Mohon tunggu...
Agung Prasetyo
Agung Prasetyo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Sajak "Atas Nama" Gus Mus

22 September 2016   01:50 Diperbarui: 22 September 2016   01:53 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengutip dari sajak "Atas Nama" karya KH. Mustofa Bisri, tergerak hati untuk mengajak sahabat - sahabatku sekalian untuk berefleksi terhadap keadaan bangsa saat ini. Melihat tingkah polah para penguasa bangsa yang sering mengatas namakan apa saja untuk mencitrakan dirinya seperti pahlawan yang bisa membawa perubahan lebih baik untuk negri ini. Dan sangat kita sadari bahwa mereka yang dulu saat pencalonan sering menyebut "Atas Nama" bisa kita lihat tindak, tutur hingga perilakunya seperti apa. Bukan bermaksut menjelekkan atau apa. saya juga bukan orang suci yang jauh dari tindakan buruk. disini saya hanya ingin mengajak berefleksi diri. 

Seorang Ulama besar asal Rembang jawa Tengah ini sudah sering membuat karya - karya berupa sajak ataupun puisi yang menceritakan keadaan didalam negri ini. Beliau adalah Kh Mustofa Bisri. Dalam Sajak "Atas Nama" beliau seperti mencerminkan sifat perilaku yang sering dilakukan oleh para pelaku politik negri ini.

Ada yang atasnama keadilan meruntuhkan keadilan

Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan

Ada yang atasnama perdamaian mengusik kedamaian

Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan

Jika kita kaji satu persatu dari sajak tersebut mungkin itu benar adanya. Seperti kehidupan didalam negri saat ini, mungkin bukan seperti lagi tapi mirip. Saya mencoba untuk menelaah dan merefleksikan dengan keadaan negri ini seperti berikut.

1. Ada yang atasnama keadilan meruntuhkan keadilan

jika berbicara masalah keadilan akan menjadi sangat sensitif dibahas. karena, negri ini dalam mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakayat Indonesia seperti yang terpamapang jelas dalam teks PANCASILA ke 5 sangat jauh dari realita. Kita bisa ambil contoh kecil, pencuri ayam yang harganya paling jika diuangkan hanya 50 ribu rupiah dengan pencuri uang rakyat yang nilainya bisa mencapai miliyaran rupiah sangat tidak adil dalam pemberian hukuman. intinya sama-sama  "PENCURI" dengan nilai yang satu kecil dan satunya besar. 

Maling ayam dikenakan penjara hingga 3 tahun sementara pelaku maling uang rakyat hanya paling berapa bulan penjara. Dan kadang masih bisa bebas berkeliaran seenaknya menikmati fasilitas yang berasal dari uang rakyat. Dimana letak negri ini dalam meletakan nilai keadilan hukum dan sosial? 

2. Ada yang atasnama persatuan merusak persatuan

Saat ini ramai diberitakan tentang seorang tokoh bangsa yang jelas dulu kita kenal paling santer mengeluarkan penolakannya terhadap ORBA di pemerintahan saat itu. Jika memang beliau yang terhormat ini menjunjung tinggi persatuan berbangsa tentunya tidak akan pernah keluar kata-kata RASIS dari tuturkatanya. Memang persaingan politik itu hal yang wajar. 

Namun alangkah baiknya juga menjaga persatuan bangsa ini yang  terdiri dari banyak suku, agama, dan ras. Pernyataan Beliau yang seakan-akan merendahkan Ras, Suku, dan Agama lawan politiknya adalah suatu bentuk pengrusakan terhadap persatuan bangsa Indonesia.

3. Ada yang atasnama perdamaian mengusik perdamaian

Seringkali masih kita jumpai dalam pemerintah membuat kebijakan yang pada awal kampanye menjanjikan kedamaian kepada rakyat tapi malah merusak kedamaian mayarakat. Seperti contohnya terorisme yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia. Ini menunjukan ketidakseriusan pemerintah dalam menjamin kedamaian warga negaranya dari ancaman terorisme yang terjadi. sudah seharusnya pemerintah membubarkan bahkan mengeluarkan larangan terbentuknya kelompok atau golongan yang berpotensi menimbulkan aksi terorisme. 

Atau bahakan Pemerintah bertindak tegas dengan cara mencabut status kewarganegaraan seseorang jika tidak menjaga kedaulatan dan ideologi berbangsa di Indonesia. Munculanya kelompok dengan paham radikalisme di Indonesia tentunya akan mengusik kedamaian warga negara yang lain.

4. Ada yang atasnama kemerdekaan memasung kemerdekaan

Kemerdekaan tidak semata-mata hanya dimaknai dengan terbebasnya suatu negara dari penjajahan. Kemerdekaan dalam berkehidupan juga harus kita utamakan. Banyak waraga negara yang saat ini belum seluruhnya mendapatkan kemerdekaannya sebagai waraga negara. Seperti yang kita jumpai dibanyak tempat masih banyak tunawisma yang tidak memiliki tempat tinggal. bukan hanya memiliki tempat tinggal yang layak mungkin untuk makan tiap hari mereka masih kesusahan. itu menunjukan belum merdekanya negara ini. malah para pejabat bangsa sibuk memperkaya diri sendiri memerdekakan diri sendiri.

Mungkin itulah yang bisa di kaji maksud dari sajak "Atas Nama" karya Kh. Mustofa Bisri. Sajak tersebut menggambarkan betapa munnafiknya pemimpin negri ini terutama yang sering bersumpah menggunakan ATASNAMA pada saat kampanye. dan yang paling hina di Indonesia wakil rakyat yang katanya membela kepentingan rakyat ternyata membela kepentingan golongannya masing-masing. saya menganggap mereka yang saat ini dpilih oleh rakyat bukanlah wakil rakyat. melainkan perwakilan partai untuk melancarkan segala urusan pribadi atau golongannya dengan menunggangi rakyat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun