Loyaitas kerja merupakan hal yang sangat umum terdengar di dunia kerja, hampir setiap pegawai atau karyawan baru selalu ditekan oleh atasan agar dapat loyal terhadap perusahaannya. Sebagai karyawan dengan loyalitas tinggi dapat terlihat dengan semangat kerja menuntaskan tugas pokok dan fungsi dibidangnya, tidak perhitungan dengan jam kerja dan dengan tulus mendedikasikan skill dan tenaga untuk kemajuan perusahaannya. dalam (Desseler, 2000) menyatakan loyalitas karyawan adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. hal ini berhubungan dengan budaya kerja sebuah perusahaan, atasan dan karyawan lama yang mana sudah membentuk sebuah iklim kerja yang nyaman sehingga keluar masuknya karyawan baru akan menimbulkan loyalitas kerja secara otomatis tanpa harus diberi penekanan pada setiap rapat kerja.
Loyalitas kerja sendiri biasanya dibebankan kepada para karyawan, padahal dalam implementasinya ada faktor - faktor yang mempengaruhi seperti :
- Faktor Rasional berupa gaji, jenjang karir, bonus dan fasilitas - fasilitas yang didapat.
- Faktor Emosional berupa lingkungan kerja yang nyaman, pemimpin yang berkharisma, penghargaan yang diberikan perusahaan, budaya kerja
- Faktor Kepribadian berupa sifat individual karyawan.
Sebagai contoh kasus loyalitas kerja karyawan atau pramuniaga pada departemen store X yang dituntut untuk melakukan loyalitas dengan cara penambahan jam kerja minimal 1 jam lebih lama sebagai bentuk dedikasi terhadap perusahaan pada saat bulan puasa atau menjelang lebaran, hal ini kerap dinilai sebagai pemanfaatan karyawan harian lepas karena secara gaji berbeda dengan karyawan tetap sedangkan perusahaan tidak memberikan tawaran seperti memberikan makanan atau bonus lain sehingga banyak karyawan harian lepas melakukan ini bukan sertamerta karena keinginan dirinya untuk loyal kepada perusahaan akan tetapi keterpaksaan agar nantinya setelah periode hari raya selesai mereka dapat dilanjutkan menjadi pegawai kontrak. hal ini memberikan efek buruk pada perusahaan pasca pemilihan pegawai kontrak, mereka yang merasa berhasil menunjukan loyalitas kerja palsu akan mengalami penurunan kerja di bulan - bulan berikutnya. jika hal ini terjadi berkelanjutan maka budaya kerja pada perusahaan tersebut akan menjadi kebiasaan balas dendam pegawai kontak kepada pegawai perbantuan pada tahun berikutnya, jika kepala toko tidak menganggapi hal ini secara serius maka kinerja yang diberikan para karyawan atau pramuniaga akan perlahan menurun dan dampaknya pada tingkat penjualan Departemen store X. dan jika loyalitas kerja itu timbul karena kesadaran para karyawan atau pramuniaga maka kemungkinan pertumbuhan pejualan barang akan selalu bagus dan konsisten.Â
Menambah jam kerja bukan berarti seseorang telah melakukan loyalitas kerja dengan baik, walaupun jika seseorang pulang tepat waktu akan tetapi selama jam wajib kerja telah menuntaskan tugas secara penuh kejujuran dan tanggung jawab maka hal tersebut juga bisa dikatakan bahwa karyawan loyal pada perusahaan, sebaliknya walaupun seorang karyawan menambahkan 3 jam kerja dan tidak melakukan apa - apa maka hal tersebut juga bukan dikatakan loyalitas dalam pekerjaan. biasanya para atasan seperti manajer, kepala bagian, kepala toko menjadi pioneer utama sebuah perusahaan dalam menjalankan budaya kerja, kebijaksanaan atasan dalam menyikapi permasalahan yang ada, cara atasan mendedikasikan dirinya untuk perusahaan juga merupakan tolak ukur para karyawan untuk maju dan meningkatkan kualitas kerja. sebaliknya jika seorang atasan tidak mampu menjadi figur yang baik maka penurunan loyalitas dan kualitas kerja seorang karyawan akan timbul.
Peran Pimpinan serta Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Meningkatkan Loyalitas Karyawan Faktor yang mempengaruhi peran pimpinan dalam meningkatkan loyalitas menurut Suhardi (2014), adalah:Â
1. Faktor PendukungÂ
a. Terjalinnya komunikasi yang lancar antar pimpinan dan bawahan serta dengan pemimpin lainnyaÂ
b. Adanya pemimpin yang adil dan tidak pilih-pilih dalam memberikan tugas kepada pegawai atau bawahanÂ
c. Pemimpin tanggap dalam menyelesaikan masalah yang ada di kantorÂ
d. Pemimpin selalu mengajak pegawai untuk berbagi mengenai masalah pekerjaanÂ
e. Pemimpin memberikan peluang kepada pegawai untuk memberikan masukan demi kemajuan kantorÂ
f. Pemimpin mampu menjadi teladan yang baikÂ
g. Adanya sarana dan prasarana yang lengkapÂ
2. Faktor PenghambatÂ
a. Kurangnya pemberian penghargaan kepada pegawaiÂ
b. Kurangnya pemberian sanksi oleh pemimpin terhadap pegawai yang tidak berada di ruangan saat jam kerjaÂ
c. Kurangnya kesadaran pegawai untuk menaati peraturan yang ada
Dapat disimpulkan bahwa budaya kerja suatu perusahaan menjadi faktor penting dalam meningkatnya kualitas dan loyalitas kerja karyawan, komunikasi yang baik antar pegawai dan kebijaksanaan pimpinan dalam menjaga budaya kerja yang positif akan mampu membawa perusahaan terus berkembang dan maju. sekian pembahasan mengenai hubungan budaya kerja dan loyalitas kerja semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H