Cinta tak pernah salah.
Cinta yang seharusnya menuntun kita menjadi jembatan yang saling setia tanpa syarat.
Selain bersandar pada apa yang kita yakini sebagai cinta, selebihnya kita hanya berpasrah pada doa. Berharap cinta dan penyatuan setia berjalan beriringan pada akhir cerita.
Apa daya. Cintamu bahkan belum bisa aku miliki. Aku rengkuh dan genggam sampai detak nadi terakhir, sampai nafas tersengal, sampai mata ini lelah menatap nanar.
Hanya satu pertanyaan terlintas.
Apakah aku ada dalam prioritasmu? Apakah aku ada dalam alinea pertama hatimu?
Belum jelas, titik temu dua hati dalam peluk dan doa. Tapi hati Ingin menimang malam dalam hangat genggamanmu tanpa ada batasan dan pengingkaran...
Kamulah alasan pencarianku.
Dalam setiap entakan nafas, ziarah rinduku menasbihkan pengakuan perasaan untukmu.
Satu cinta tanpa tanya, satu rasa tanpa jawab.
Kamu adalah kata tunggal.
Tercetak tebal dalam lipatan hati dan lembaran rasa. Tercetak tebal dalam rindu yang aku renungkan.
Semoga kamu memiliki perasaan yang sama. Satu cinta tanpa tanya untuk menjelaskan, begitulah cinta, beginilah kita.
------------------
reposted from my own blog, pratomoyudha.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H