Bongkar-bongkar inbox milis alumni Unesa yang saya ikuti, nemu tulisan saya saat awal Ramadhan yang lalu. Meski moment-nya sudah lewat, isinya masih cukup layak dibagi. Ini cerita tentang serunya menjadi ibu yang juga sedang berjuang menjalani studi .
Akhir bulan Juni yang lalu saya memutuskan untuk memasukkan Adzra full time 5 hari di Bindi Child Care. Biasanya hanya 4 hari. Â Pertimbangannya, saya akan menghadapi ujian konfirmasi pada pertengahan Agustus. Perkara biaya tidak terlalu saya khawatirkan. Adzra memperoleh Child Care Benefit dari pemerintah Australia. CCB ini sangat meringankan beban para mahasiswa PhD yang membawa anak balita. Biaya per hari yang sebesar 75 dolar hanya tinggal sekitar 15 dolar.
Tanpa diduga, pada awal Juli saya menerima surat dari Centrelink. CCB Adzra dihentikan karena tidak lagi eligible. Lemas rasanya. Terbayang dolar yang harus saya tanggung tiap minggu. Beasiswa tidak akan cukup. Saya menduga bahwa penyebabnya adalah imunisasi Adzra yang belum lengkap. Tanpa menunda lagi, Adzra langsung saya bawa ke Health Services di kampus University of Melbourne untuk 3 suntikan. Juss juss juss... Hampir 100 dolar langsung terpotong dari rekening saya. Ya, imunisasi tidak ditanggung asuransi. Surat keterangan bahwa imunisasi lengkap langsung saya bawa ke kantor Centrelink untuk ditinjau kembali aktivasi CCB.
Bulan Juli adalah bulan tagihan listrik dan air yang datang 3 bulan sekali. Di musim dingin seperti sekarang, tagihan listrik jelas melonjak karena heater lebih sering menyala. Sementara itu, tagihan child care yang masuk email tiap minggu membuat ketar ketir. Tunjangan pemerintah tak kunjung masuk.
Saya putar otak. Tidak mungkin lagi saya sanggup bayar. Akhirnya saya melanggar janji untuk tidak bekerja sampai konfirmasi kandidatur. Pertolongan Allah datang di saat kesempitan ini. Ada teman minta digantikan untuk jaga stand kaos di Queen Victoria Market selama 3 minggu. Kebetulan pula Ganta, anak saya yang pertama, sedang libur sekolah. Jadilah saya dan Ganta beralih profesi. Â Mulai jam 7.30, saat matahari baru bangun, Ganta sudah di pasar. Mengatur ratusan kaos di meja dan gantungan. Saya bergabung 1 jam kemudian setelah mengantar Adzra ke sekolah. Jam 3 tutup toko, tapi butuh lebih dari 1 jam untuk memasukkan semua kaos ke container. Saat jemput Adzra, hari sudah menjelang maghrib jam 5 lebih sedikit. Hidup saya seperti roller coaster. Senin-Rabu di kampus, ngebut selesaikan proposal. Siapkan materi untuk presentasi proposal tanggal 18 Juli.Kamis-Sabtu jadi penjaga stand kaos souvenir Australia. Seperti stand di pasar keputran atau Sepanjang. Demi 85 dolar per hari. Kelihatannya banyak, tapi belum cukup menutup biaya Adzra.
Minggu ketiga Juli. Sudah ketiga kalinya saya mengecek ke Centrelink. Tunjangan Adzra belum juga cair. Tagihan sudah mencapai angka 1000 dolar. Saya tenangkan diri, demi presentasi di seminar yang menjadi salah satu syarat ujian. Nanti dipikir jalan keluarnya setelah itu. Alhamdulillah presentasi berjalan lancar Rabu kemarin.
Saat ini saya sedang jaga stand. Ganta sudah kembali ke sekolah. Jadi kami berbagi tugas. Saya yang buka stand, dan Ganta mengantar adiknya dulu sebelum sekolah. Â Toko sedang sepi. Â Memberi saya waktu untuk merenung. Berharap berkah Ramadhan bisa meringankan beban hati ini. Membaca postingan mas Satria menggugah hati untuk lebih siap lahir batin di Ramadhan kali ini. Hanya bertiga, tanpa ayah anak-anak.
Saat mengecek email, mata saya tertumbuk pada email dari Centrelink. Deg-degan tak karuan. Mudah-mudahan kabar yang menggembirakan...Your child is eligible for child care benefit as of 2 July 2012. Alhamdulillah ya Allah. Engkau beri hamba berkah Ramadhan, saat puasa belum dimulai. Tak tahan saya untuk tidak menangis. Untung saja sedang sepi. Tunjangan berlaku surut, yang berarti saya tidak punya hutang lagi.
Senyum saya mengembang, melayani pembeli yang mulai berdatangan. Besok hari terakhir saya berjualan di pasar. Setelah ini saya akan fokus menyelesaikan proposal. Ujian sudah ditetapkan pada tanggal 16 Agustus. Saya memang meminta supervisor untuk ujian sebelum Idul Fitri. Pada tanggal itu, insya Allah mas Prapto juga akan menemani kami melewati minggu terakhir Ramadhan dan berlebaran bersama. Saya juga ingin melakukan perbaikan gizi sambil puasa. Saat anak-anak semakin segar saja, bert badan saya belum juga mencapai angka 40 kg. Semoga bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H