Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... profesional -

Hingga Januari 2015, penggemar wedang kopi ini baru menulis 30 buku. Kini ia melanjutkan sekolah di Pascasarjana Unitomo Surabaya. Alasan utamanya kuliah S-2 adalah menghindari omelan istri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Einstein, Amunisi Belajar Menulis Anak

13 April 2014   06:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari ini saya membawa buku biografi Albert Einstein di kelas fiksi untuk anak-anak SD. Termasuk menyiapkan video cuplikan Harry Potter dan video motivasi dari penulis KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya).

Dengan berbagai karakter dan mood yang unik, anak-anak mesti mendapatkan metode belajar menulis yang spesial pula. Tidak ujuk-ujuk diberi teori, diberi contoh, lalu disuruh menulis. Bisa semburat semua kalau begini.

Karena itu, saya mesti memasuki dunia mereka. Menjadi bagian dari mereka. Memetakan apa yang menjadi minat dan kesukaan mereka. Dengan begitu, saya lebih mudah membukakan pintu bagi anak-anak itu untuk menggali idenya.

Yang paling penting adalah membuat mereka nyaman sehingga mampu mengeluarkan imajinasinya. Inilah alasan saya membawa buku Einstein yang tebalnya buju bunek itu. Bukan apa-apa, anak-anak biasanya lebih suka mendapat cerita menarik sebagai pemanasan sebelum belajar.

Imajinasi ini menjadi modal mereka untuk menuangkan cerita ke dalam tulisan. Einstein punya pandangan tersendiri soal ini. Menurut dia, pengetahuan itu terbatas, sementara imajinasi seluas jagat raya. Jadi, kata Einstein, imajinasi lebih penting ketimbang pengetahuan.

Kisah Einstein sendiri sudah cukup bikin siapa pun terhenyak. Sempat ”divonis” mengidap disleksia, di kemudian hari ia dikenal sebagai seorang genius dan motivator lewat kata-katanya yang membius.

Jadi, murid-murid saya nanti akan saya ajak berwisata imajinasi. Untuk awal-awal, saya akan membuka cerita dari buku Manxmouse karya Paul Gallico yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Buku ini gila banget! Bahasanya sederhana dan mudah dipahami, tapi sarat pesan moral.

Metode selanjutnya adalah memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus mereka untuk berlatih bercerita lewat tulisan. Di sini mereka dibebaskan untuk berabsurd ria. Tak ada penjara dalam menulis.

Pagi ini saya siap berangkat, mendorong anak-anak tersebut mengemas kreativitas lewat imajinasi. Sebab, sebagaimana dikatakan Einstein, kecerdasan yang sesungguhnya bukan ditandai oleh pengetahuan, melainkan imajinasi.

Surabaya, 13 April 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun