Ada masa-masa dimana saya keranjingan menulis lagi menulis. Saat itu rasa-rasanya produktivitas menulis saya berada dalam tingkat yang cukup tinggi. Sensasi yang saya rasakan tatkala menulis dan membaca karya saya beberapa hari kemudian pun menjadi semacam ekstasi yang memabukkan, hingga saya terkadang saya lupa masih ada kewajiban-kewajiban lain yang harus saya lakukan. Adakalanya saat saya sedang mabuk menulis, tugas-tugas kuliah saya terbengkalai, hingga kadang saya kurangi porsi belajar saya untuk ujian akhir semester. Bagi saya, tidak masalah. Toh saya tidak pernah menulis tentang curahan hati saya. Saya menulis dengan berpegang pada prinsip “dulce et utile”. Saya ingin tulisan saya “manis dan berguna”, dengan berpatok pada kekuatan pesan dan keindahan susunan serta pilihan kata, meski saya akui ada beberapa tulisan saya yang mungkin kurang memenuhi kriteria tersebut. Saat saya sedang mabuk menulis seperti sekarang, ada pikiran kecil yang melintas di kepala saya, jika fotografer mengabadikan momen dengan menulis, maka saya akan membuat sesuatu abadai dengan menulis, sebagaimana kata pepatah Yunani verba volant, scripta manent: apa yang dikatakan akan hilang, apa yang ditulis akan abadi. Saya pun mencoba untuk mengabadikan banyak hal: perjalanan hidup, kejadian unik, atau ide kecil yang terlintas di pikiran dan perasaan yang terlintas di hati. Saya jadikan hal tersebut prasasti di note Facebook atau di blog saya. Untuk hal yang bersifat sangat pribadi, saya tuliskan dalam note dan saya simpan di laptop saya. Sering setelah lama waktu berlalu, membaca kembali tulisan-tulisan tersebut seperti membuka lembaran-lembaran lama yang menghadirkan sensasi yang beragam. Ketika saya membaca prasasti ide, maka saya akan merasa seperti berkaca, melihat kembali diri saya beberapa waktu yang lalu dan sering menyadari betapa hidup telah membuat saya berubah. Sementara prasasti kejadian membawa saya ke masa lalu, menghadirkan lagi kenangan-kenangan lama dan membangkitkan lagi rasa-rasa yang sempat terkubur dalam hati dan terpendam dalam pikiran. Ekstasi ini salah satu yang mendorong saya untuk terus menulis, mencipta prasasti. Ya, prasasti itu abadi dan mengabadikan. Saya pun yakin, tulisan-tulisan kita akan abadi dan mengabadikan pikiran, gagasan, perasaan, dan kejadian yang kita-kita tuangkan di dalamnya. Maka, jika anda ingin abadi, menulislah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H