Mohon tunggu...
Prasepti Istiqomah
Prasepti Istiqomah Mohon Tunggu... Guru - Prasepti

Seorang guru yang ingin terus belajar supaya bisa membersamai murid yang berbeda karakteristinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tugas Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi

14 Oktober 2021   13:00 Diperbarui: 14 Oktober 2021   13:06 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

  • Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.

Pandangan Ki Hajar Dewantara mengenai tujuan pendidikan yang merupakan proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu sebagai pendidik kita tidak sepantasnya emnganggap anak sebagai “lembar putih” yang belum terisi apapun. Kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Kita hanya perlu menuntun segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang.Dalam proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana.

  • Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan

Sebagai seorang guru kita harus memiliki rasa yang hal itu tidak bisa dimilki oleh profesi lain. Menuntut, mendorong anak-anak untuk mencapai proses belajar yang sesuai dengan diri anak masing-masing. Dimana setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadi satu kesatuan yang menyatu dengan jiwa seorang guru. Seperti halnya nilai inovatif yang ada dalam diri kita, akan menjadi sebuah dasar yang baik untuk menentukan berbagai pilihan dalam pengambilan sebuah keputusan yang akan dilakukan. Selanjutnya nilai kolaboratif, dengan nilai yang kita miliki ini sangat berpengaruh ketika kita dapat secara bijaksana memetakan aktor yang akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

Nilai mandiri yang dimiliki guru akan jadikan dasar ketika akan mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan yang telah dilakukan, sehingga guru mampu secara cepat dan tepat dalam mengambil keputusan terhadap situasi dilema etika yang mengharuskan guru dapat mengambil sebuah keputusan yang efektif. Seperti halnya nilai reflektif, seorang guru mampu merefleksi keputusan yang diambil sehingga dapat mengetahui dan memahami keputusan yang diambil sudah tepat atau tidak serta apakah keputusan yang diambil sudah berpihak kepada murid.

Secara tidak langsung, disadari atau pun tidak akan mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil sebuah keputusan yang dimiliki ini akan memengaruhi sikap seorang guru dalam menentukan prinsip-prinsipnya dalam mengambil keputusan yang terbaik dan sudah barang tentu dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi murid.

  • Kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Guru sebagai agen transformasi perubahan dalam pembelajaran, harus bisa mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi social dan emosional dari muridnya . Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan profil Pelajar Pancasila, seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya sehingga menjadi dilemma bagi mereka. Disinilah penting pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilemma etika maupun bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi.

Sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cendrung pada prinsip " melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dala diri lita dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keptusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah kebutusan terkait permasalahan yang terjadi.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkunga yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terslebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus atau permasalahan tersebut termasuk dilemma etika atau bujukan moral. Selanjutnya ketika kasus tersebut merupakan dilemma etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Sehingga sebagai pemimpin mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya.

  • Apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam hal ini sebagai seorang guru, untuk mengambil suatu keputusan tidak akan lepas dari dilema etika dan bujukan moral. Dimana dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Namun pada kenyataannya terkadang kita susah membedakan antara situasi dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus mencontek sudah pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan sehingga kita perlu memperhatikan terkait 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip dalam dilema etika, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan yang diambil akan lebih efektif, bijaksana dan mengakomudasi kepentingan banyak orang atau kesulitan yang dialami dapat teratasi dalam mengambil keputusan terkaiy dengan dilemma etika,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun