Baru-baru ini salah satu perusahaan aplikasi media sosial berbasis foto dan video pendek, Instagram mengganti logonya. Logo lama yang berupa kamera "jadul" dan dihiasi warna beberapa strip warna pelangi pada bagian pinggirnya dianggap tidak layak lagi digunakan.
Sebagai gantinya, perusahaan yang diakuisisi Facebook pada 2012 lalu ini mengganti logo dengan kombinasi warna gradasi. Logo yang baru saja diluncurkan ini lebih banyak menuai cibiran. Bahkan Adweek, salah satu media yang rajin mengkritisi soal teknologi memberikan kritik pedasnya pada logo baru ini.
"Mungkin ini adalah desain terburuk tahun ini," kata Tim Nudd Editor Kreatif dari majalah Adweek. "Ini adalah gambar yang mudah dilupakan di tengah ribuan desain yang mirip. Bisakah dikembalikan saja?"
Memang alasan Nudd ini cukup masuk akal karena logo dengan desain gradasi warna dan tampilan yang flat ini sudah banyak diterapkan pada aplikasi lainnya. Dan malah desain lama Instagram justru membuat perbedaan. Logo lama instagram berhasil memadukan gaya kamera retro di tengah teknologi yang serba modern.
Tapi pasti ada alasan di balik pengubahan logo ini, karena logo adalah sebuah representasi yang akan diingat oleh penggunanya. Logo adalah identitas di mana ketika identitas tersebut diubah, tentu saja akan memengaruhi citra dan pengetahuan penggunanya.
Berhubung saya dulu kuliah dengan konsentrasi pada studi marketing komunikasi dan dengan ditambah kesotoyan, menurut saya ada beberapa alasan mengapa para perusahaan besar berani mengubah logo mereka bahkan hingga 180 derajat.
Pertama, penyesuaian dengan visi misi perusahaan. Setiap perusahaan tentu memiliki visi misi yang jelas dan logo menjadi representasi yang tepat untuk memperlihatkan visi misi tersebut pada khalayak. Ambil contoh Instagram. Instagram menggunakan logo berbentuk sebuah kamera. Logo ini menjelaskan bahwa mereka adalah sebuah media/jejaring sosial yang berbasiskan foto/video sebagai konten utama.
Kedua, mengikuti arus dan perkembangan zaman. Mungkin ini juga adalah salah satu alasan mengapa Instagram mengubah logonya. Jika melihat logo baru Instagram memang terlihat lebih flat (datar) dan simpel. Grafis dengan gaya flat ini memang tengah digandrungi.
Awalnya desain seperti ini pertama kali digunakan oleh Microsoft pada desain Windows dan kemudian Apple pun meluncurkan iOS 7 yang memiliki tampilan datar. Tidak lama tampilan Android pun memperbarui versi mereka dengan menonjolkan desain gaya flat yang menjadi tren terbaru ini.
Ketiga, adanya line up product baru. Perubahan logo juga bisa disebabkan oleh alasan ini. Contohnya adalah Google. Google baru baru ini juga sebenarnya mengganti logo mereka meski tidak signifikan. Mereka hanya mengganti jenis font dengan gaya yang lebih dinamis, interaktif serta sederhan. Meski sedikit, perubahan ini tentu memiliki makna.
Google memang baru saja berubah secara struktur bisnisnya. Mereka membentuk Alphabet sebagai induk dari perusahaan Google. Alphabet tentu dipersepsikan sebagai susunan huruf yang dinamis dan interaktif yang bisa dikombinasikan untuk membuat kata. Meski Google ketika itu menyangkal adanya hubungan antara perubahan logo dan struktur baru, tapi ada indikasi keduanya saling berhubungan.
Keempat, penggabungan perusahaan. Ketika dua atau lebih perusahaan digabungkan (merger) tentu ada baiknya logo diubah agar tidak hanya mewakilkan satu perusahaan tertentu. Seperti Motorolla yang diakuisisi Google pada 2011 lalu. Setelah proses akuisisi selesai, Google dengan cepat mengubah desain logo Motorolla dengan memberi sentuhan warna berbeda dan menambahkan tulisan "a Google Company" pada bagian bawah huruf "M" yang khas digunakan Motorolla.
Keenam, faktor budaya. Budaya juga mempengaruhi bagaimana pembuatan sebuah logo. Setiap negara memiliki budaya berbeda dan ketika sebuah perusahaan akan melebarkan sayapnya ke daerah lain tentu harus disesuaikan dengan budaya di tempat tersebut. Salah satunya logo. Pemilihan logo dengan mengganti warna atau elemen yang bermakna kuat di daerah tersebut juga bisa menjadi alasan mengapa perusahaan mau mengganti logonya.
Ketujuh, membentuk citra baru. Ketika sebuah perusahaan terkena masalah atau kasus tertentu, maka perubahan logo juga bisa menjadi salah satu jalan untuk mengembalikan citra perusahaan.
Logo seperti layaknya kehidupan. Ia mengalami perubahan setiap saatnya, mengalami evolusi. Dengan melakukan proses perancangan ulang logo, perusahaan juga sejatinya ingin memperlihatkan bahwa mereka selalu berpikiran maju, berbeda dan mengikuti perkembangan zaman.
-------------------
“Logos and branding are so important. In a big part of the world, people cannot read French or English--but are great in remembering signs”
― Karl Lagerfeld
ps: mohon koreksinya jika ada yang salah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H