Kamu berlalu-lalang, aku diam.Â
Mengingatmu sebagai yang terindah dan berusaha ku buang dalam peti.Â
Sedetik tak terhitung nilai.
Saat berpesta dalam sepi, sampai tiada warna warni.
Seperti itulah rasanya. Dan kamu pergi.Â
Saat melamun, tetiba kamu menepuk punggungku sambil berujar,"kenapa berhenti?"Â
Sekali lagi, kembali lagi.
Terpasung, terperangkap dalam sayu matamu itu.
Saat satu asa yang diucap begitu berarti.Â
Lalu aku tak punya alasan lagi.
Maka aku sanggupi.
Basahi bahuku dengan air matamu lagi.Â
Dan akhir yang kita pilih akan berpihak pada hati.
Dan percayalah kita bersama lagi, mengulang lagi.
------
#1
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI