Mohon tunggu...
Prasetiawan
Prasetiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Alumni Geografi Universitas Indonesia

Membaca, Menulis, dan Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fenomena Lingkungan dan Sosial di Bima dan Dompu: Menangani Dampak Banjir dan Penggundulan Hutan

2 Februari 2025   01:36 Diperbarui: 2 Februari 2025   01:43 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Bima dan Dompu kini menghadapi masalah lingkungan yang semakin serius, mulai dari penggundulan hutan, banjir, kekeringan, hingga peningkatan suhu udara. Berdasarkan data dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Nusa Tenggara Barat, lebih dari 30 ribu hektar kawasan perbukitan di Kabupaten Bima dan Dompu telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian, terutama untuk tanaman jagung. Hilangnya tutupan hutan ini dapat mengurangi daya serap air hujan, membuat wilayah ini semakin rentan terhadap banjir.

Tinjauan citra satelit Sentinel 2-A menunjukkan penurunan signifikan dalam areal hijau di wilayah Bima dan Dompu antara tahun 2016 hingga 2024. Perubahan ini menunjukkan dampak alih fungsi lahan yang semakin masif. Dengan topografi berbukit dan terjal, kondisi ini memicu terjadinya banjir bandang di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS), sementara kawasan hilir DAS mengalami genangan air yang parah. Berikut merupakan gambar tutupan lahan Bima dan Dompu pada tahun 2016, 2020, dan 2024. 

Gambar 1: Tutupan Lahan Bima dan Dompu 2016 (Sumber: Pengolahan data, 2025)
Gambar 1: Tutupan Lahan Bima dan Dompu 2016 (Sumber: Pengolahan data, 2025)

Gambar 2: Tutupan Lahan Bima dan Dompu 2020 (Sumber: Pengolahan data, 2025)
Gambar 2: Tutupan Lahan Bima dan Dompu 2020 (Sumber: Pengolahan data, 2025)

Gambar 3: Tutupan Lahan Bima dan Dompu 2024 (Sumber: Pengolahan data, 2025)
Gambar 3: Tutupan Lahan Bima dan Dompu 2024 (Sumber: Pengolahan data, 2025)

Musim hujan, yang seharusnya menjadi berkah bagi para petani, kini berubah menjadi ancaman. Banjir yang melanda lahan pertanian merusak tanaman dan menyebabkan kerugian besar. Di sisi lain, anak-anak yang sebelumnya riang bermain di sekitar sungai kini harus menghadapi bahaya banjir dan tanah longsor yang semakin sering terjadi.

Fenomena banjir di Bima bukan hal baru. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, banjir bandang yang melanda Kota Bima pada Desember 2016 menyebabkan kerugian hingga 1,875 triliun. Banjir serupa kembali terjadi pada Desember 2020 di wilayah Kecamatan Madapangga dan Bolo, serta kembali melanda Bima dan Dompu pada 2024 dan awal tahun 2025. Setiap kejadian ini membawa kerugian besar bagi masyarakat, baik dari segi harta benda, ancaman kesehatan, maupun kerusakan lingkungan.

Bencana banjir yang hampir terjadi setiap tahun ini mengingatkan kita bahwa upaya mitigasi harus diperkuat. Tidak hanya sebagai masalah lingkungan, bencana ini juga harus menjadi titik balik bagi kita untuk membangun sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam menangani masalah ini secara bersama-sama.

Oleh karena itu langkah konkret seperti rehabilitasi hutan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, serta perbaikan tata kelola ruang menjadi solusi penting. Dengan komitmen bersama, dampak banjir bisa diminimalisir, dan keberlanjutan ekosistem serta kehidupan masyarakat Bima dan Dompu dapat terjaga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun