Mohon tunggu...
Prastyo CS
Prastyo CS Mohon Tunggu... Guru - Guru

Nama saya Prastyo Condro Saputro. Profesi saya saat ini adalah mengajar. Hobi saya mendaki gunung, futsal, dan olahraga lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Tayangan Film Pendek pada Kelas IX C SMPN 9 Purwokerto

10 Desember 2022   15:17 Diperbarui: 10 Desember 2022   15:24 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Menulis adalah mengungkapkan ide gagasan dalam pikiran dan rasa melalui bahasa (Sutardi, 2012: 12). Menurut Poe (dalam Nurgiyantoro, 2013: 12) menyatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar anatra setengah sampai dua jam─suatu hal yang kiranya tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. Menulis merupakan kegiatan yang tidak semua orang dapat melakukan, karena di dalam menulis khususnya dalam menulis cerpen tidak hanya dituntut untuk menuliskan apa yang menjadi tujuan kita menulis tetapi juga nantinya tulisan tersebut haruslah dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca. Di dalam menulis cerpen terdapat dua hal yang kerap menjadi permasalahan saat akan menulis cerpen, yaitu mendapatkan ide dan mengembangkan ide. Agar dapat mendapatkan ide, penulis bisa mengadaptasi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dikehidupan nyata ataupun bisa berimajinasi sendiri, sedangkan untuk mengembangkan ide lebih sulit dilakukan karena penulis harus bisa merinci kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian ditulis dengan urutan alur yang baik dan harus mengacu pada unsur intrinsik sebagai unsur pembangun cerpen. Agar dapat membuat cerpen dengan baik cerpen harus memenuhi unsur-unsur pembangun yaitu unsur intrinsik yang terdiri dari: alur, tokoh, latar, gaya bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat.

Masalah yang terjadi dalam menulis cerpen tersebut ternyata dirasakan oleh siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto. Bu Lutfiyah selaku guru mata pelajaran kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto mengungkapkan bahwa siswanya sulit mengimplementasikan ide yang telah dikelola di dalam pikiran dan batinnya ke dalam sebuah tulisan, atau dalam kata lain siswa kesulitan saat menulis cerpen  untuk mengembangkan ide yang mereka miliki agar menjadi sebuah cerpen yang baik. beliau juga menjelaskan metode yang digunakan saat memberikan pelajaran menulis cerita pendek yaitu menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab sendiri tidak asing karena metode tersebut adalah metode konvensional dikalangan pengajar yang digunakan dalam sebagian besar pelajaran yang diajarkan. Namun, dalam kaitannya belajar menulis cerpen agaknya perlu adanya cara lain agar pelajaran menulis cerpen lebih menarik dan pastinya siswa dapat mengimplementasikan apa yang guru perintahkan terkait pelajaran menulis cerpen yaitu menulis cerita pendek berdasarkan ide dari pemikiran masing-masing siswa.

Sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan ketrampilan siswa dalam menulis cerpen, seorang guru harus mempunyai cara yang baik agar pembelajaran dapat maksimal. Dalam permasalahan pembelajaran ketrampilan menulis tersebut agaknya siswa kurang dapat berkembang dengan metode yang digunakan oleh Bu Lutfiyah, S. Pd.. Hal ini bila tidak segera diatasi tentu dapat mempengaruhi prestasi siswa dalam hal ketrampilan menulis, khususnya menulis cerpen. Dengan melihat permasalahan yang tersebut, guru mencoba menerapkan cara pembelajaran yang berbeda di kelas IX C SMP Negeri 9 purwokerto. Media tayangan film pendek merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan oleh guru untuk mencoba menyelesaikan masalah tersebut. Penggunaan media tayangan film pendek ini diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan ketrampilan menulis pada pembelajaran menulis cerpen. Secara umum struktur film sama dengan struktur karya sastra yaitu terbentuk oleh unsur-unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik (Trianton, 2013: xi). Dengan terbentuk sama-sama oleh unsur intrinsik, maka keduanya memiliki kesamaan namun medianya yang berbeda. Unsur-unsur intrinsik di dalam film dan karya sastra tentunya tidak berbeda jauh. Di dalam unsur intrinsik tersebut pasti terdiri dari plot atau alur, tema, tokoh (Watak), latar, sudut pandang, amanat. Film ataupun karya sastra keduanya merupakan pengejawantahan dari kehidupan nyata yang dibangun kembali dengan cara yang berbeda, film menggunakan media gambar dan suara sementara karya sastra menggunakan bahasa tulis.

Menulis

Pengertian Menulis

Sutardi (2012: 12) mengungkapkan bahwa menulis adalah mengungkapkan ide gagasan dalam pikiran dan rasa melalui bahasa. Sejalan dengan hal tersebut menulis sendiri pada dasarnya mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan perasaan diri, tetapi melakukan kegiatan menulis agar mendapatkan hasil menulis yang baik pada umumnya harus memiliki eksistensi atau dalam kata lain harus berkelanjutan, karena menulis erat hubungannya dengan sebuah karya atau hasil dari menulis. Semakin konsisten ia dalam berkegiatan menulis, maka sejatinya akan berbanding lurus dengan hasil atau karya dari tulisannya tersebut.

Tujuan Menulis

Tujuan menulis menurut Tarigan (2008: 27), yaitu tujuan penugasan, tujuan altruistik, tujuan persuasif, tujuan penerangan, tujuan pernyataan, tujuan kreatif, tujuan pemecahan masalah. Sedangkan Rosadi (2009:7) mengungkapkan bahwa tujuan menulis ditinjau dari sudut pengarang terdiri dari enam, yaitu tujuan penugasan, tujuan estetis, tujuan penerangan, tujuan pernyataan diri, tujuan kreatif, dan tujuan konsumtif.

Manfaat Menulis

Bagi sebagian orang menulis merupakan hal yang sulit dilakukan terutama untuk memulainya. Tetapi, di samping persoalan sulitnya menulis terdapat banyak manfaat dari menulis itu sendiri bila ingin melakukan dan terus melatihnya terutama bagi siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Tarigan (2008: 22) “Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir kritis.

Cerita Pendek

Pengertian Cerita Pendek

Sutardi (2012: 59) mengungkapkan bahwa cerita pendek adalah rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu kesatuan. Sama hakikatnya dengan kehidupan nyata, sebuah peristiwa terjadi karena kesatuan manusia, tempat, dan waktu. Dari kesatuan itulah peristiwa terbentuk.

Unsur-unsur Pembangun Cerpen (Unsur Intrinsik)

Struktur karya fiksi menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro, 2000: 36). Dalam proses pembuatan cerpen tentu akan memiliki konflik atau masalah dengan didukung oleh tokoh, alur, dan latar.

Mengembangkan Ide dalam Menulis Cerpen

Sutardi (2012: 83) mengungkapkan bahwa proses pengendapan ide bisa dilakukan dengan dua teknik, yaitu (1) teknik tulis, dan (2) teknik renung. Pertama, teknik tulis yaitu teknik dengan cara menuliskan rangkaian peristiwa yang akan menjadi jawaban atas  ide dan masalahnya. Teknik tulis adalah teknis yang lebih mudah untuk dilakukan bagi para pemula dalam menulis cerpen, karena penulis dimudahkan dengan hanya menulis rangkaian-rangkaian peristiwa yang terjadi kemudian dibuat menjadi cerita dengan beberapa paragraf. Kedua, teknik renung yaitu hanya merenungkan dan mengontemplasikan kemunginan-kemungkinan rangkaian peristiwa dalam pikiran dan perasaan sebelum ditulis.

Film Pendek

Film memiliki definisi atau pengertian yang bermacam-macam, tergantung sudut pandang orang yang mengartikannya. Menurut Effendy (dalam Trianton, 2013: 2) film merupakan media untuk merekam gambar yang menggunakan bahan seluloid sebagai bahan dasarnya. Sedangkan menurut UU No. 33 Tahun 2009 menyebutkan bahwa film merupakan pranata sosial dan media komunikasi seni budaya yang berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.

Tayangan Film Pendek dalam Pembelajaran Menulis Cerpen

Di dalam pembelajaran menulis cerpen dengan tayangan film pendek ini nanti siswa akan diajak untuk menyaksikan film pendek yang telah peneliti siapkan. Di dalam pembelajaran siswa tidak cuma hanya melihat film pendek tanpa adanya upaya lain untuk meningkatkan ketrampilan menulis cerpen siswa. Nanti siswa akan dijelaskan dengan video atau film pendek yang diputar. Dengan adanya pemutaran film pendek diharapkan akan memantik ide kreatif siswa dalam membuat ilustrasi cerita yang akan siswa tulis menjadi cerpen, walaupun cerita atau kisahnya tidak seperti apa yang ada di dalam penayangan film pendek tersebut. Film pendek diketahui juga memilik unsur pembangun sama seperti karya sastra yaitu unsur intrinsik. Unsur Intrinsik di dalam film pendek dan karya sastra perbedaannya tidak terlalu jauh, keduanya sama-sama mengandung temu, alur, tokoh, sudut padang, latar, dan amanat. Dengan persamaan keduanya tersebut akan mempermudah siswa dalam pengaplikasiannya ke dalam cerita yang akan mereka tulis.

Urutan cerita dan kronologis terjadinya peristiwa juga hampir sama antara film pendek dengan cerpen. Perbedaan yang paling mendasar di antara keduanya adalah film pendek medianya di dalam sebuah audio visual, sedangkan karya sastra medianya adalah media tulis. Sisi lain manfaat dari penayangan film pendek adalah dapat memancing perhatian siswa karena seperti diketahui bahwa siswa SMP tergolong peralihan masa kanak-kanak ke masa remaja. Dengan tayangan audio visual dari film pendek diharapakan siswa jadi perhatian dan antusias dalam belajar menulis cerpen, karena media audio visual dinilai lebih efektif untuk media penyalur pembejaran karena sifatnya yang bergambar dan bersuara jadi memiliki daya tarik tersendiri.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindak kelas (PTK). Arikunto, dkk (2012: 58) mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model penelitian yang diungkapkan oleh Arikunto, dkk (2012: 16) yaitu terdapat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Tes

Teknik tes merupakan salah satu evaluasi dan alat untuk mengukur perkembangan dan perubahan yang dialami siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Teknik tes berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah diajarkan. Sebagai salah satu alat ukut dalam proses pembelajaran, tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data hasil pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto yang berupa nilai siswa dalam menulis cerpen. Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tertulis.

Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan teknik untuk memperoleh informasi dengan melakukan pengamatan. Teknik nontes dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung yaitu dari awal sampai akhir pembelajaran. Kegiatan pengamatan atau observasi ini dilakukan untuk mengetahui segala kegiatan yang dilakukan guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

 

Teknis Analisis Data

Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif merupakan teknik yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Data dalam teknik kuantitatif ini berupa hasil nilai kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui gambaran aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik ini mendeskripsikan ketrampilan menulis cerpen sebelum dan sesudah implementasi dilakukan. Data dalam teknik kualitatif ini berupa hasil observasi yang disertai dengan lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Pada kegiatan observasi peneliti menggunakan tanda check list (√) dalam mengisi lembar observasi tersebut, sehingga observer atau pengamat hanya memberikan tanda check list (√) pada kolom pilihan “Ya” dan “Tidak”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pretest

Hasil dari kegiatan awal (Pretest) diperoleh data bahwa dari 33 siswa terdapat 7 siswa yang sudah di atas KKM, sedangkan siswa yang masih di bawah KKM sejumlah 26 siswa. Nilai tertinggi dalam pretest kegiatan awal diraih oleh Nur Ardani dengan perolehan nilai sebesar 92,86, sedangkan nilai terendah yaitu Bobby Darmawan dengan nilai 46,42. Nilai rata-rata siswa pada pretest kegiatan awal sebesar 62,44 dengan presentase ketuntasan 21,21%.

