Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengapa Yahoo Kalah dari Google?

27 Juli 2016   22:03 Diperbarui: 28 Juli 2016   18:28 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Marketingland.com

Sekitar tahun 2003-2004 ketika saya pertama kali mengenal internet, halaman yang pertama kenal adalah Yahoo. Ya, kala itu Yahoo masih menjadi raja mesin pencari dan beberapa produk Yahoo menjadi primadona. Sebut saja Yahoo Mail, Yahoo Messenger (yang bersaing dengan MIRC), dan Yahoo Search Engine.

Ketika itu angka adopsi internet masih sangat kecil di Indonesia. Perkiraan saya, mungkin hanya kurang dari seperempat penduduk Indonesia yang baru mengenal internet tapi belum jadi pengguna aktif. Tapi ini tidak bisa saya pastikan karena ketika itu saya masih duduk di bangku SMP.

Setiap pelajaran TIK, di laboratorium komputer, pelajaran-pelajaran dasar tentang komputer menjadi santapan utama. Kemudian sebagai hidangan penutup, pengenalan tentang internet adalah menunya. Tentu saja sebagai primadona, Yahoo menjadi yang paling banyak disebut ketika berbicara soal internet.

Tapi itu jadi kisah indah masa lalu. Lain dulu, lain sekarang. Yahoo sebagai perusahaan independen yang jaya pada masanya kini runtuh seperti bangunan yang hilang pondasinya. Sedikit demi sedikit produk-produk Yahoo ditutup guna menjaga kestabilan kondisi perusahaan. Sedikit demi sedikit saham terus tergerus. Bahkan CEO cantik Marissa Mayer pun kini menyerah dan menjual Yahoo pada Verizon senilai Rp 63 triliun.

Siapa yang mengalahkannya? Tentu saja Google.

Kisah David dan Goliath

Tadi pagi saya membaca sebuah artikel di media daring yang judul artikelnya serupa dengan tulisan ini. Intinya artikel tersebut menjelaskan mengapa Yahoo bisa kalah dari Google.

Menarik menurut saya. Dijelaskan bahwa Yahoo kalah dari sisi teknologi dibandingkan Google dan inilah awal yang menyebabkan keruntuhan Yahoo hingga saat ini. Benar sekali, memang jika dibandingkan, teknologi yang dimiliki Google jauh lebih canggih daripada Yahoo.

Lebih dari satu dekade silam Yahoo masih menjadi raksasa yang menakutkan. Dan ketika itu, Google masih sangat muda dan belum berkembang sepesat sekarang. Ini mengingatkan saya pada kisah David dan Goliath (Nabi Daud dan Jaluth), di mana David yang digambarkan dengan perawakan kecil harus melawan sosok yang begitu besar. Tapi pada akhirnya, kemenangan ada ditangan sosok yang terlihat lemah.

Ketika kedua raksasa internet ini masih bersaing memperebutkan posisi mesin pencari paling hebat se-jagat, Google bisa dibilang lebih cepat mengadopsi teknologi ketimbang Yahoo.

Dalam melakukan indeks halaman pencarian, Yahoo ketika itu masih menggunakan cara yang amat sangat tradisional. Di mana Yahoo menggunakan sumber daya manusia untuk mencari dan melakukan indeks halaman website satu per satu agar bisa muncul pada pencarian.

Berbeda dengan Google yang membuat sebuah alogaritma yang memungkinkan mesin melakukan indeks secara otomatis. Inilah poin utama yang membuat Google bisa mengalahkan Yahoo.

Filosofis dan Terlalu Fokus Pada Konten

Alih-alih mengedepankan konten sebagai produk utama, Yahoo malah lupa bahwa pada dasarnya bisnis internet memerlukan teknologi. Memang benar ungkapan "Content is a King," tapi "King" bukanlah strata tertinggi dan masih ada yang lebih tinggi di atasnya yaitu "God".

Ya, mungkin memang benar bahwa konten adalah raja tapi dalam bisnis internet seperti ini, teknologi adalah "Tuhannya". Teknologi adalah backbone bisnis internet di mana tanpa adanya teknologi yang matang maka bisnis bisa dipastikan akan sangat tersendat. Inilah yang terjadi pada Yahoo lebih dari satu dekade silam. Mereka terlalu filosofis dan mengutamakan konten tapi mengesampingkan teknologi yang menjadi penopangnya.

Sekitar tahun 2004, Yahoo mulai sadar bahwa Google tengah menggerogoti lini bisnis Yahoo. Tapi karena backbone mereka yang saya sebutkan tadi belum matang benar, maka mereka hampir tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa mereka perbuat adalah mengajak Google bekerja sama untuk bahu-membahu mengejar kasta tertinggi bisnis mesin pencari.

Mereka sempat bekerja sama tapi itu tidak lama. Kerja sama ini menurut saya adalah kesalahan besar Yahoo yang malah jauh lebih menguntungkan pihak Google.

Google seolah mendapatkan "pembelajaran gratis" bagaimana harus mengelola konten mesin pencari. Sambil bekerjasama, mereka menyedot habis strategi-strategi konten Yahoo untuk membuat sebuah mesin pencari. Alhasil, pemutusan kerjasama yang terlalu dini terjadi dan Google kemudian menggeliat semakin besar.

Google kemudian melakukan perombakan, inovasi dan perbaikan-perbaikan mayor serta minor dalam tubuhnya. Dan hasilnya, seperti yang kita lihat sekarang, Google menjadi "dewa" bagi bisnis internet. Apalagi dengan menyisipkan iklan-iklan pada mesin pencari dan produk-produk lainnya.

Intinya adalah, keterlambatan Yahoo yang mengadopsi teknologi membuat tubuh mereka malah tergerus habis. Mereka terlalu terpaku pada filosofi "content is a king" dan lupa bahwa di atas raja masih ada lagi yang jauh lebih tinggi.

Yahoo menurut saya pribadi juga tidak begitu baik pada inovasi bisnis. Berbeda dengan inovasi produk, inovasi bisnis adalah cara atau strategi di mana sebuah perusahaan harus jeli melihat peluang untuk menghasilkan uang. Yahoo yang sebenarnya lebih dulu menerapkan mesin pencari dari pada Google tidak jeli melihat adanya peluang penghasil uang seperti yang dilakukan Google saat ini.

Tapi sekarang, mungkin kisah Yahoo akan menjadi lebih baik setelah diakuisisi oleh Verizon. Arahnya akan ke mana, itu belum jelas. Yang pasti akuisisi ini terjadi pasti dengan alasan yang kuat. Mungkin Verizon melihat masih ada yang bisa diselamatkan dari Yahoo. Mungkin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun