Mohon tunggu...
yudhi
yudhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendidikan itu mengobarkan api dan bukan mengisi bejana. (Socrates)

Suka tertawa sendiri, tetapi tidak gila. Hu hu hu ha ha ha ....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pembangunan Negara yang Berkebudayaan dan Berkearifan

25 Februari 2019   14:38 Diperbarui: 25 Februari 2019   16:02 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah semua kemajuan itu baik ? Belum tentu. Kemajuan yang tidak dibarengi dengan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan hanya akan merusak nilai-nilai kebudayaan dan kearifan yg ada. Jadi, kemajuan hanya baik kalau dibarengi dengan ikut sertanya nilai-nilai kebudayaan dan kearifan di dalamnya.

Sebagai contoh, kebebasan pers. Pada jaman Orde Baru (Suharto), kebebasan pers begitu dibatasi, akan tetapi dapat kita lihat bahwa pada jaman itu masyarakat begitu berhati-hati dalam mengemukakan pendapat. Tidak ada hoaks, tidak ada hinaan maupun saling hujat-menghujat. Masih ada rasa malu di dalam masyarakat jika berkata hoaks ataupun hinaan. Tetapi lihat keadaan sekarang di mana kebebasan pers terbuka, yang terjadi malahan rasa malu menjadi hilang dan berganti dengan hoaks, dan berkata sesuka hatinya. Sungguh keadaan seperti inikah yang kita inginkan ?

Pada jaman Orde Baru (Suharto), ada nilai-nilai budaya dan kearifan yang masih dipegang oleh masyarakat, sedangkan pada jaman Reformasi, nilai-nilai budaya dan kearifan itu telah hilang dari masyarakat. Di sepanjang waktu yg saya lalui selama ini, pembangunan yg dilakukan hanyalah semakin memicu sifat individualis serta menghilangkan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan yg dimiliki oleh masyarakat. Tidak ada pertimbangan dari segi budaya dan kearifan ketika melaksanakan pembangunan, tetapi yang ada hanyalah pertimbangan dari segi ekonomi dan segi produktifitas saja.

Bisa kita amati bahwa generasi millenial saat ini sangat minim budi pekerti dan kearifan. Tidak ada nilai-nilai budaya yang dipegang di dalam diri mereka. Semua hal hanya dinilai berdasarkan pada kalkulasi untung-rugi saja. Jadinya kita saling mengangkangi dan menginjak satu sama lain agar bisa menjadi yang terkuat.

Sudah saatnya kita berhenti melaksanakan pembangunan negara yg hanya mengutamakan segi ekonomi dan segi produktifitas saja. Pembangunan yang dilaksanakan haruslah berkebudayaan dan berkearifan. Kemajuan bangsa Indonesia bukan hanya dilihat dari segi fisik saja (kemajuan infrastruktur dan ilmu pengetahuan), tetapi di atas daripada semua itu haruslah mengutamakan kelestarian nilai-nilai budaya dan kearifan lokal di dalam masyarakat. Sebab percuma saja kita menjadi bangsa dan negara yang maju tetapi kehilangan identitas (nilai budaya dan kearifan) dari bangsa kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun