Rupiah adalah hidup Anda, bagi yang mendapatkan upah dan berbelanja dalam rupiah (IDR). Tapi marilah mencoba memahami hidup Anda ini sejenak saja, mengetahui risiko dan nilai komparatifnya. Sebab akhir-akhir ini nilai rupiah makin mencemaskan, terus melemah dibandingkan mata uang (currency) lain. Bloomberg bahkan menulis bahwa rupiah adalah Asia's worst currency. http://www.bloomberg.com/news/2013-09-16/rupiah-passes-rupee-as-asia-s-worst-currency-chart-of-the-day.html Globalisasi membuat transaksi mata uang tunggal menjadi mustahil. Pedagang sayur di pasar yang memperoleh pendapatan dalam rupiah, dan menghabiskan rupiah untuk kebutuhan sehari-hari, suatu saat memerlukan mata uang asing: Saudi Riyal (SAR), untuk naik haji. Berikut ini adalah nilai tukar IDR terhadap beberapa mata uang yang dominan dalam perdagangan global. [caption id="attachment_300971" align="aligncenter" width="960" caption="IDR vs other currency"][/caption] Selama kurang lebih 5 tahun, nilai Rupiah telah merosot terhadap mata uang : Dollar Australia (-49%), Euro (-20%), Poundsterling (-11%), Yen (-28%), Dollar USA (-21%). Jika Anda memiliki beberapa rencana jangka panjang ke depan yang terkait dengan valuta asing, seperti misalnya umroh, naik haji, menyekolahkan anak ke Australia, berlibur ke Eropa, dan lain-lain; sebaiknya Anda menyimpan uang tidak hanya dalam rupiah (prinsip portofolio). Bagi Anda yang pebisnis, nilai tukar valuta asing bukan hal yang baru, hanya saja mungkin baru Anda amati perubahan nilai tukar rupiah selama 5 tahun ini. Bagi pebisnis sektor pariwisata, nilai tukar lemah adalah peluang untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Begitu juga bagi industri jasa kesehatan, mestinya mampu meningkatkan pelayanan jasa medis sehingga Indonesia menjadi pusat health care service dunia. Di balik risiko nilai tukar, banyak peluang di balik nilai tukar yang lemah, misalnya China yang berhasil merajai perdagangan global dengan nilai mata uangnya yang lemah. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H