Â
 [caption caption=" "][/caption]
Jika berbicara keamanan pangan tidak akan terlepas dari aspek keamanan pakan. Hal ini disebabkan keamanan pakan merupakan mata rantai penting dari keamanan pangan, khususnya pangan yang bersumber dari hewan seperti susu, telur, daging dan ikan.
Demikian intisari seminar dengan tema "Public Awareness: Feed Safety for Food Safety" yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian RI dalam event Indo Livestock 2015 Expo & Forum di Grand City Convex Surabaya, 29 Juli 2015 lalu. Seminar yang dimoderatori oleh Ir.Mursyid Ma'sum (Direktur Pakan Ditjen PKH Kementan RI), menghadirkan para pembicara Drh. Desianto Budi Utomo PhD (Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Ternak), Drh. Fajar Sumping PhD (Kepala Balai Besar Veteriner Wates DIY), Ir.Didik Purwanto (Feedloter).
Prof Dr.Ir. Muladno MSA (Direktur Jenderal PKH Kementan RI) dalam kata sambutan pembukaan seminar, berharap informasi dari materi hasil seminar dapat tersebar sampai ke peternak, khususnya mayoritas peternak yang jumlahnya banyak tapi masih memiliki tingkat pemahaman yang rendah.
Desianto Utomo dalam presentasinya menjelaskan penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) pada pakan ternak unggas. AGP sebagai imbuhan pakan untuk membantu menekan mikroba tidak menguntungkan dan membantu mikroba tumbuh lebih baik untuk pencernaan makanan.
AGP dalam dosis kecil mampu meningkatkan daya absorpsi pada pakan. Namun masih ada resistensi pada manusia yang konsumsi unggas yang menggunakan antibiotik. Di Indonesia masih ada tumpang tindih penggunaan AGP dan antibiotik lainnya. Sesuai Surat Edaran Direktorat Jenderal PKH 14 Juli 2015 saat ini masih diperbolehkan 5 jenis AGP untuk dapat digunakan dalam masa transisi hingga 2 tahun ke depan. Regulasi harus didasarkan pada risk assesment.
Penerapan pelarangan penggunaan AGP di Indonesia harus jelas aturannya dan harusnya aturan larangan diterbitkan oleh pejabat setingkat menteri. Jika hanya setingkat dirjen, surat tersebut tidak kuat hukumnya.
Jepang dan AS tidak melakukan pelarangan tapi melakukan kontrol dan pembatasan yang ketat. Thailand melarang penggunaan AGP untuk produk pasar ekspornya. Sementara negara negara Skandinavia mulai melarang antibiotic sejak 40 tahun lalu.
Fajar Sumping menjelaskan optimalisasi produktivitas ternak dalam peningkatan profit. Hal tersebut dilakukan melalui peningkatan pertumbuhan produksi (dengan penggunaan HGP/Hormone Growth Promoter dan AGP/Antibiotic Growth Promoter), peningkatan performan dan mutu, serta peningkatan efisiensi pakan.
Persyaratan teknis umum: sifat genetik bibit, kondisi ternak sehat, pakan harus cukup, umur ternak & waktu pemberian, waktu henti, interaksi dengan komponen pakan, homogenitas zat aktif dalam pakan, stabilitas zat aktif dalam pakan. Persyaratan keamanan yang dibutuhkan: jenis HGP/AGP, dosis & waktu cara pemberian, waktu henti, monitoring residu/resistensi, pertimbangan keamanan lingkungan, serta labeling, recording & ketelusuran.
Perlu kebersamaan dan sinergi yang komprehensif untuk mewujudkannya. Otonomi Daerah yang berbeda-beda justru merumitkan kebijakan yang dibuat. Fajar mencontohkan Australia yang mampu melakukan kontrol dan monitoring dengan program Kartu Penduduk Hewan.
Didik Purwanto membahas penggunaan imbuhan pakan dalam penggemukan sapi. Tujuan penggemukan adalah untuk kenaikan bobot badan, prosentase karkas, yield/prosentase daging. Percepatan peningkatan produktivitas ternak dilakukan melalui perbaikan genetik, manajemen, mutu pakan dengan pemanfaatan iptek.
Peningkatan mutu pakan dengan iptek dilakukan pada pengembangan feed additive, feed supplement, obat-obatan. Persyaratan obat yang layak: aman (untuk hewannya sendiri, manusia yang konsumsi hewan tersebut, bagi lingkungan yang tidak tercemar residu), manjur sesuai yang diklaim serta berkualitas sesuai aturan dan persyaratan pemerintah (Kementan RI). Obat yang diberikan pada hewan dapat berpengaruh pada manusia yang konsumsi hewan tersebut.
Beta Agonist digunakan sebagai additive untuk alasan meningkatkan pertumbuhan otot, laju pertumbuhan dan prosentase bobot/karkas. Saat ini yang diijinkan penggunaannya di Indonesia adalah Beta Agonist 1 Ractopamine. Sementara efek penggunaan beta agonist 2 adalah jantung berdebar (palpitasi), gugup (nervous), otot gemetar (tremor).
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H