Mohon tunggu...
Prasetyo Adi
Prasetyo Adi Mohon Tunggu... Dosen - Learner

Orang nomaden. Tinggal di malang dan selebihnya tinggal di tempat lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Supaya Bisa Mengikuti Sekolah dengan Baik, Kenapa harus ke Bimbil?

27 Juni 2021   12:32 Diperbarui: 27 Juni 2021   12:51 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengapa Harus Bimbel?

Pendidikan kita ditandai dengan adanya kesenjangan antara pencapaian standar akademik dan standar performance. Hal ini diungkapkan oleh Suprijono dalam awal bukunya, dimana peserta didik memiliki kemampuan menghafal dengan baik. Justru keadaan ini bertolak belakang jika dibandingkan dengan bagaimana peserta didik menerapkan pengetahuannya dilingkungan sosial. Peserta didik dinilai tidak mengetahui kegunaan apa yang mereka pelajari.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengembangkan kualitas pengembangan pendidikan di Indonesia. Mulai dari perubahan kurikulum hingga berbagai pelatihan dan workshop bagi tenaga pendidik. Ternyata, outcomes pendidikan kita dinilai baik dalam menghafal materi pelajaran yang sejalan dengan adanya ujian multiple choice. Dimana hal ini sering digunakan untuk menentukan kelulusan baik Ujian akhir semester maupun Ujian Nasional. Pada posisi yang sama, muncul inovasi dalam dunia pendidikan yang menawarkan jasa untuk membimbing peserta didik mencapai standar yang ditetapkan dalam ujian.

Kemampuan kognitif dirasa semakin mengakar sebagai budaya pendidikan di Indonesia. Namun, dewasa ini value dari individu sedikit mendapat perhatian. Berbagai kritik pada dunia pendidikan di Asia yang dimuat dalam Newsweek 1999 berhasil menampar Asia dimata dunia. Dimana pendidikan Asia dinilai telah mematikan berfikir kreatif dan inovatif. Hal ini dapat dijadikan pendorong bagi negara-negara Asia waktu itu dalam mengembangkan pendidikannya kearah yang signifikan. Terdapat beberapa hal yang menimbulkan kekacauan verbal dalam dunia pendidikan. Dimulai dari fungsi pendidikan itu sendiri, dimana timbul sebuah pandangan bahwa pendidikan kita dewasa ini dirasa menjadi industri.

Sedangkan dalam pengertiaanya pendidikan Menurut Henderson merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan fisik dan sosial, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir sebagai warisan sosial yang menjadi bagian lingkungan masyarakat, menjadi alat yang digunakan untuk mengembangkan intelegensi terbaik manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Definisi mengenai pendidikan yang diungkapkan Henderson mengindikasikan peran pendidikan yang sangat strategis dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa Indonesia. Pada posisi yang sama, Tilaar juga memarkan bahwa pendidikan merupakan proses pemberdayaan dan proses pembudayaan.

Kita ingat kembali tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tilaar beranggapan bahwa bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mampu survive menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mandiri. Bangsa yang cedas adalah bangsa yang bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa Indonesia. Bangsa yang cedas adalah bangsa yang mengangkat martabat bangsa Indonesia.

Apabila dikaitkan dengan pendidikan kita dewasa ini yang cenderung menghargai kemampuan kognitif, disisi lain justru keterampilan yang menjadi value bagi individu terisolasi dari kondisi personal. Hal ini mengakibatkan individu, masyarakat dan bangsa yang mengamini hafalan. Apabila kita melihat pendidikan masa lalu, yang menindas kreativitas, yang mematikan berfikir inovatif, justru hanya menghasilkan beo-beo. Kedaan semakin mengkhawatirkan ketika melihat survey bahwa terdapat pengangguran Intelektual yang mencapai 7 juta orang. Tanpa value, masyarakat dan bangsa kita akan terisolasi dari kehiduapan global yang semakin mengamini tidak adanya batas, yang semakin membuka berbagai pengaruh baik positif dan negatif.

Dimana letak fungsi pendidikan kita patut kita telusuri. Apabila melihat definisi tentang pendidikan mengindikasikan adanya hubungan yang saling terkait antara pendidikan dan seluruh aspek kehidupan masyarakat dan bangsa. Tilaar berpendapat bahwa fungsi dan peran pendidikan didalam kehidupan suatu bangsa tidak terlepas dari kehidupan politik serta juga ekonomi, hukum, dan kebudayaan pada umumnya. Maka perlu sebuah uapaya mengembalikan pendidikan kita kepada basisnya. Yaitu pendidikan yang mencerdaskan, pendidikan yang mengaktifkan kreativitas, pendidikan yang menghasilkan inovasi, dan pendidikan yang menciptakan outcomes yang percayadiri memegang identitas sebagai warga Indonesia dalam kenyataanya yang bhineka.

Pendidikan kita dewasa ini ditandai dengan adanya kemampuan kognitif yang diluar kehidupan nyata kita. Terbatas pada pengetahuan konseptual yang jarang memiliki keterkaitan dengan resources kita yang bhineka. Sehingga terjadi kesenjangan antara pengetahuan yang diperoleh peserta didik dengan kegunaan pengetahuan tersebut. Pada posisi yang sama, terdapat penelitian yang berhasil mengungkapkan bahwa terjadi lifestyling terhadap budaya-budaya barat yang dikonstruk dan ditiru, namun mereka tidak bisa mencapai kebudayaan yang dimaksud. Hal ini terjadi karena individu atau kelompok tersebut meninggalkan identitas sebagai orang Indonesia.

Sejalan dengan hal itu, kehadiran bimbingan belajar yang menjadi favorit sebagain peserta didik untuk meningkatkan kemampuan kognisinya menjadi hal yang lazim di dalam dunia pendidikan kita. Kritik pendidikan Asia yang mengatakan bahwa mahasiswa Asia cenderung menguasai ilmu pengetahuan, namun disayangkan meraka kurang produktif; ditangapi oleh Tilaar bahwa perlu upaya membangun pendidikan Indonesia kearah yang menghasilkan outcomes yang inovatif dan kreatif dan tidak meninggalkan identitas sebagai warga negara Indonesia sehingga mampu meningkatkan martabat bangsa Indonesia.

Lalu, mengapa harus bimbingan belajar? Kurikulum Indonesia yang dinilai terlalu gendut, semakin menguatkan timbulnya kebutuhan bimbingan belajar untuk mencapai stadar yang ditetapkan dalam ujian. Namun keadaan ini justru mematikan kemampuan berinisiatif, berpikir kreatif dan produktif. Fungsi lembaga pendidikan yang memegang tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa perlu menjadi perhatian untuk memajukan kehidupan bangsa Indonesia kearah yang signifikan. Kita bisa menoleh kurikulum pendidikan yang dinilai baik pada ranah dunia Internasional. Salah satunya adalah kurikulum pendidikan di Finlandia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun