Sebagai pegiat literasi, saya sering berkunjung ke sekolah-sekolah di berbagai daerah untuk menumbuhkan budaya membaca dan menulis, terutama di kalangan pelajar. Hal ini sangat tidak mudah mengingat budaya baca di Indonesia belum begitu menggembirakan.
Banyak persoalan pelik yang menyebabkan rendahnya budaya baca, baik di kalangan anak-anak maupun orang dewasa. Salah satunya adalah belum meratanya kualitas pendidikan dan faktor ketersediaan bahan bacaan.
Persoalan ini tentu saja membutuhkan kerja sama yang melibatkan semua stakeholder terkait, baik dari pemerintah, praktisi pendidikan, pihak swasta, maupun masyarakat. Mengapa budaya membaca ini penting?
Sebab, kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari kemajuan budaya literasinya. Semakin kuat budaya literasinya, maka semakin maju pula masyarakatnya. Kita dapat melihat bukti-bukti yang ada di negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Prancis, Rusia, ataupun Jepang. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sana sangat maju karena masyarakatnya sangat melek literasi.
Di Jepang, misalnya, mudah dijumpai orang-orang yang sedang membaca buku atau koran di ruang publik seperti stasiun, terminal, bandara, bahkan pasar. Tidak heran jika Negeri Matahari Terbit tersebut amat maju dan berkembang. Pasalnya, warga negaranya lekat dengan budaya membaca dan tentu saja menulis.
Era Digital
Kehidupan masyarakat modern sekarang ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan teknologi. Produk-produk teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia semakin banyak dan semakin terjangkau. Era digital tidak terelakkan. Karena saat ini kita sudah memasuki era digital, mau tidak mau penguasaan atau melek teknologi adalah hal yang mutlak. Permasalahannya, akses teknologi di Indonesia belum merata.
Salah satu kebutuhan penting manusia adalah informasi. Karena itu, akses informasi melalui teknologi atau internet seakan-akan kini menjadi kebutuhan primer. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Makassar, misalnya, akses informasi melalui internet bukan hal yang sulit. Namun, tidak demikian halnya dengan di Papua atau pedalaman Sumba Timur, misalnya. Hal inilah yang membuat pemerataan kualitas pendidikan menjadi tidak mudah.
E-Book
Problem rendahnya budaya literasi ini sejatinya bisa diatasi dengan akses informasi melalui internet yang bagus dan memadai. Mengapa demikian? Sebab, saat ini banyak gadget atau smartphone yang harganya terjangkau.
Impian saya, pemerintah dan pihak seperti IM3 bisa bekerja sama dalam membangun budaya literasi di masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Caranya, pemerintah memberikan subsidi untuk sarana pengakses informasi digital seperti komputer atau smartphone murah. Sementara IM3 menyediakan layanan internetnya yang cepat dan set set wet itu.
Dengan begitu, masyarakat terutama di daerah pelosok bisa mengakses perkembangan informasi dan mengunduh bacaan lewat e-book sebanyak-banyaknya, misalnya di PlayStore. Dengan demikian, diharapkan budaya literasi dapat tumbuh secara merata dan semakin baik ke depan. Dan ini tentu saja tidak bisa dilepaskan dari peran penting IM3.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H