Mohon tunggu...
Prasetiawan
Prasetiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - University of Indonesia Student

Membaca, Menulis, dan Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari

Upaya Pemetaan dalam Konservasi Badak Jawa

17 Juni 2023   19:22 Diperbarui: 6 Juli 2023   21:55 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 : Badak Jawa (Sumber : dlhk.jogjaprov.go.id)

Pertumbuhan populasi manusia yang berkelanjutan telah menyebabkan tingkat konsumsi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan, yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati di bumi. Faktor utama yang mendorong hilangnya keanekaragaman hayati yaitu perusakan habitat, perubahan iklim, spesies invasif, eksploitasi berlebihan, dan polusi. Penurunan keanekaragaman hayati terkait erat dengan kepunahan spesies. Sementara kepunahan adalah proses alam yang normal terjadi karena ada yang namanya evolusi makhluk hidup. 

Para ilmuwan memperkirakan bahwa tingkat kepunahan saat ini sekitar seribu kali lebih tinggi daripada yang diperkirakan berdasarkan catatan fosil, dan bahwa kita mungkin mengalami peristiwa kepunahan massal, yaitu ketika 75 persen atau lebih spesies hilang pada suatu waktu. Konservasi memiliki peran penting dengan mempelajari semua jenis kehilangan ini, memahami faktor-faktor yang menyebabkannya, mengembangkan teknik untuk mencegah kehilangan, dan bila memungkinkan memulihkan keanekaragaman hayati.

Konservasi memiliki arti Pelestarian, yakni melestarikan atau mengawetkan suatu daya dukung, mutu, fungsi, serta kemampuan lingkungan secara seimbang. Dalam hal ini konservasi merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelestarian satwa dari rusaknya habitat alami satwa. Badak Jawa termasuk dalam Apendiks I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), sebagai jenis yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan salah satu dari jenis badak lainnya yang berada di Indonesia. 

Badak juga merupakan salah satu hewan mamalia yang tersisa dari zaman purbakala. Badak adalah binatang yang besar dan kuat, maka dari itu mereka tidak dapat berlari secepat kuda, namun mereka telah memperkuat kulit mereka yang tebal, sehingga dapat menghindar dari serangan-serangan. Badak memiliki penglihatan yang kurang baik, tetapi mereka memiliki penciuman dan pendengaran yang tajam. Mereka menggunakan penciumannya yang tajam untuk mengenali satu sama lain, untuk mencari makanan, juga untuk menghindari bahaya. 

Badak Jawa terancam punah karena adanya penyempitan habitat, perburuan ilegal, dan penyakit menular. Badak Jawa memasuki status krisis (Critically Endangered/CR) dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), sebuah lembaga konservasi internasional dan satwa dilindungi dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Konservasi keanekaragaman hayati adalah perlindungan dan pengelolaan keanekaragaman hayati untuk memperoleh sumber daya alam (air, tanah dan udara), makhluk hidup dan bangunan atau objek-objek penting bagi pembangunan berkelanjutan. Konservasi memberikan perawatan dan perlindungan terhadap sumber daya sehingga mereka dapat bertahan untuk generasi mendatang. Hal ini termasuk menjaga keanekaragaman spesies, gen, dan ekosistem, serta fungsi lingkungan, seperti siklus nutrisi. Konservasi mirip dengan pelestarian, dimana keduanya berhubungan dengan perlindungan alam, namun memiliki metode yang berbeda. 

Konservasi mencari pemanfaatan alam yang berkelanjutan oleh manusia, untuk kegiatan seperti berburu, penebangan, atau pertambangan, sedangkan pelestarian berarti melindungi alam dari penggunaan manusia. Hal ini dapat dilihat di Amerika Serikat, dimana Taman Nasional memiliki tujuan untuk pelestarian dengan penekanan pada minimalisasi perubahan lingkungan atau tata guna lahan, sedangkan Hutan Nasional dapat digunakan untuk penggembalaan ternak, kayu, berburu, dan rekreasi. Konservasi keanekaragaman hayati

memiliki tiga tujuan utama:

  • Untuk melestarikan keanekaragaman spesies.

  • Pemanfaatan spesies dan ekosistem secara berkelanjutan.

  • Untuk memelihara sistem pendukung kehidupan dan proses ekologi yang penting.

Dalam ilmu geografi, peta merupakan hal yang penting. Peta merupakan gambaran keadaan muka bumi kedalam bidang datar. Sedangkan, yang dimaksud dengan pemetaan adalah proses pengumpulan data untuk dijadikan sebagai langkah awal dalam pembuatan peta. Peta juga merupakan gambaran permukaan bumi yang berisi fenomena alam dan fenomena buatan memuat informasi yang diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya di berbagai bidang pembangunan termasuk bidang perencanaan tata ruang, kehutanan, perkebunan, pertanian, kelautan, pertambangan dan lain sebagainya. 

Pemetaan dilakukan dengan menggambarkan penyebaran kondisi alamiah tertentu secara keruangan dan memindahkan keadaan sesungguhnya ke dalam peta dasar yang dinyatakan dengan penggunaan skala peta. Fungsi melakukan pemetaan geografi, yaitu menyajikan data tentang potensi dari hal yang diteliti, memberikan informasi mengenai kondisi fisik dan non-fisik dari hal yang ingin diteliti, lalu, berfungsi juga sebagai alat bantu dalam melakukan penelitian lapangan. Berikut merupakan peta wilayah konservasi Badak Jawa di Indonesia :

Gambar  2 : Lokasi Konservasi Badak Jawa di Indonesia (Sumber : Penulis, 2022)
Gambar  2 : Lokasi Konservasi Badak Jawa di Indonesia (Sumber : Penulis, 2022)
Konservasi Badak Jawa dilakukan di kawasan Taman Nasional, tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Badak Jawa saat ini hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon dengan total 74 spesies (data tahun 2020). Konservasi Badak Jawa yang hanya terletak di Taman Nasional Ujung Kulon memiliki alasan yang pasti, yaitu adanya daya dukung ekologi atau jejaring kehidupan seperti ketersediaan pakan yang melimpah, kebutuhan mengasin dan kondisi habitat yang masih relatif sangat baik di sekitar semenanjung Ujung Kulon, sehingga lokasi konservasi Badak Jawa sudah tepat berada di Ujung Kulon Pulau Jawa.

Badak Jawa atau Javan Rhino memiliki satu cula dengan ukuran kurang lebih sekitar 25 cm. memiliki kulit berwarna abu abu dengan tekstur yang tidak merata serta memiliki bintik. Badak Jawa memiliki berat sekitar 900-2.300 kg dengan tinggi sekitar 1.7 m dengan panjang 2 sampai 4 m. Biasanya pada badak jantan mempunyai fase dewasa setelah 10 tahun dan pada betina di usia 5 hingga 7 tahun. Pada Badak Jawa bagian atas terdapat bibir yang meruncing agar mudah mengambil ranting. Biasanya Badak Jawa mengandung di antara 15 hingga 16 bulan. Apabila diklasifikasikan, Badak Jawa memiliki klasifikasi seperti berikut ini:

Kerajaan  : Animalia

Filum        : Chordata

Class        : Mammalia

Ordo         : Perissodactyla

Famili       : Rhinocerotidae

Genus      : Rhinoceros

Spesies    : Rhinoceros sondaicus

Gambar 3 & 4 : Badak Jawa Betina & Jantan (Sumber : wagataberita.com)
Gambar 3 & 4 : Badak Jawa Betina & Jantan (Sumber : wagataberita.com)

Badak Jawa yang memiliki nama ilmiah Rhinoceros sondaicus merupakan salah satu spesies yang paling langka bila dibandingkan dengan lima spesies badak yang ada di dunia ini, sehingga dikategorikan sebagai critically endangered atau terancam punah dalam Red List Data Book yang dikeluarkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) pada tahun 1978 dan mendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ancaman kepunahan. Selain itu, badak jawa juga terdaftar dalam Apendiks I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) pada tahun 1975. 

Yang dimaksud Jenis dalam Apendiks I adalah jenis badak jawa yang jumlah di alam sudah sangat sedikit dan dikhawatirkan akan punah. Secara alami, badak jawa tidak akan mampu mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang. Badak jawa sangat rentan akan terjadinya bencana alam, degradasi habitat, inbreeding, penyakit, dan perburuan. Tanpa tindakan pengelolaan yang tepat dan direncanakan secara matang untuk jangka panjang, populasi badak jawa akan mengalami kepunahan. 

Selain itu, dinamika ekosistem alam di habitat badak jawa diduga akan memberikan pengaruh negatif terhadap eksistensi populasinya. Kemudian  Pemetaan dilakukan dengan menggambarkan penyebaran kondisi alamiah tertentu secara meruang dan memindahkan keadaan sesungguhnya ke dalam peta dasar. Fungsi melakukan pemetaan geografi, yaitu menyajikan data tentang potensi, informasi mengenai kondisi fisik dan non-fisik dari hal yang ingin diteliti. Lalu, berfungsi juga sebagai alat bantu dalam melakukan penelitian lapangan seperti halnya dalam upaya konservasi Badak Jawa.

Daftar Pustaka :

Anugrah, Nunu. (2021). Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon Meningkat. Taman Nasional Ujung Kulon : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Bestari. D.K. (2020). Demi Kelestarian Badak di Indonesia, Ini Upaya Konservasi yang Dilakukan. PT. Kompas Cyber Media 

Kematian Badak Jawa Di Taman Nasional Ujung Kulon diakses melalui data PPID Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Peta Indonesia 2021 dan Peta Banten 2020 ; Badan Informasi Geospasial

Supardi, Ahmad. (2020). Total 74 Individu, Populasi Badak Jawa di Ujung Kulon Meningkat.

Lampung : Mongabay.co.id. 

Rahmat, U. (2009). Genetika Populasi dan Strategi Konservasi Badak Jawa. JMHT Vol. XV, (1): 83-90. 

Website resmi ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/1887 

Website resmi dlhk.bantenprov.go.id

Penulis : Prasetiawan (Mahasiswa Geografi Universitas Indonesia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun