Mohon tunggu...
Emanuel Pratomo
Emanuel Pratomo Mohon Tunggu... Freelancer - .....

........

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gara-gara Gado-gado

18 Oktober 2015   17:19 Diperbarui: 18 Oktober 2015   17:19 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wilayah Indonesia yang agraris dipenuhi oleh berbagai potensi berbagai macam kandungan bahan pangan/makanan. Keanekaragaman setiap daerah dalam menyajikan keunikan kuliner yang khas tradisional, telah menjadi daya tarik berbagai kalangan untuk mencicipinya langsung di tempat asalnya. Inilah yang menjadi sebuah trend gaya hidup yang dikenal sebagai wisata kuliner. Berwisata dalam era saat ini tidak sekedar melancong melihat keindahan alam maupun bangunan, tetapi saat ini ada kalangan yang berwisata khusus untuk menikmati kekhasan kuliner suatu daerah.

Sajian kuliner tradisional saat ini telah mengalami modernisasi terutama dalam hal pengemasan (packaging) agar dapat dinikmati para pecintanya hingga seluruh dunia.  Maka tak heran kini kuliner seperti rendang dalam kemasan dapat ditemui di berbagai belahan dunia. Bakso, sate, nasi goreng semakin populer dan mendunia berkat 'promosi' Presiden AS Barack Obama ketika akan berkunjung ke Indonesia beberapa tahun lalu. 

Ternyata ada kuliner lain yang telah mendunia dan mudah di jumpai di seantero Jakarta baik di penjaja keliling, warung/outlet kecil hingga resto bahkan hotel berkelas. Namanya tentu saja gado-gado. Kuliner yang satu ini pernah meraih juara pertama kategori tampilan sajian estetika pada lomba masak internasional di Napoli Italia pada tahun 2010 lalu. Lalu apa istimewanya?  

Gado-gado merupakan perpaduan sayuran kukus / rebus (bayam, kol, taoge, kacang panjang, labu siam, kentang), tahu, tempe, telur yang disiram dengan bumbu kacang (cabai, kacang tanah, garam, bawang putih, gula merah) yang gurih. Pelengkap menu biasanya lontong dan taburan emping atau kerupuk.

Untuk bumbu kacang bahan bumbu akan diulek pada cobek besar saat pembeli memesan,  dan biasanya dilakukan penjaja keliling/warung kecil. Sementara hotel / resto akan membuat dan memasak bumbu kacang dalam jumlah besar terlebih dahulu. Bahan pangan tersebut dapat dikombinasikan sesuai selera masing-masing. Diibaratkan gado-gado merupakan salad dari Indonesia. Gado-gado selama ini identik sebagai kuliner khas Betawi, padahal ada beberapa kuliner yang memiliki persamaan dengan sedikit varian bahan seperti pecel dari Jawa Timur, karedok dan lotek dari Jawa Barat.

Sayuran matang yang wajib dalam lotek adalah bayam, kacang panjang, kapri, daun kacang kedelai dengan bumbu kacang beraroma kencur. Pelengkap menu adalah lontong, dimana variasi lainnya nasi, ketupat, mie. 

Pecel sendiri perpaduan sayur matang, telur, rempeyek, tahu & tempe dengan siraman saus/bumbu kacang beraroma daun jeruk. Nasi merupakan pelengkap menu. 

Sementara karedok merupakan sayuran mentah yang disiram bumbu kacang dengan taburan kerupuk tanpa nasi. 

Hingga saat ini asal usul mengenai kuliner ini masih simpang siur. Kisah mengenai lagu Betawi yang dipopulerkan Ivo Nilakreshna pada era 1940-1950 mungkin dapat sedikit memberikan jawabannya. Lirik dari Gado-gado Betawi didendangkan seperti ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun