitbang PUPR telah menjawab permasalahan permukiman. Aplikasi teknologi Risha merupakan rumah ramah lingkungan dengan sistem bongkar pasang, yang dapat dibangun di daerah tanggap bencana. Tidak mudah memindahkan penduduk yang akan enggan pergi dari tempat tinggal yang dekat tempat bekerjanya.
Tidak meratanya persebaran penduduk dengan terkonsentrasi di Pulau Jawa, dapat mengganggu kebutuhan sanitasi penduduknya. Luas Jawa yang hanya 7% dari wilayah Indonesia dan potensi air hanya 4%, tetapi dihuni 57% jumlah penduduk nasional. Solusi Balitbang Kementerian PUPR adalah membentuk 35 Pusat Pengembangan Wilayah untuk membuka simpul-simpul agar persebaran penduduk merata dengan kemudahan jalur transportasi dan logistik.Â
Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang lebih cepat dibanding ketersediaan infrastruktur jalan, telah menyebabkan kemacetan luar biasa sepanjang hari. Balitbang Kementerian PUPR untuk melakukan koordinasi antar lembaga telah melakukan sistem komunikasi teleconference, melakukan diskusi maupun rapat kerja cukup melalui kantor kerja masing-masing. Teknologi yang digunakan tidak perlu canggih dan mahal, cukup dengan seperti Skype dan video call.
Inovasi yang telah dikembangkan Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR adalah Plato 2 perangkat lunak (software) yang dapat menghitung jumlah sepeda motor roda dua yang sedang melintas di jalan, Sindila-01 adalah perangkat lunak (software) merupakan bagian manajemen lalu lintas (Traffic Management Centre) yang akan memberikan informasi kondisi lalulintas ruas jalan yang akan dilewati. Inovasi lainnya Ruang Henti Khusus (RHK) Sepeda Motor di Persimpangan Bersinyal. Penumpukan sepeda motor selama fase lampu merah di mulut mulut persimpangan dapat mengganggu kinerja persimpangan dan ruas jalan. RHK memberi tempat khusus sepeda motor untuk menunggu dan bergerak lebih cepat saat lampu berubah menjadi hijau, sehingga tidak mengganggu shock wave yang disebabkan oleh pergerakan lampu hijau. Diharapkan berguna memperbaiki kinerja persimpangan jalan dengan biaya rendah, meningkatkan disiplin lalu lintas pengendara sepeda motor, melancarkan arus lalu lintas.
Artikel terkait Produk Balitbang PUPR:
Pusair Balitbang PUPR: Begini Cara Mengatasi Banjir dengan Sistem Polder
Puskim Balitbang PUPR:Saatnya Aplikasi Rumah Instan Sederhana Sehat
Pusjatan Balitbang PUPR: Menghitung Jumlah Sepeda Motor dengan Plato 2
Puskim Balitbang PUPR: Saat Mengelola Sampah Saatnya 3R
Pusjatan Balitbang PUPR: Saatnya Sistem Informasi Dini Lalu Lintas
Â
Artikel terkait SDGs/Habitat Kementerian PUPR:
Urbanisasi Berkelanjutan ala Walikota Gila Taman
Dibuang Sayang:
Keterangan: semua gambar merupakan dokumentasi Balitbang Kementerian PUPR yang difoto / di-screenshot oleh penulis. Semua foto acara nangkring merupakan dokumentasi pribadi penulis dan dijepret menggunakan kamera smartphone Dual LED Flash 5MP & 2MP seharga delapan ratus ribu rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H