Mohon tunggu...
Yudha Pratomo
Yudha Pratomo Mohon Tunggu... Jurnalis - Siapa aku

is typing...

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Enigma Masa Depan Sepakbola Indonesia

1 April 2016   10:50 Diperbarui: 2 April 2016   01:55 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berhentinya liga resmi di Indonesia dimanfaatkan sejumlah pihak untuk mendulang keuntungan. Kompetisi dan turnamen singkat kemudian bergulir. Diawali Piala Presiden, kemudian Piala Jenderal Sudirman dan kini yang menuju partai puncak adalah Piala Bhayangkara.

Tentu saja meski dalam jangka waktu singkat, turnamen seperti ini juga bisa menjadi sumber pemasukan bagi para pemain. Mereka setidaknya tidak kehilangan mata pencaharian secara total.

Selain itu semua turnamen ini juga bisa sedikit melunturkan kerinduan kita akan sepakbola. Stadion kembali bergemuruh, atribut kembali bermunculan dan para pendukung dengan lantang menyerukan yel-yel untuk menyulut semangat bertanding tim kebanggaan mereka masing-masing.

Tapi sayang, peraturan FIFA memang keras. Turnamen yang tidak diselenggarakan oleh organisasi yang diakui FIFA, maka tidak akan berpengaruh apapun pada sepakbola nasional. Ditambah tidak adanya pertandingan resmi yang dilakoni timnas maka peringkat dunia tidak akan berubah, Indonesia akan stagnan bahkan cenderung terus menurun. Sehingga turnamen jangka pendek ini lebih mirip liga tarkam pada level yang lebih tinggi.

Enigma Sepakbola Indonesia

Entah sampai kapan kita akan menahan kerinduan akan sepakbola Indonesia. Sepakbola resmi yang diakui FIFA dengan gengsi tingkat tinggi. Tentu saja, kita juga rindu bisa melihat timnas bertanding di level internasional.

Meski kebanyakan hasilnya mengecewakan, tapi tetap saja ada satu kebanggaan ketika kita mengenakan kaos merah putih dengan garuda di dada. Ketika kita berkumpul tanpa ada batasan suku, ras, agama dan membuat stadion bergemuruh dengan Indonesia Raya dinyanyikan serentak. Ketika kita berteriak IN DO NE SIA kemudian diikuti tepukan tangan yang membangkitkan semangat. Kita rindu semua hal demikian.

[caption caption="Timnas U-19 lolos ke putaran final Piala Asia. Sumber: Kompas.com"]

[/caption]Ya, kita rindu masa-masa itu. Tapi sekarang biarlah para pemangku kebijakan tertinggi menyelesaikan masalah ini. Biar liga dan sepakbola Indonesia menjadi bersih sepenuhnya tanpa intrik kepentingan politik untuk satu kekuasaan. Biar kita bisa menikmati para pemain menari-nari di lapangan tanpa dipengaruhi tipu daya.

Biarlah nasib sepakbola Indonesia menjadi engima. Semoga para pemangku kekuasaan bisa secepatnya mencari solusi dari teka-teki ini. Agar kita bisa kembali bersatu, menikmati liga resmi dengan gengsi selangit. Agar profesionalisme kemudian tidak menjadi kata receh yang diumbar demi keuntungan pribadi. Agar kita bisa menikmati timnas berlaga di ajang internasional dan mendulang prestasi.

---

Tulisan ini sekadar berbagi informasi & pemikiran. Tidak untuk menjadi bahan perdebatan. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun