Mohon tunggu...
yudhi
yudhi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendidikan itu mengobarkan api dan bukan mengisi bejana. (Socrates)

Suka tertawa sendiri, tetapi tidak gila. Hu hu hu ha ha ha ....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Calon Pemimpin Jakarta, Tirulah Ahok!

5 November 2016   17:27 Diperbarui: 5 November 2016   17:52 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia Informasi Teknologi, kita kenal dengan istilah "WYSIWYG" (What You See Is What You Get). Istilah ini cocok dilekatkan dengan Ahok, sebab ia punya kepribadian yang terbuka dan jujur. Kalau hatinya marah ya ekspresi dan perkataannya juga marah; kalau lagi benci ya keluarannya benci juga; kalau senang ya keluarannya senang juga...

Beberapa waktu yang lalu saya sempat menonton cuplikan wawancara di sebuah media dengan Ahok waktu Ahok masih menjabat sebagai bupati Belitung Timur. Di situ saya melihat Ahok masih murni dan tidak "terinterupsi" dengan niat politik dan kekuasaan, terlihat dari raut wajahnya yang masih polos.... tetapi sekarang sewaktu Ahok sudah menjabat sebagai gubernur Jakarta saya melihat Ahok sudah "dikotori" oleh nafsu politik dan kekuasaan. Ya memang susah seperti ibarat pepatah mengatakan "semakin tinggi naik ke puncak gunung, maka anginnya semakin kencang"; begitu juga dalam dunia pemerintahan, semakin tinggi jabatan semakin banyak terpaan dan godaan.

Saya seorang warga Makassar, dari pemberitaan yang selama ini saya saksikan di internet dan televisi, saya melihat bahwa memang Ahok berprestasi dalam membenahi Jakarta ke arah yang lebih baik. Prestasinya dapat dilihat pada:

- Korupsi / mark-up dalam birokrasi diminimalkan dengan keterbukaan informasi APBD.

- Membentuk sebuah satuan kerja "pasukan Oranye" yang khusus untuk mengawasi dan membersihkan sungai di Jakarta.

- Menata pemukiman kumuh yang selama ini tidak terurus oleh pemerintah yang lama, baik dengan cara persuasif atau dengan cara penggusuran paksa walau ditentang oleh masyarakat setempat.

- Rapat kerja harian digelar dengan terbuka dan di-upload ke Youtube.

- Layanan keluhan masyarakat yang dapat disampaikan langsung ke balaikota atau melalui telepon.

Belakangan ini Ahok mendapat banyak percobaan kriminalisasi dari pihak-pihak yang coba menjatuhkannya, mulai dari tuduhan Korupsi Reklamasi dan RS Sumber Waras, tuduhan Tidak Beretika / Tidak Sopan dalam berkomunikasi, dan tuduhan Penistaan Agama. Memang kalau kita melihat dengan akal bersih dan sehat, tentu semua ini hanya ditujukan untuk menjatuhkan Ahok dengan berbagai cara, bahkan dengan cara yang tidak pantas seperti yang baru-baru ini terjadi, yaitu demo 4 November untuk menuntut Ahok dipenjarakan karena menghina Alquran.

Tidak apa-apa jika Ahok dipenjara atau terbukti bersalah atas tuduhan menghina Alquran, karena masyarakat pun juga sudah dewasa dan memahami bahwa sejatinya semua ini hanya ditujukan untuk menjatuhkan Ahok. Di negara Indonesia, budaya kita masih sarat dengan balas dendam dan saling menjatuhkan, itulah sebabnya kita "tersendat" di tengah pembangunan bangsa ke arah yang lebih baik. Daripada sibuk menjatuhkan lawan politik, lebih baik para pemegang kekuasaan di negara ini sibuk memikirkan "bagaimana mendewasakan dan mensejahterakan masyarakatnya"... apakah melalui program-program dan tindakan nyata... bukan dengan mencari-cari kesalahan lawan politik dan berusaha menjatuhkannya.

Yang harus dilawan bukanlah Sang Penista Agama; tetapi Mental Korup/Tidak Jujur (Koruptor / Tukang Mark-Up Uang, Penyogok dan Penerima Sogok), Penyeleweng Kekuasaan, Kemunafikan, Pembodoh Masyarakat, Pembuat Kericuhan Di Masyarakat / Paham Radikalisme (Keras Dalam Mempercayai Sebuah Agama Itu Harus, Tapi Harus Didasari oleh Akal Dan Nalar yang Benar Dan Sehat; Tidak Boleh Sampai Melakukan Tindakan Yang Merugikan Orang Lain; Jika Seseorang Bersalah, Biar Allah Yang Menghakiminya, Bukan Manusia).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun