Pertumbuhan jumlah penduduk suatu wilayah kota haruslah disertai dengan daya tampung dan daya dukung perkotaan tersebut. Pertambahan penduduk tidak boleh lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi. Untuk menuju pada tingkatan penduduk yang sejahtera maka harus dimulai dari pembangunan keluarga berkarakter dan berkualitas dalam lingkungan yang sehat. Bonus demografi yang akan datang tidak lama lagi, kira-kira membawa berkah atau petaka / bencana bagi bangsa Indonesia?
Hal ini mengemuka dalam event Kompas Nangkring bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang diselenggarakan di Hotel Santika BSD City- Tangerang Selatan 8 Juli 2015 lalu, yang bertema Membangun Keluarga Membangun Bangsa Sebagai Wujud Revolusi Mental. Narasumber yang hadir adalah Airin Rachmi Diany (Walikota Tangerang Selatan), Abidinsyah Siregar (Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN), Suyono Hadinoto (Direktur Analisis Dampak Kependudukan BKKBN).
Airin Rachmi Diany menyatakan bahwa Kota Tangerang Selatan telah siap menjadi tuan rumah puncak perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-XXII yang akan dilaksanakan di Lapangan Sunburst BSD City pada tanggal 1 Agustus 2015 (tentative). Puncak peringatan Harganas 2015 bertemakan Harganas Merupakan Momentum Upaya Membangun Karakter Bangsa Mewujudkan Indonesia Sejahtera. Mottonya adalah Keluarga Berkarakter Indonesia Sejahtera. Beberapa acara utama antara lain senam dan gerak jalan santai, pawai budaya nusantara, pameran pembangunan, gelar dagang dan pasar rakyat, festival kuliner nusantara, seminar kesehatan, Pemberian Bantuan Akte Kelahiran dan Festival palang pintu. Selain itu akan digelar pemecahan Rekor MURI Ikrar Remaja Penundaan Usia Perkawinan yang melibatkan 22 ribu peserta. Menjadi tuan rumah penyelenggaraaan event berskala nasional seperti Harganas 2015 ini merupakan suatu tantangan sekaligus kesempatan untuk mempromosikan berbagai potensi yang dimiliki Kota Tangerang Selatan sebagai kota industri MICE yang baru.Â
Airin berterima kasih atas partisipasi masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang tinggi sehingga terpilih sebagai tuan rumah peringatan puncak Harganas ke XXII serta beberapa prestasi dan penghargaan di bidang kependudukan. Tangsel ditetapkan sebagai Kota Layak Anak (KLA) tingkat Pratama dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan menjadi salah satu dari tiga kota terbaik di Indonesia dalam hal pengurusan Akta Kelahiran oleh Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI) pada tahun 2013. Dalam Harganas ke XX di Sulawesi Tenggara Walikota Tangsel memperoleh Manggala Karya Kencana dari BKKBN. Tahun 2014 meraih penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) kategori madya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Program sosialisasi dengan dukungan kader lapangan dan partisipasi masyarakat dan pihak swasta, maka komitmen pemerintah sebagai bagian program revolusi mental dalam pembangunan keluarga kecil bahagia yang berkarakter dan berkualitas dapat segera tercapai dan terwujud.Â
Airin menerangkan bahwa laju pertambahan penduduk wilayah Kota Tangsel yang tinggi lebih dominan faktor urbanisasi. Selain dikenal sebagai wilayah industri, pembangunan infrastruktur yang memadai ( fasilitas pendidikan, hotel, rumahsakit, jalan tol, cluster perumahan dengan jalan yang lebar, pusat perbelanjaan dan CBD), turut memicu migrasi penduduk dari wilayah lain.
Abidinsyah Siregar menjelaskan perkembangan pertumbuhan penduduk Indonesia dari masa ke masa. Tahun 1900 jumlah penduduk diperkirakan 40,2 juta jiwa, naik menjadi 119,2 juta jiwa pada tahun 1971. Bung Karno cenderung pro-natalis, yang masih merasakan sedikitnya jumlah penduduk, padahal potensi tinggi yang dimiliki bangsanya masih perlu dikembangkan dengan jumlah sumber daya manusia yang besar. Sementara Pak Harto ketika duduk di kursi kekuasaan berpikir bagaimana bangsa Indonesia bisa sejahtera. Prof Widjodjo (Penasehat Soeharto) memprediksi jumlah penduduk akan mencapai 285 juta jiwa pada tahun 2000 dan 330 juta jiwa pada tahun 2010. Menurut data Sensus Penduduk tercatat jumlah penduduk 205 juta jiwa pada tahun 2000 dan 237,6 juta jiwa pada tahun 2010.
Pertumbuhan jumlah penduduk tidak boleh cepat melebihi pertumbuhan ekonomi. Saat ini Singapura dan Tiongkok dapat mengalami kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, karena program pengendalian penduduk yang baik. Beberapa wilayah di Indonesia yang perkembangan adalah Riau, Kep.Riau, Bali, Kalimantan Timur dan DKI Jakarta. Sementara NTT dan Sulawesi Barat perkembangannya tidak mengalami kemajuan. Usia harapan hidup lansia di Indonesia saat ini "diusahakan" mencapai 72 tahun, tapi faktanya pada usia 55-65 tahun telah selesai menunaikan tugas dan pertandingan kehidupannnya di bumi. 80% jumlah penduduk tidak banyak melakukan gerak dalam aktivitas hidup sehari-hari dan 95% jumlah penduduk tidak banyak konsumsi sayur dan buah secara teratur setiap hari. Saat ini usia harapan hidup di negara Jerman 90 tahun, AS 85 tahun, Jepang 85 tahun, Singapura 83 tahun dan Malaysia 80 tahun.
Ada 3 indikator utama dari permasalahan Index Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia yaitu pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Menurut data Bappenas akan ada jumlah penduduk remaja sebesar 27% dari jumlah total penduduk pada tahun 2015. Tingginya proporsi penduduk usia produktif ini berkontribusi terhadap potensi bonus demografi. Dengan catatan, faktor kesehatan mendukung terjadinya hal tersebut. Bonus demografi adalah masa dimana setiap penduduk usia kerja menanggung sedikit penduduk usia non-produktif. Untuk mendapatkan bonus demografi tersebut, maka adanya peningkatan kualitas SDM secara maksimal melalui pendidikan, pelayanan kesehatan dan penyediaan lapangan pekerjaan. Di Indonesia akan terjadi pada rentang waktu tahun 2020-2035. Setiap negara pasti akan mengalami bonus demografinya, seperti AS dan Jepang yang telah melewati masa tersebut.
UU No.52/2009 menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas yang hidup di lingkungan yang sehat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembinaan tumbuh kembang, menanamkan nilai moral dan pembentukan kepribadian serta tempat belajar anak dalam mengenal dirinya sebagai makhluk sosial. Beberapa isu strategis dalam pembangunan adalah tingkat kematian ibu, anak dan balita, jumlah balita dan anak yang meningkat tetapi pembinaan balita dan anak rendah. Penduduk lansia dan usia harapan hidup yang meningkat. ASFK 15-19 tahun tinggi serta kesehatan reproduksi remaja rendah. Identifikasi masalah kependudukan dengan melihat struktur jumlah penduduk (balita, remaja, lansia), mengurai permasalahan keluarga (nikah dini/perceraian, kemiskinan, stunting, narkoba/NAPZA, seks bebas, KTD / aborsi), serta melihat tingkatan kualitas penduduk (pendidikan, kesehatan, agama, pengasuhan). Untuk optimalisasi fungsi keluarga, adanya Program Pendidikan Berbasis Masyarakat seperti PAUD, IPA, BKB, BKR & GenRe, BKL Lansia - Rentan, UPPKS. Dengan meningkatnya kualitas anak, remaja, lansia & kesejahteraan keluarga, diharapkan akan tercapai dan terwujudnya keluarga kecil yang ber-ketahanan dan sejahtera.
Dahulu Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) sangat efektif dengan keterlibatan 60 ribu Juru Penerang/ Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dalam program kependudukan dan keluarga berencana. Namun saat ini jumlah PLKBÂ hanya sekitar 7 ribu orang, seiring diangkatnya menjadi pejabat daerah.
Harus ada perubahan paradigma/ mindset untuk membangun keluarga berkualitas yang dapat menolong lingkungannya. Transformasi karakter bangsa haruslah dimulai dari pembangunan mental keluarga. Kondisi keluarga yang ber-ketahanan dan hidup sejahtera, akan dapat mengembangkan diri menuju hidup yang mandiri dan harmonis, menuju pada kesejahteraan dan kebahagiaan secara lahir batin. "Gagal Berencana = Merencanakan Kegagalan". Itu merupakan kata-kata yang patut kita renungkan, karena menurut Abidinsyah akan menjadi kunci utama penanganan masalah kependudukan dan keluarga berencana.