Harus ada pelatihan berkelanjutan tentang pengolahan kayu menjadi produk industri. Hal ini sangat ironis melihat angka  prosentase masyarakat golongan miskin di Trenggalek masih cukup tinggi, bahkan tingkat pengangguran usia produktif cukup besar, mencapai 3,93% [5].Â
Â
Pendidikan kewirausahaan yang masuk pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan baik SMP maupun SMA diharapkan dapat memberikan angin segar pada peserta didik untuk dapat menghasilkan rupiah dari hasil usaha yang dibimbing oleh guru-guru Prakarya dan Kewirausahaan.Â
Hasil analisis  situasi  menunjukkan penyebab kemiskinan adalah banyaknya pengangguran  usia   produktif  karena  mereka tidak  memiliki  pendidikan  dan  keterampilan yang  memadai  untuk  mengantarkan  mereka kepada suatu pekerjaan yang memiliki daya jual tinggi [6]. Â
Â
Wilayah penghasil kayu tersebar di Kabupaten Trenggalek, seperti di daerah Kampak, Gandusari, Dongko, Panggul, Pogalan, dan Bendungan. Tidak sulit untuk mendapatkan kayu berkualitas baik mentah maupun potongan.Â
Dibutuhkan pembelajaran yang konkrit dan dapat diimplementasikan pada kehidupan nyata, salah satu solusinya adalah meteri pembelajaran prakarya dan kewirausahaan SMP dan SMA wajib memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal. Â Â
Â
Kewirausahaan  setidaknya  terdapat tiga komponen, yaitu pembelajaran kewirausahaan,  adanya inkubator wirausaha dan sentra kewirausahaan. [7]. Aktivitas kewirausahaan  umumnya  tidak  terselenggara pada lingkup pendidikan, apalagi pendidikan formal. Akan tetapi, aktivitas  kewirausahaan terbentuk atas dasar pondasi melalui pendidikan. Begitu pula spektrum kewirausahaan berbasis  pada  masyarakat.  Demikian  halnya, jiwa wirausaha   dibentuk   melalui   aktivitas pendidikan.  Â
Â
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan tim pelaksana didapatkan masalah urgent yang dihadapi oleh guru-guru Prakarya dan Kewirausahaan di Kabupaten Trenggalek. Masalah tersebut meliputi: (1) Mayoritas Guru Prakarya dan kewirausahaan di Kabupaten Trenggalek berlatar belakang Pendidikan BK, Bahasa Daerah, dan IT ; (2) Kompetensi yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampu berdampak pada produktivitas dan kebermanfaatan materi pelajaran yang kurang dirasakan; (3) Materi Prakarya dan kewirausahaan didominasi teori; (4) Praktik menciptakan produk komersil masih kurang; (5) Guru-guru prakarya dan kewirausahaan di Kabupaten Trenggalek masih minim pelatihan. (6) Belum memiliki pengalaman wirausaha dan praktik langsung.