Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Meramal Nasib Reinkarnasi Nokia

22 Agustus 2016   21:32 Diperbarui: 23 Agustus 2016   01:31 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Nokia. Liputan6.com

Kali ini yang menjadi pemegang adalah Foxconn. Perusahaan asal Taiwan ini lebih dikenal sebagai “perakit” ponsel yang ulung. Bahkan Apple pun menggunakan jasaa Foxconn untuk merekondisi iPhone yang sudah usang untuk menjadi baru kembali.

Melihat pencaplokan ini, banyak pihak yang meragukan Nokia akan kembali berdiri di kompetisi teratas bisnis ponsel. Bahkan akuisisi ini dianggap akan berdampak negatif pada bisnis Foxconn di masa mendatang. Tentu saja ini berdasar penilaian jika melihat perusahaan sebesar Microsoft saja gagal menghidupkan kembali Nokia.

Tapi menurut saya, akan beda ceritanya jika Nokia yang bangkit dari kuburnya ini bergerak untuk menyasar pasar negara berkembang. Negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dll adalah pasar yang sangat seksi untuk diinvasi. Lihat saja bagaimana Xiaomi, Huawei, dan produk Tiongkok lainnya mendominasi pasar ponsel tanah air. Mereka adalah produsen yang realistis, tidak ingin menyasar pasar atas yang menjadi arena pertempuran Apple vs Samsung.

Apple bagi saya, adalah pemuncak brand ponsel kelas premium. Bukan dari hitungan matematis tapi dari top of mind yang ada di benak masyarakat dunia. Samsung pun begitu, dengan ponsel seri Galaxy S yang menyasar pasar atas, akan sulit untuk Nokia jika nekat bersaing di arena ini.

Tapi parahnya berdasarkan beberapa bocoran yang beredar, Nokia hendak masuk pada pasar ponsel kelas atas ini. Padahal, Foxconn bisa saja dengan mudah membuat ponsel kelas menengah dengan kisaran harga 150-250 dollar amerika saja. Entah apa pertimbangan yang diambil Foxconn ini tapi menurut saya akan sangat sulit jika memaksa bersaing dengan dua brand raksasa itu apalagi jika Nokia baru saja dibangkitkan dari kubur.

Kemungkinan besar yang ingin dimanfaatkan Nokia adalah kondisi pasar yang cenderung jenuh dengan dua brand besar tersebut. Juga mungkin kondisi psikologis masyarakat dunia yang “rindu” akan brand Nokia ini. Tapi menurut saya pertaruhan dengan modal yang sedikit seperti itu sangatlah tidak bijak.

Memang, product life cycleadalah sebuah keniscayaan. Publik pada satu titik akan merasa jenuh dengan apa yang mereka dapatkan saat ini. Dan pada titik itulah grafik akan terus merosot jika produsen tidak memberi alternatif yang bervariasi. Mungkin titik inilah yang ditunggu oleh Nokia.

Jika melihat dari sisi merek, Nokia sudah memiliki posisi yang sangat kuat menurut saya. Media pun ikut membesarkan brand ini dengan mengangkat berita-berita soal reinkarnasi yang akan dilakukan Foxconn. Pertanyaan besarnya sekarang adalah, apakah Nokia akan bisa memanfaatkan momentum seperti ini? Toh ini adalah momentum sekali seumur hidup bukan? Kapan lagi Nokia bisa bangkit dari kuburnya seperti saat ini, kecuali memang mereka berencana untuk mati lagi. Tapi itu tidak mungkin, tidak ada perusahaan yang ingin mati.

Publik menanti, saya pribadi pun menanti. Nokia tidak boleh mengecewakan sedikit pun para penggemarnya ini. Pasalnya jika produk pertama yang diluncurkan nanti berbanding terbalik dengan apa yang diberitakan media saat ini, itu malah menjadi pukulan telak yang bisa menjatuhkan (lagi).

Menjaga kepercayaan adalah kunci. Menjaga momentum adalah strategi. Tinggal bagaimana mengombinasikan kedua hal ini agar menjadi satu gebrakan dahsyat untuk kembali mengguncang pasar ponsel dunia. 

Bisnis adalah bisnis. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi sewaktu-waktu dan kadang faktor yang tidak bisa kita bayangkan justru membuat keadaan bisa berbalik 360 derajat. Kita saksikan saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun