Mohon tunggu...
Prasetyo Adi
Prasetyo Adi Mohon Tunggu... Dosen - Learner

Orang nomaden. Tinggal di malang dan selebihnya tinggal di tempat lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nak, Bercita-Citalah yang Tinggi, Jadilah seperti Bapak: Penjual Nasgor Gerobak

5 Juni 2021   08:20 Diperbarui: 5 Juni 2021   08:54 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi Goreng PPPK Malang / dokpri

Para petani di sana berjuang mati matian untuk menghidupi keluarganya, menyekolahkan anaknya. Ia berharap roda kehidupan berputar kerah yang lebih cerah dari pada hari ini. 

Maka dari itu, tak ayal, hasil panen hanya dikonsumsi sedikit oleh petani dan selebihnya diperuntukan bagi pendidikan anak. Katanya, "setelah selesai sekolah carilah kerja yang lebih baik, jangan kerja kayak bapak, soro (susuah/berat/payah) lee." Dieeeeeng. Sampai detik ini para anak petani ini tak punya kebanggaan dengan profesi bapaknya. 

Cukup banyak para petani yang mejual sawahnya demi kehidupan anak yang lebih baik darinya. Bahkan ada yang membuat saya miris itu, ketika ada bapak-bapak yang tidak saya sebut namanya rela menjual seluruh tanahnya untuk memasukan si anak menjadi anggota TNI. Saya tidak tau persisi bagaimana alurnya, jual tanah lalu si anak keterima jadi TNI. Luar biasa. 

Saya melihat, para petani ini menciptakan kemiskinan untuk dirinya sendiri. Dan rela miskin asalkan anak tidak menjadi petani seperti dirinya. Niat yang baik sih. Tapi saya hanya khawatir, karena tanah/sawah yang sudah dijual itu sudah ditanami beton dan berubah mejadi rumah. Kekhawatiran saya terletak pada kondisi semakin sempit itu lahan pertanian. Mungkin beberapa tahun lagi negara kita tak cocok di memiliki slogan negara agraris.

Oke, di situlah masalahnya. Sebagian orang memikirkan kaderisasi dari sebuah organisasi yang dijalankannya. Sebagian yang lain ingin membuyarkan sebuah organisasi yang dirintisnya dan berharap orang lain merintis organisasi yang lain. Maksud dari organisasi ini ya semacam kegiatan yang bisa menghasilkan nafkah yaa, seperti berjualan nasi goreng, sate atau bertani. 

Sayangnya petani di desa saya lebih banyak berpikir bahwa anaknya tidak boleh sengsara seperti dia, karena menjalani profesi sebagai petani. Para petani kehilangan benda berharganya dan terancam data KTP nya saya nilai tidak sesuai, kalau saya katakan menipu kok jahat. Lantaran pekerjaan di KTP di isi petani tapi dia sudah tak punya sawah. Ah miris.

Beda halnya dengan Bapak berpeci penjual nasi goreng barusan. Sepertinya beliau memikirkan harus ada kederisasi, supaya profesi penjual nasi goreng gerobak tetap lestari. Supaya tidak ada kelangkaan penjual nasi goreng di kota Malang. Sehingga para mahasiswa yang singgah di sini bisa tertolong ketika si lapar menggelayut perut mereka. Supaya anak-anak muda kuliahan bisa membuat topik pebincangan ketika lapar. Dan masih banyak semoga-semoga yang lain. 

Intinya saya salut terhadap bapak berpeci yang mengajak pemuda yang tak begitu kelihatan rupawan itu untuk ikut berjualan nasi goreng. Mungkin saran dari UNESCO benar-benar diperhatikan oleh bapak berpeci ini, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, & learning to life together. 

Tolong sampaikan ini pak kepada anak bapak, "Nak....bercita-citalah yang tinggi, jadilah seperti bapak ini penjual nasgor gerobak." Kalau bapak berpeci tadi mengatakan ini ke anaknya, wah ini lebih keren dari para petani di desa saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun