Bertempat di nongsa pada sabtu, 22 desember 2018, Walikota Batam, Muhammad Rudi, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Enny Sudarmonowati dan Dian Irawati, Kasubdit Penataan Bangunan dan Lingkungan Ditjen Cipta Karya Kementrian PUPR meresemikan Kebun raya batam di tandai dengan penanda tanganan prasasti.
Di kutip dari website LIPI (klik di sini), KRB di bangun seluas 86 Ha merupakan bentuk konversi alam, agar 58,57% dari total daratan atau sekitar 23.430 ha dari luas wilayah Pulau Batam yang merupakan kawasan hutan dapat terselamatkan.
Dengan luas 86 hektar, KRB sudah memiliki sekitar 2.500 koleksi tanaman. Selain itu, ada 9.700 bibit yang belum ditanam. Â Sementara bibit-bibit yang sudah ditanam, antara lain 500 pohon ketapang kencana.
Tema Kebun Raya Batam adalah Konservasi Tumbuhan Pulau-pulau kecil di Indonesia. Adapun rencana penyusunan koleksinya adalah berdasarkan biogeographic region, yang meliputi :
- Koleksi dari Kepulauan di wilayah Sundaland
- Koleksi dari Kepulauan di wilayah Wallacea
- Koleksi dari Kepulauan di wilayah New Guinea
- Koleksi dari Kepulauan di wilayah Oceania
- Koleksi dari Kepulauan di wilayah dunia lainnya
Taman tematik yang berupa maze garden, flower garden, children garden dan lain-lain juga direncanakan menjadi salah satu kekuatan kebun raya ini. Selain itu kawasan pesisir yang berupa hutan mangrove akan tetap dipertahankan sebagai daerah yang dihutankan (forested zone) yang dapat diakses dengan menggunakan jembatan/ track dari kayu.
 Sekitar semenit kemudian, rasa kagum menjadi down. Di karenakan infrastruktur dan suasana kebun raya yang tidak sesuai ekpektasi.
Tepat pukul 9.30 pagi, matahari yang  bersinar dengan ceria nya menambah suhu panas di lokasi. Selayaknya kebun raya, seharusnya tumbuhan-tumbuhan yang bisa melindungi para pengunjung untuk berteduh. Akan tetapi di karenakan tumbuhan-tumbuhan yang di tanam masih berupa bibit, apa daya pengunjung yang harus berpanas-panas ria di kebun raya (something wrong??)
Tepat jam 10.00 pagi, kami sudah meninggalkan lokasi dan hanya membeli eskrim untuk si-kecil, tanpa berlama-lama di lokasi (dikarenakan panas yang menyengat).
Dikutip dari batampos.co.id tanggal 8 mei 2017, Asisten Ekonomi Pembangunan (Ekbang) Pemko Batam, Gintoyono Batong mengatakan pembangunan anggaran fisik kebun raya batam mencapai 800 milliar dan itu belum termasuk dana untuk tanaman koleksi kebun.
Dimulai pembangunan di tahun 2014, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat (KemenPUPR) sudah menggelontorkan dana awal Rp 21,8 miliar. Namun Rp 11 M. dikorupsi. Sisanya telah digunakan untuk membangunn sejumlah fasilitas, termasuk kantor pengelola, namun kondisinya kini banyak yang rusak. Telah ada 3 tersangka dari kontraktor dan PPK (pejabat pembuat komitmen) yang di proses oleh kejaksaan tinggi provinsi kepri.
Pada Juli 2017, KemenPUPR akan menggelontorkan kembali dana Rp 5 miliar untuk perbaikan fasilitas yang rusak. Hingga akhir nya di penghujung tahun 2018 ini dengan fasilitas "seadanya" KBR di resmikan.
Harapan serta doa
Pulau batam sedang berbenah, di awali dengan pelebaran jalan utama di "prime" location. Keputusan untuk meleburkan kepemimpinan Pemkot batam dan BP batam kedalam satu komando (walikota batam) sebuah langkah maju. Penulis mengharapkan ke depannya ada perbaikan signifikan terhadap KRB (Batam Botanic Garden), sebagai warga batam yang ingin batam menjadi modern city.
Sebagai halaman depan indonesia, perbaikan KRB sangat di perlukan. para wisatawan yang berkunjung akan memberikan kesan yang minus mengani keberadaan dan pengelolaan KRB yang seperti sekarang ini. Dengan anggaran yang "fantastis", saya warga batam mengharapkan KBR - Batam Botanic Garden paling tidak bisa menjadi kebun raya yang"layak" di kunjungi .Â
Untuk Indonesia yang lebih baik