Mohon tunggu...
Pratiwi Zuriaty
Pratiwi Zuriaty Mohon Tunggu... -

Lahir di Bulan Januari 1987 menjadikan saya harus sadar bahwa saya sudah harus menjadi wanita dewasa dan harus menentukan sikap. Tapi kayaknya yang saya lakukan saat ini hanyalah sebuah suratan takdir... Pelan tapi pasti,,saya akan mewujudkan cita-cita saya!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saat Inspirasi dan Hasrat Itu Pudar...

15 Mei 2010   09:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:12 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gimana caranya menumbuhkan inspirasi dan hasrat berkarya yang mulai padam....??? -

Tweet pendek itu asal saja saya tulis saat sedang gajebo alias di depan pc yang menyala. Yeah gajebo banget karena saya cuma liat-liat update facebook teman-teman sambil chatting. Saat itu sudah mulai banyak yang menanyakan mana postingan saya yang berikutnya, karena sudah hampir sebulan lebih tidak mengupdate Kompasiana ini (hehe padahal sih cuma 2 orang yang nanya..). Dan entah kenapa ya bener-bener deh inspirasi dan hasrat saya untuk menulis seperti sudah habis bis bis...Biasanya setiap saya melihat suatu kejadian, langsung foto pakai hape murahan saya dan mengalirlah tulisan itu. Sekarang boro boro deh....

inspiration and passion....where are u guys????!!!! -YM status till now-

Dengan memasang status itu di YM saya, saya sih berharap tiba-tiba saja di tengah ke gajebo an yang terjadi, muncul inspirasi yang bisa mendorong saya buat nulis atau ngapain lah dalam melakukan sesuatu yang lebih berguna. Di saat itu juga sebenarnya saya sedang chatting sama salah satu teman saya yang blogger dengan topik bahasan tulis menulis, tapi tetep loh..buntu juga otak ini!!

@pratiwiwz perhaps by remembering your dreams and goals..it somehow will give u the motivation :) -

Tiba-tiba saja twitter saya berbunyi lagi tanda seseorang me mention nama saya dalam tweet nya. Tweet dari teman saya yang menanggapi kicauan tentang kebuntuan inspirasi saya.

Mengingat mimpi dan tujuan? Maksudnya visi dan misi gitu? Waduhhh jadi ingat masa-masa kuliah waktu mengambil pelajaran manajemen stratejik dan waktu menjabat sebagai pengurus di organisasi. Kalau tidak salah waktu itu disebutkan bahwa keberadaan sebuah organisasi adalah karena visi dan misi pendirinya. Seperti Indonesia yang berdiri menjadi negara yang merdeka karena visi dan misi para pendahulu kita seperti Bung Karno dan Bung Hatta yang memimpikan rakyat Indonesia bebas menikmati alamnya. Yup, mimpi dan tujuan atau visi dan misi lah yang menjadikan manusia itu eksis.

Well,,itu teorinya. Entah karena manusia jaman sekarang (baca: saya) yang sudah terlalu keenakan hidup atau memang tidak punya visi dan misi dalam hidupnya, menjadikan dosen saya dan beberapa instruktur di kelas-kelas lainnya memasukkan sesi "Membuat visi dan misi diri" sebagai salah satu sesi yang akan diangkat agar murid-muridnya bisa membuat visi dan misi untuk dirinya sendiri.

Visi dan Misi diri? (Hemm sebentar saya cari dulu yah di buku diary...siapa tau masih ada...)

[caption id="attachment_141508" align="aligncenter" width="300" caption="Diary dari 7 Habits di Tumpukan Komik dan Buku-Buku"][/caption]

Setelah mengobrak-abrik kamar dan lemari buku saya, ketemu juga Diary  berwarna coklat dari kegiatan "7 Habits of Highly Effective People" Stephen Covey yang diselenggarakan oleh Dunamis. Dan masih ada juga loh coretan visi dan misi yang saya buat waktu itu. Begini isinya:

Menjadi kebanggaan dan dapat menjadi inspirasi bagi orang lain adalah kepuasan yang ingin aku capai. Proses pembelajaran terus menerus, kegagalan, stagnan, dan bangkit lagi sudah kulalui demi mencapai pengakuan tersebut. Aku tidak mau selalalu menjdi " si biasa-biasa saja" yang selalu tertutupi orang lain yang dianggap lebih baik. Padahal kita manusia diciptkan dengan 'spesifikasi' yang sama tapi mengapa ada orang lain yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan yang lain.

Kesadaran itu muncul bahwa seharusnya sikap bukan didasari alasan bagaimana orang lain mau melihatku melainkan keinginan dariku sendiri untuk memiliki hidup yang kuanggap berkualitas. Aku akan bangga dengan diriku sendiri karena telah mampu meraih semua mimpi-mimpi. Akuakan bangga pada diriku sendiri karena mampu memberikan nilai tambah pada orang-orang di sekelilingku. Aku akan bangga pada diriku sendiri karena akhirnya aku mampu menggapai kebahagiaan sesuangguhnya dengan orang-orang yang kucintai dengan penuh kedamaian, cinta, dan harmoni. -Jakarta, 10 Desember 2009-

Itu adalah petikan visi dan misi yang saya buat saat mengikuti training 7 Habits itu. Tapi kok agak ngawang-ngawang ya... nggak jelas hehe. Kalau tidak salah waktu itu sang instruktur berkata bahwa visi dan misi diri itu harus yang menyentuh, yang bisa membuat kita terenyuh mendengarnya sehingga terpatri di hati kita. Waktu saya nulis itu sih rasanya keren-keren aja dan sesuai dengan keinginan saya. Tapi sekarang setelah dilihat lagi kok makin gajebo. Hehe pantesan saja inspirasi dan hasrat itu sering timbul tenggelam wong visi misi atas diri sendiri saja tidak jelas.

Dulu saya pernah mengambil kuliah manajemen stratejik yang dosen pengajarnya adalah menteri  ESDM kita saat ini, yaitu Darwin Z.Saleh. Pengertian dari visi adalah: rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Sementara pernyataan misi adalah apa sebabnya kita ada (why we exist / what we believe we can do).

Itu kan konteks dalam sebuah organisasi atau perusahaan, jika konteksnya adalah human being alias manusia, ya ubah aja kata-kata "organisasi atau perusahaan" menjadi "pribadi kita".

Dalam buku text book itu yang saya lupa pengarangnya siapa (dan hampir semua teman kuliah yang saya tanyakan lewat ym juga lupa..hehe entah kotler, potter, amstrong, atau siapalah) dikatakan bahwa visi yang efektif harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Imagible (dapat di bayangkan). 2. Desirable (menarik). 3. Feasible (realities dan dapat dicapai). 4. Focused (jelas). 5. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan). 6. Communicable (mudah dipahami).

Waduhhh,,maaf-maaf bukan bermaksud menjejali posting ini dengan teori nih. Tapi memang visi dan misi itu sangat mungkin untuk kita buat berkali-kali karena akan terus kita evaluasi. Dan kalau mau dievaluasi nih mengacu ke teori itu memang visi dan misi yang saya tulis beberapa bulan lalu itu rasanya nggak memenuhi ke 6 kriteria itu. Mau dibayangkan susah. Menarik...hemmm justifikasi masing-masing. Realistis..entahlah. Super nggak jelas. Responsif sama lingkungan, waduh nggak tau ya. Mudah dipahami...haha sama saya aja itu visi nggak nyantol di hati.

Karena masih dalam situasi yang gajebo, tiba-tiba saya teringat percakapan dengan teman kantor saya beberapa hari yang lalu. Teman kantor yang sangat bersemangat dalam menjalankan pekerjaannya (dan kadang saya pikir terlalu nepsong), tapi intinya dia teman yang sangat pintar dan baik. Saat itu datang dua orang konsultan yang menangani kantor kita.

"Wi, itu konsultan kita ngomongin apa? Ada hubungannya sama kerjaan kita nggak?" katanya dengan  wajahnya yang sumringah dan nepsong (napsu kerja maksudnya).

Saya yang sedang ngetik-ngetik nggak jelas cuma bisa melengos. "Nggak. Bukan, nggak ada hubungannya. Napsu banget sih lo.."

Teman saya itu tertawa. "Hehe oke oke."

Tiba-tiba saya langsung tersadar. Kalau teman saya ini bersemangat atau berhasrat bekerja kan bukan suatu yang salah, kenapa saya harus jutek banget jawabnya. Sikap dia dalam menghadapi kerjaannya rasanya kontradiktif sekali sama saya yang sedang kehilangan gairah untuk melakukan apapun. Akhirnya saya mengahmpiri mejanya dan bertanya. "Eh kok lo bisa semangat banget sih kerjanya? Kok gw nggak semangat banget ya"

Dia tersenyum. "Inget tujuan dan mimpi-mimpi kamu aja Wi. Kalau aku sih biar bisa cepet-cepet nikah,"

Nice answer. Dan entah kenapa harus sampai dua kali saya harus diingatkan dengan tujuan dan mimpi-mimpi. Sesuatu yang akan menjadi motivasi dalam segala hal yang akan kita lakukan.

Cepet nikah. Tujuan yang mulia dan mudah diingat. Tapi ternyata efeknya dahsyat buat teman saya dalam menjalani hidupnya. Atau mungkin saya harus membuat cita-cita yang sesimpel itu?

Kemudian saya ingat-ingat lagi, sebenarnya dulu sekali saat saya masih aktif dalam AIESEC, sebuah organisasi mahasiswa internasional dimana semua anggotanya adalah future leader yang sangat bersemangat dalam segala aktivitasnya, saya pernah membuat visi dan misi yang bahkan saya jabarkan sampai menjadi spesifik goal untuk tiap tahunnya. Misalnya saja, saya mau mencapai visi saya di umur 40 tahun, nah lalu dibuatlah goal atau hal-hal yang harus terjadi di setiap tahun sebelumnya hingga akhirnya sampailah dapat tercapai visi itu. Goal itu dibuat mundur sampai umur saya saat itu.

Namun, lagi-lagi si manusia tidak berguna ini menghilangkan secarik kertas tujuan hidupnya.  Tujuan hidup yang saat itu dengan bangga saya presentasikan ke teman-temang AIESEC lainnya. Namun saya masih ingat inti visi dan misi saya, karena setelah saya sadari memang itulah sebenarnya yang saya inginkan hingga saat ini. Jika dilihat lagi tidak beda jauh juga sih sama visi baru saya yang bertele-tele di atas, intinya... suatu saat ini nanti saya akan bahagia dengan suami, anak dan cucu saya di rumah saya yang luas yang juga merupakan sekolah informal bagi anak-anak sekitar. Saya telah puas dalam karir yang saya akhiri di sebuah perbankan di umur saya yang saat itu 33 tahun dengan posisi terakhir sebagai manajer di Divisi Internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun