Aktivitas kehidupan masyarakat perkotaan yang penuh mobilitas nyaris sepanjang hari, tentunya akan menimbulkan pengaruh yang besar pada keadaan jiwa dan raga. Apalagi untuk para penghuni kota megapolitan seperti Jakarta Raya yang sangat padat populasi penduduk, mobilitas kendaraan bermotor hingga tingkat polusi lingkungannya yang sangat tinggi. Harmonisasi jiwa dan raga akan dapat terganggu jika tidak dapat mengelola kompleksitas kehidupannya.
Tak heran pada akhir pekan pusat perbelanjaan, taman rekreasi hingga kawasan wisata penuh sesak oleh lautan manusia yang ingin menghilangkan sejenak kepenatan hidupnya. Pusat perbelanjaan menjadi daya tarik utama karena selain menyediakan toko kebutuhan sandang & pangan, ada juga yang menyediakan tempat rekreasi / arena bermain yang dapat dinikmati bagi seluruh anggota keluarga. Namun bagi yang ingin menikmati kesegaran udara dan keindahan alam, tentunya akan berkunjung ke kawasan wisata di luar kota maupun luar pulau. Teringatlah kalimat perkataan Amsal :
Kota yang kuat
bagi orang kaya ialah hartanya,
tetapi yang menjadi kebinasaan bagi orang melarat
ialah kemiskinan.Â
Bila orang benar mujur,Â
beria-rialah kota,Â
dan bila orang fasik binasa,Â
gemuruhlah sorak sorai.Â
Berkat orang jujur
memperkembangkan kota,Â
tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.Â
Siapa mengumpulkan pada musim panas,Â
ia berakal budi,Â
siapa tidur pada waktu panen
membuat malu.Â
Tangan yang lamban membuat miskin,Â
tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.Â
Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya,Â
susah payah tidak akan menambahinya.Â
Â
Nah, ada salah satu destinasi yang menarik di sekitar Jakarta, tepatnya di kawasan Sentul City Cikeas Bogor. Jarak tempuh dari kawasan Jembatan Semanggi berjarak 54,6 km (jika menggunakan jalur tol Jagorawi membutuhkan waktu 1 jam 36 menit) atau berjarak 57 km (jika menggunakan jalur tol Lingkar Luar Jakarta - TMII - TB.Simatupang dan Jagorawi membutuhkan waktu 1 jam 48 menit).
Dikenal sebagai Pasar Ah Poong (Apung Floating Market), destinasi wisata ini menyediakan keindahan alam, kesegaran udara dan tentunya berbagai macam sajian kuliner baik yang bercitra rasa tradisional nusantara maupun yang modern. Â
Kita dapat berjalan kaki menyusuri area yang berbukit menikmati indahnya alam dan segarnya udara. Tampak di kejauhan (foto diatas) ada jembatan gantung  kayu yang dapat bergoyang sesuai irama pengunjung yang melewatinya. Teringatlah kalimat perkataan Amsal:
Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati,
menuju hidup,Â
tetapi siapa yang mengejar kejahatan,
menuju kematian.
Jalan orang salehÂ
diratakan oleh kebenarannya,Â
tetapi orang fasik jatuh
karena kefasikannya.Â
Orang benar tidak terombang-ambing
untuk selama-lamanya,Â
tetapi orang fasikÂ
tidak akan mendiami negeri.Â
Jalan Tuhan adalah perlindunganÂ
bagi orang tulus,Â
tetapi kebinasaanÂ
bagi orang yang berbuat jahat.Â
Langkah orang ditentukan oleh Tuhan,Â
tetapi bagaimanakah manusiaÂ
dapat mengerti jalan hidupnya?Â
Â
Harapan yang tertundaÂ
menyedihkan hati,Â
tetapi keinginan yang terpenuhi
adalah pohon kehidupan.
Â
Pada posisi sebelah kanan terlihat dua keluarga sedang menikmati bermain dan berbagi kegembiraan dengan gerombolan ikan. Teringatlah kalimat perkataan Amsal:
Hadiah suapan adalah seperti mestika
di mata yang memberinya,
ke mana juga ia memalingkan muka,Â
ia beruntung.
Perkataan yang menyenangkan
adalah seperti sarang madu,Â
manis bagi hati
dan obat bagi tulang-tulang.Â
Kekuatiran dalam hati
membungkukkan orang,
tetapi perkataan yang baik
menggembirakan dia.Â
Â
Orang benar makan sekenyang-kenyangnya,Â
tetapi perut orang fasik menderita kekurangan.
Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya,
ia dikenyangkan oleh hasil bibirnya.Â
Orang yang kenyang menginjak-injak madu,Â
tetapi bagi orang yang laparÂ
segala yang pahit dirasakan manis.Â
Â
Tampak pula seorang pendayung yang sedang bertugas mengantarkan sebuah keluarga yang ingin merasakan sensasi berlayar dengan perahu. Teringatlah kalimat perkataan Amsal:
Hasil orang benarÂ
adalah pohon kehidupan,Â
dan siapa bijak,Â
mengambil hati orang.Â
Siapa banyak memberi berkat,
diberi kelimpahan,
siapa memberi minum,Â
ia sendiri akan diberi minum.
Siapa mengejar kebaikan,Â
berusaha untuk dikenan orang,Â
tetapi siapa mengejar kejahatanÂ
akan ditimpa kejahatan.Â
Upah pekerjaan orang benarÂ
membawa kepada kehidupan,
penghasilan orang fasik
membawa kepada dosa.Â
Lebih baik menjadi orang kecil,Â
tetapi bekerja untuk diri sendiri,Â
daripada berlagak orang besar,Â
tetapi kekurangan makan.Â
Â
Akhirnya setelah merasakan santapan jasmaniah yang masuk melalui mulut, sudah seharusnya menenangkan jiwa dan raga. Akan ada sesuatu rasa yang salah ketika jiwa mengalami ketidaktenangan dan raga mengalami disharmoni fungsi. Santaplah yang sesuai dengan kebutuhan tubuhmu, batasilah menyantap apa yang menjadi keinginan kenikmatan sementara. Agar kita terus dapat menjelajah dan merasakan indahnya pesona keanekaragaman Indonesia, serta ikut berbagi untuk pertumbuhan berkelanjutan dalam menjaga warisan keindahan, keunikan dan kearifan lokal bangsa yang besar ini. Â Â Â
Â
Â
Artikel Terkait:
Indonesia Diversity: Saatnya Perjalanan yang Bermakna
Â
#ID_Community #Indonesiaku #IndonesiaDiversity #PesonaIndonesia
Keterangan: semua foto merupakan dokumentasi pribadi penulis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI