Namun lama-lama saya merasa ada kejanggalan dengan pemahaman saya, karena saya tahu ustaz-ustaz kampung yang saya kenal adalah orang-orang yang sangat paham tentang AlQuran dan Haditz, bagaimana mungkin mereka tidak tahu tentang amaliyah yang mereka amalkan.
Masa kontrak kerja saya selesai, saya pun pulang ke kampung halaman, saya tinggalkan pengajian-pengajian yang ada di Jakarta. Saya bersama beberapa teman membuka usaha Warnet yang pada awal berdirinya terpaksa menjadi rental komputer karena ternyata internet tidak dapat menjangkau daerah saya. Dengan penghasilan pas-pasan, saya tidak dapat lagi membantu finansial orang tua saya.Â
Saya pun berusaha mencari penghasilan tambahan, saya mulai belajar tentang jaringan dan pemrograman. Akhirnya saya sering mendapatkan pekerjaan untuk setup Warnet, maintenance warnet, installasi komputer, pemasangan jaringan, dll.Â
Saya terima hampir semua pekerjaan yang ditawarkan kepada saya. Meskipun saya belum pernah mengerjakannya, pikir saya kalau masih ada internet, pasti ada tutorialnya. Pernah suatu ketika saya diminta untuk membuatkan sebuah program semacam POS (Point of Sales) untuk perusahaan air isi ulang.
Saya pun menyanggupinya meskipun sebenarnya saya tidak tahu bagaimana cara membuat program. Dengan mengandalkan internet, saya akhirnya berhasil membuat program tersebut. Ya, itu adalah pertama kali saya membuat program dan digunakan oleh orang lain. Saya terus belajar koding setelah berhasil membuat program tersebut karena ternyata pemrograman itu mengasyikan, seperti kata Linus Torvalds: "Most good programmers do programming not because they expect to get paid or get adulation by the public, but because it is fun to program."
2011 saya menikah. Setelah menikah saya mendapatkan tawaran kerja di perusahaan IT yang berlokasi di Depok. Saya terima tawaran tersebut meskipun saya harus berpisah dengan istri saya, karena istri saya masih melanjutkan kuliahnya.Â
Di perusahaan ini saya bertemu orang-orang yang luar biasa. Menghadapi masalah dengan santai. Tidak ada jarak antara karyawan dan Boss. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang NU. Dari merekalah saya kembali mengenal Islam yang damai dan sadar bahwa ustaz atau kyai-kyai kampung yang pernah mengajar saya ngaji, mereka adalah orang-orang terbaik dalam agama. Meskipun tidak populer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H