Mohon tunggu...
Prastiwo Anggoro
Prastiwo Anggoro Mohon Tunggu... Insinyur - ingenieur

Seorang pemerhati lingkungan, budaya dan sumber daya manusia. Aktif di perkumpulan kepemudaan, Keinsinyuran, Lingkungan dan Pendidikan. Memberikan kontribusi melalui infiltrasi ke generasi muda dan berusaha menulis satu topik setiap minggu sekali.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mencicipi Moda Transportasi Umum di Ibu Kota

27 Desember 2019   12:13 Diperbarui: 27 Desember 2019   15:50 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KA Bandara Soetta | Dok. pribadi

Tulisan ini berdasarakan pengalaman saya, bulan September lalu saat menghadiri Seminar Konstruksi 2019 (Baca di Seminar ), Namun baru kali ini bisa di upload di karenakan 2 bulan ini kesibukan oleh pekerjaan. 

Bagi saya yang tinggal di Pulau Batam, sebuah pulau dekat perbatasan dengan Singapura dan Malaysia (Johor Bahru) kemacetan lalu lintas merupakan hal yang langka. 

Selain tingkat populasi penduduk Batam yang masih di angka 1.3 juta jiwa, mayoritas jalan dalam kota Batam mempunyai 2 jalur di masing-masing arah, sehingga moda transportasi umum masih kalah manis di banding kan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat. 

akan tetapi untuk Ibukota Indonesia - Jakarta, moda transportasi umum menjadi primadona di tengah hiruk pikuk pusat bisnis dan pusat administrasi negara. Sebelum keberangkatan dari bandara hang nadim, saya melakukan mini riset utk mengukur beberapa aspek 

1. Harga angkutan umum

2. Waktu tempuh

3. Kemudahaan utk memesan angkutan umum 

Terminal Kereta Bandara | Dok. pribadi
Terminal Kereta Bandara | Dok. pribadi

Sesaat setelah turun dari pesawat terbang, saya langsung menaiki airport train yg menghubungkan terminal-terminal di bandara soetta. Berkat papan petunjuk arah yang memadai, saya bisa menemukan Kereta Bandara dgn mudah. Penumpang mengantri dengan teratur dan ada dinding kaca pembatas antara kereta dan tempat antrian penumpang.  satu lagi, kereta bandara gratis untuk penghubung antara terminal dan Airport Railway Station.

Setelah turun dari Kereta Bandara saya langsung menuju ke Airport Rail way, Stasiun  terlihat baru dan aroma nya masih segar.

Mengantri di Tiket Counter Machine | Dok. pribadi
Mengantri di Tiket Counter Machine | Dok. pribadi

Memesan melalui machine counter, sama seperti MRT di singapura, tinggal memilih stasiun tujuan yg di tuju, dan klik membayar melalui mesin atm seketika tiket langsung di print. Sempat kebingungan namun ada petugas yang standby di samping mesin untuk mengarahkan pilihan yang ada .

Kesan bersih langsung terasa begitu saya masuk ke dalam kereta, kursi yg empuk serta AC yg wangi membuat saya bisa beristirahat dgn nyaman setelah Jet lag atau flight fatigue 

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Begitu sampai di stasiun penyangga, saya berganti ke Commuter Line atau keren nya 

 Begitu padat dan sesak. 

Ini menandakan bahwa Ibukota kekurangan moda transportasi umum. 

Setelah agak lama mencari kounter tiket, di karenakan kurangnya  petunjuk arah, akhirnya saya mendapatkan tiket dgn harga yg murah utk station tujuan akhir. 

station Commuter Line Indonesia | Dok. pribadi
station Commuter Line Indonesia | Dok. pribadi

Menunggu KRL datang menjadi sebuah pengalaman tersendiri. Banyaknya penumpang dan tidak ada nya batas antara jalur kereta dgn tempat penumpang membuat harus ekstra waspada. 

Setelah KRL datang, ternyata penumpang yg akan turun jg sedemikian banyak. Saya menunggu sambil berhati hati.

Kali suasana di dalam KRL berbeda dgn Airport Railway yang saya naik sebelum nya. Karena penumpang banyak saya harus berdiri dan kondisi interior KRL harus lebih sering di bersihkan. 

Jalur di Commuter Line | Dok. pribadi
Jalur di Commuter Line | Dok. pribadi

Wajah2 yg penat dan capek memenuhi para penumpang. 

Setelah sampai di stasiun tujuan, saya memesan ojek melalui aplikasi yg lagi hot. sangat mudah. 

Setelah hampir 90 menit dari bandara Soetta akhir nya saya sampai juga di Tempat penginapan. Sesuai aplikasi Peta dari mbah google, jalur yang di arahkan sesuai dengan waktu yang rencanakan, bahkan biaya yang di perlukan lebih murah dari pada harus memesan taksi langsung dari bandara ke penginapan. 

Peta Mbah Google | Hasil screenshot pribadi
Peta Mbah Google | Hasil screenshot pribadi

Begitulah akhirnya dari perjalanan saya, merasakan moda transportasi umum di Ibukota Jakarta.

Dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Harga angkutan umum ==>Terjangkau (8/10)

2. Waktu tempuh ==> Bagi Traveller bisa merencanakan sesuai petunjuk google map  karena waktu tempuh sesuai hampir 90% (8/10)

3. Kemudahaan utk memesan angkutan umum ==> Medium level, hanya di KRL saja yang agak kesulitan (7/10)

4. Kenyamanan ==> Medium level (7/10)

Secara keseluruhan dapat di nilai moda transportasi umum lebih menguntungkan daripada transportasi pribadi di Ibukota Jakarta. hanya saja perlu di support dengan moda transportasi penyangga bagi tujuan-tujuan yang tidak tertera di  transportasi umum

Pesawat ==> Kereta Bandara ==> Airport Railway ==> Commuter Line ==> Ojek 

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dari Batam Untuk Indonesia yang lebih Baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun