Karirnya mentereng saat memutuskan keluar dari Microsoft pada 1999, yakni direktur pengembangan bisnis Microsoft untuk wilayah Cina Besar (Greater China). Saat itu usianya baru 35 tahun.
Ini bermula saat ia berkunjung ke pedesaan terpencil di Himalaya pada 1998. Ia diajak seorang guru ke sekolahnya yang ternyata amat kekurangan buku. Dari situ John tergerak untuk mengirim e-mail ke kawan-kawannya dan mengumpulkan buku-buku bekas. Dari gerakan ini, kemudian John mendirikan lembaga nirlaba bernama Room to Read (Ruang Baca).
Selama 11 tahun terakhir, John telah mendirikan lebih dari 12 ribu perpustakaan, menerbitkan lebih dari 10 juta buku, dan mendukung lebih dari 13 juta anak perempuan menyelesaikan pendidikan menengah mereka.
Bersama Room to Read, John telah memberi manfaat dan dampak positif bagi kehidupan lebih dari tujuh juta anak di berbagai kawasan dunia. Berkat kiprah tersebut, ia diganjar Young Global Leader oleh World Economic Forum. Bahkan, majalah Time menyebutnya Pahlawan Asia. Sementara The Public Broadcasting Corporation mencatat nama John sebagai salah seorang Pemimpin Besar Amerika.
Pada 2011 Confucius Prize for Literacy (UNESCO) mengakui keunggulan dan inspirasi Room to Read. Masih banyak penghargaan untuk Room to Read. Pada 2007 seluruh dunia menyaksikan inspirasinya lewat acara terkenal Oprah Winfrey.
Pekan ini saya menyelesaikan bacaan keren yang berjudul Creating Room to Read yang berisi kiprah John Wood. Buku ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Mengembangkan Ruang Baca: Kisah Inspiratif Mantan Pejabat Microsoft Melawan Buta Aksara di Berbagai Belahan Dunia (Alvabet, Mei 2014). Sebuah bacaan wajib bagi para pegiat literasi dan masyarakat luas yang peduli pendidikan.
Sidoarjo, 6 Juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H