Siklus I

Hasil dari kegiatan siklus I diperoleh data bahwa dari 33 siswa terdapat 16 siswa sudah di atas KKM, sedangkan 17 siswa belum mencapai KKM yang diharapkan yaitu sebesar 77. Pada post test tindakan siklus I nlai tertinggi diraih oleh Ghefira Erdi Rahmagita dan Nur Ardani dengan perolehan nilai sebesar 91,67. Sementara nilai terendah didapatkan oleh Nurohman dengan perolehan nilai sebesar 54,76. Selain itu, presentase ketuntasan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen pada post test siklus I sebesar 48,48%.

Kemudian berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan observer dengan lembar aktivitas guru, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa dalam proses pembelajaran guru tidak melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran agar siswa termotivasi dan mengerti tujuan dari pembelajaran menulis cerpen. Setelah pembelajaran dimulai, guru langsung menjelaskan materi pembelajaran menulis cerpen dengan pengertian dan menjelaskan unsur pembangun cerpen yaitu unsur intrinsik. Setelah guru menjelaskan materi, kemudian guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab seputar pembelajaran menulis cerpen. Setelah itu, guru meminta siswa memikirkan ide dan membayangkannya menjadi sebuah cerita berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya, kemudian guru meminta siswa untuk memperhatikan tayangan film pendek yang akan ditayangkan terkait unsur intrinsik dan kronologis cerita di dalam tayangan film pendek sebagai gambaran untuk siswa nantinya dalam menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya.

Guru memutar tayangan film pendek pertama dan guru setelah itu menanyakan unsur intrinsik dan ringkasan kronologi dari cerita yang ada ditayangan film pendek tersebut. Untuk memberikan pemahaman lebih baik, guru kembali memutar tayangan film pendek kedua kali atau yang terakhir. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadi siswa yang dibantu dengan gambaran unsur intrinsik dan kronologis cerita dari penayangan film pendek yang telah ditayangkan. Setelah siswa mengerjakan tugas menulis cerpen guru tidak meminta siswa untuk mempresentasikan tugas tersebut, tetapi guru langsung memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran terkait pelajaran yang telah  dilakukan.

Berdasarkan data yang terdapat pada lembar observasi aktivitas guru dalam siklus I menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran menulis cerpen sudah cukup baik. Alasan itu diutarakan karena guru sudah memberikan materi pembelajaran menulis cerpen dengan baik dan mengajak siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Namun, kekurang aktivitas guru dalam siklus I yaitu guru belum mengawali pembelajaran dengan kegiatan apersepsi dan motivasi untuk memberikan semangat dan maksud tujuan dari pembelajaran menulis cerpen kepada siswa. Oleh karena itu, pembelajaran berikutnya guru diharapkan dapat memperbaiki aktivitas dalam proses pembelajaran menulis cerpen pada siklus I.

Kemudian berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan observer atau pengamat pada lembar observasi siswa, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa dalam pembelajaran menulis cerpen pada siklus I siswa memperhatikan penjelasan dari guru terkait materi pembelajaran menulis cerpen dengan pengertian dan unsur pembangun cerpen yaitu unsur intrinsik. Akan tetapi, siswa tidak memanfaatkan kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru untuk bertanya seputar pembelajaran menulis cerpen. Siswa mengindahkan perintah guru dengan memanfaatkan waktunya untuk memikirkan ide dan membayangkannya yang nantinya menjadi sebuah cerita berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya. siswa memperhatikan pemutaran tayangan film pendek yang pertama terkait unsur intrinsik dan kronologis cerita di dalam tayangan film pendek sebagai gambaran untuk siswa nantinya dalam menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya. Kemudian siswa menjawab pertanyaan guru terkait unsur intrinsik dan ringkasan kronologi cerita yang ada ditayangan film pendek yang telah ditayangkan. Setelah itu, siswa memperhatikan pemutaran tayangan film pendek yang kedua kali atau yang terakhir terkait unsur intrinsik dan kronologis cerita di dalam tayangan film pendek sebagai gambaran untuk siswa nantinya dalam menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya. Selanjutnya, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadi yang mereka alami. Namun, setelah siswa mengerjakan tugas menulis cerpen yang diberikan oleg guru, siswa tidak mempresentasikan tugas menulis cerpen lantaran guru tidak menyuruh untuk mempresentasikannya.

  • Siklus II
  • Pada post test siklus II menunjukkan bahwa dari 34 siswa atau keseluruhan kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto terdapat 26 siswa yang telah memenuhi KKM, sedangkan hanya terdapat 8 siswa yang belum memenuhi KKM. Pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 75,62, sementara pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai sebesar 76,33.  Selain itu, presentase pun mengalai peningkatan sebesar 27,99%. Pada siklus I presentase ketuntasan siswa sebesar 48,48%, sementara pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 76,47%.

Kemudian berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan observer dengan lembar aktivitas guru yang telah peneliti siapkan, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa dalam proses pembelajaran guru telah melakukan kegiatan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran agar siswa termotivasi dan mengerti tujuan dari pembelajaran menulis cerpen. Setelah kegiatan apersepsi selesai, guru langsung menjelaskan materi pembelajaran menulis cerpen dengan pengertian dan menjelaskan unsur pembangun cerpen yaitu unsur intrinsik. Setelah guru menjelaskan materi, kemudian guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menjawab seputar pembelajaran menulis cerpen. Setelah itu, guru meminta siswa memikirkan ide dan membayangkannya menjadi sebuah cerita berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya, kemudian guru meminta siswa untuk memperhatikan tayangan film pendek yang akan ditayangkan terkait unsur intrinsik dan kronologis cerita di dalam tayangan film pendek sebagai gambaran untuk siswa nantinya dalam menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya.

Guru memutar tayangan film pendek pertama dan guru setelah itu menanyakan unsur intrinsik dan ringkasan kronologi dari cerita yang ada ditayangan film pendek tersebut. Untuk memberikan pemahaman lebih baik, guru kembali memutar tayangan film pendek kedua kali atau yang terakhir. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadi siswa yang dibantu dengan gambaran unsur intrinsik dan kronologis cerita dari penayangan film pendek yang telah ditayangkan. Berbeda dengan lembar hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus I yang guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan tugas menulis cerpennya, pada lembar hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus II memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan tugas menulis cerpennya. Setelah presentasi siswa selesai guru langsung memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran terkait pelajaran yang telah  dilakukan.

Berdasarkan data yang terdapat pada lembar observasi aktivitas guru dalam siklus I menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran menulis cerpen sudah cukup baik. Alasan itu diutarakan karena guru sudah memberikan materi pembelajaran menulis cerpen dengan baik dan mengajak siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Namun, kekurang aktivitas guru dalam siklus I yaitu guru belum mengawali pembelajaran dengan kegiatan apersepsi dan motivasi untuk memberikan semangat dan maksud tujuan dari pembelajaran menulis cerpen kepada siswa. Oleh karena itu, pembelajaran berikutnya guru diharapkan dapat memperbaiki aktivitas dalam proses pembelajaran menulis cerpen pada siklus I.

Kemudian berdasarkasn hasil pengamatan yang dilakukan observer atau pengamat pada lembar observasi siswa, maka dapat dideskripsikan bahwa dalam pembelajaran menulis cerpen pada siklus II siswa memperhatikan penjelasan dari guru terkait materi pembelajaran menulis cerpen dengan pengertian dan unsur pembangun cerpen yaitu unsur intrinsik. Kemudian, siswa memanfaatkan kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru untuk bertanya seputar pembelajaran menulis cerpen. Siswa mengindahkan perintah guru dengan memanfaatkan waktunya untuk memikirkan ide dan membayangkannya yang nantinya menjadi sebuah cerita berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya. siswa memperhatikan pemutaran tayangan film pendek yang pertama terkait unsur intrinsik dan kronologis cerita di dalam tayangan film pendek sebagai gambaran untuk siswa nantinya dalam menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya. Kemudian siswa menjawab pertanyaan guru terkait unsur intrinsik dan ringkasan kronologi cerita yang ada ditayangan film pendek yang telah ditayangkan. Setelah itu, siswa memperhatikan pemutaran tayangan film pendek yang kedua kali atau yang terakhir terkait unsur intrinsik dan kronologis cerita di dalam tayangan film pendek sebagai gambaran untuk siswa nantinya dalam menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadinya. Selanjutnya, siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu menulis cerpen berdasarkan ide atau pengalaman pribadi yang mereka alami. Setelah mengerjakan tugas menulis cerpen, siswa mengindahkan perintah guru yang menyuruh untuk mempresentasikan tugas menulis cerpen dan siswa pun mempresentasikan tugas menulis cerpennya.

  • SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto, maka dapat peneliti simpulkan bahwa pelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media tayangan film pendek sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hal tersebut terlihat dari peningkatan kemampuan siswa dalam hasil pretest kegiatan awal, post test siklus I dan post test siklus II. Nilai rata-rata pretest kegiatan awal yaitu hanya sebesar 62,44 dan siswa yang di atas KKM sejumlah 7 siswa dengan presentase ketuntasan sebesar 21,21%. Namun, setelah pembelajaran menggunakan media tayangan film pendek nilai rata-rata siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pretest ke post test siklus I yaitu dari nilai rata-rata sebesar 62,44 menjadi 75,62. Selain itu, presentase ketuntasan juga mengalami peningkatan dari pretest kegiatan awal ke post test siklus I yaitu dari 21,21% menjadi 48,48% dan siswa yang telah di atas KKM sejumlah 16 siswa.

Setelah melihat hasil dari siklus I belum sesuai atau memenuhi indikator yang diharapkan, maka peneliti melakukan tindakan berikutya, yaitu tindakan post test siklus II. Hasil kemampuan menulis cerpen siswa pada post test siklus II lebih baik daripada post test siklus I. Nilai rata-rata post test siklus I sebesar 75,62 menjadi lebih baik pada post test siklus II yaitu sebesar 76,33 dengan jumlah siswa yang di atas KKM adalah 26 siswa. Oleh karena itu, berdasarkan hasil peningkatan kemampuan menulis cerpen dengan menggunakan media tayangan film pendek pada siswa kelas IX C SMP Negeri 9 Purwokerto tahun ajaran 2016-2017 dapat peneliti katakan berhasil.

Dari simpulan tersebut, peneliti menyarankan untuk peserta didik agar siswa dapat belajar lebih aktif, lebih baik lagi, dan jangan cepat merasa puas dalam hal belajar untuk kedepannya. Kemudian, untuk guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, penggunaan tayangan film pendek dapat digunakan sebagai salah satu metode atau cara dalam pembelajaran menulis cerpen. Kemudian, untuk sekolah diharapkan dapat memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar agar guru dapat mengajar dengan nyaman dan tentunya siswa juga dapat belajar dengan nyaman dan mendapat hasil yang maksimal.




  • DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sutardi, Heru Kurniawan. 2012. Penulisan Sastra Kreatif. Yogyakarta

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianton, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun