Teman saya itu tertawa. "Hehe oke oke."
Tiba-tiba saya langsung tersadar. Kalau teman saya ini bersemangat atau berhasrat bekerja kan bukan suatu yang salah, kenapa saya harus jutek banget jawabnya. Sikap dia dalam menghadapi kerjaannya rasanya kontradiktif sekali sama saya yang sedang kehilangan gairah untuk melakukan apapun. Akhirnya saya mengahmpiri mejanya dan bertanya. "Eh kok lo bisa semangat banget sih kerjanya? Kok gw nggak semangat banget ya"
Dia tersenyum. "Inget tujuan dan mimpi-mimpi kamu aja Wi. Kalau aku sih biar bisa cepet-cepet nikah,"
Nice answer. Dan entah kenapa harus sampai dua kali saya harus diingatkan dengan tujuan dan mimpi-mimpi. Sesuatu yang akan menjadi motivasi dalam segala hal yang akan kita lakukan.
Cepet nikah. Tujuan yang mulia dan mudah diingat. Tapi ternyata efeknya dahsyat buat teman saya dalam menjalani hidupnya. Atau mungkin saya harus membuat cita-cita yang sesimpel itu?
Kemudian saya ingat-ingat lagi, sebenarnya dulu sekali saat saya masih aktif dalam AIESEC, sebuah organisasi mahasiswa internasional dimana semua anggotanya adalah future leader yang sangat bersemangat dalam segala aktivitasnya, saya pernah membuat visi dan misi yang bahkan saya jabarkan sampai menjadi spesifik goal untuk tiap tahunnya. Misalnya saja, saya mau mencapai visi saya di umur 40 tahun, nah lalu dibuatlah goal atau hal-hal yang harus terjadi di setiap tahun sebelumnya hingga akhirnya sampailah dapat tercapai visi itu. Goal itu dibuat mundur sampai umur saya saat itu.
Namun, lagi-lagi si manusia tidak berguna ini menghilangkan secarik kertas tujuan hidupnya. Tujuan hidup yang saat itu dengan bangga saya presentasikan ke teman-temang AIESEC lainnya. Namun saya masih ingat inti visi dan misi saya, karena setelah saya sadari memang itulah sebenarnya yang saya inginkan hingga saat ini. Jika dilihat lagi tidak beda jauh juga sih sama visi baru saya yang bertele-tele di atas, intinya... suatu saat ini nanti saya akan bahagia dengan suami, anak dan cucu saya di rumah saya yang luas yang juga merupakan sekolah informal bagi anak-anak sekitar. Saya telah puas dalam karir yang saya akhiri di sebuah perbankan di umur saya yang saat itu 33 tahun dengan posisi terakhir sebagai manajer di Divisi Internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H