Kemudian cerita lain yang saya alami sendiri. Beberapa tahun silam ayah saya menderita sakit. Ketika itu sakitnya kambuh dan saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya panggil taksi untuk membawa ayah saya ke rumah sakit. Di rumah sakit, sopir taksi itu banyak menolong saya. Ia yang mengantar ayah saya sampai ke ruang pemeriksaan, menolong saya mengurus administrasi, bahkan menemani saya hingga ibu saya yang masih di luar kota saat itu tiba di rumah sakit. Saya ingat betul ketika saya memberikan uang tambahan karena telah banyak membantu, beliau hanya berkata, "tidak usah, saya ikhlas. Semoga ayah adek cepat sembuh." Bahkan hingga sekarang, saya masih menjalin silaturahmi dengan beliau meski sudah tidak lagi menjadi pengemudi taksi.
Mekanisme pertahanan diri
Lalu apa tindakan pengemudi taksi di demo kemarin salah? Ya tentu saja salah. Tindakan arogan dan kriminal seperti itu tidak bisa dibenarkan. Polisi harus cepat turun tangan menanggapi aksi kemarin. Pemerintah juga harus cepat tanggap. Jika perlu, cabut izin operasi bagi perusahaan taksi yang tidak menghukum pengemudinya yang bertindak anarkistis.
Di sini saya bukan membela para pengemudi arogan. Tapi menurut saya, tindakan mereka yang berunjuk rasa kemarin adalah satu bentuk mekanisme pertahanan diri yang secara alamiah muncul. Ya, seperti hewan buas yang merasa terancam, mereka melakukan segala cara untuk menyelamatkan diri dan menyelamatkan keluarga mereka tentunya. Meski cara itu sangat sangat salah.
Meski demikian kita tidak bisa langsung mengeneralisasi begitu saja melihat tingkah polah pengemudi taksi konvensional kemarin. Masih banyak pengemudi yang santun, yang ikhlas dalam bekerja, yang berjihad untuk keluarga tanpa ada rasa beban, tanpa takut pasarnya akan dimakan.
Kita tidak bisa melihat hanya dari satu sisi dengan satu mata tertutup. Kita juga tidak bisa mengedepankan ego dalam menilai satu permasalahan. Kita juga tidak bisa mengikuti emosi saat meresapi satu polemik. Jangan sampai karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena (masih) ada kebaikan dari pengemudi taksi konvensional.
Â
---
Tulisan ini sekadar berbagi informasi & pemikiran. Tidak untuk menjadi bahan perdebatan. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H