Semburan lumpur panas di desa Renokenongo, Kecamata Porong sejak Mei 2006 menjadikan kecamatan di Sidoarjo ini dikenal banyak orang. Bencana dengan skala nasional menjadi pusat perhatian selama beberapa tahun ke belakang. Beberapa upaya dilakukan untuk mengatasinya hingga membentuk sebuah pulau yang saya sendiri lebih suka menamainya Pulau Lumpur Sidoarjo (Pulau LUSI) dengan melihat sejarah pembentukannya. Warga dan wisatawan cenderung mengenalnya dengan sebutan Pulau Sarinah karena pulau buatan tersebut berhimpitan dengan Pulau Sarinah yang sudah lebih dulu terbentuk secara alami.
Proses serah terima asset Pulau Lumpur dari Badan Penanggulangan Lumur Sidoarjo (BPLS) kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah selesai, namun pengunjung belum diperbolehkan memasuki areal pulau yang masih dalam pengawasan dan pengamanan Koramil Kecamatan Jabon. Pengawasan dan pengamanan Koramil bertujuan agar mencegah terjadinya konflik atas pemanfaatan pulau oleh masyarakat nelayan dan pencurian ikan di tambak silvofisheryyang ada di dalam Pulau Lumpur.
Sisi tenggara sungai Porong dari kejauhan Nampak dengan jelas gunung Arjuno dengan latar hamparan tambak. Pemandangan indah nan eksotik pesisir, laut dan terestrial yang jarang bisa dinikmati sekaligus. Selain itu, sepanjang perjalanan menelusuri sungai Porong juga disuguhkan aktivitas nelayan dengan sampan atau perahu kecilnya beraktivitas menjala dan memancing ikan disepanjang sungai.
Didalam Pulau Lumpur sendiri sudah terbangun beberapa sarana antara lain menara pantau yang kondisinya masih cukup baik, rumah genset, gazebo, jembatan yang membelah tambak silvofishery, toilet 3 buah, sumur sebagai sumber air tawar, tracking mangrove sepanjang 104 meter dan jalan pedestrian sepanjang 218 meter yang tersusun dari batu alami dengan kondisi baik namun tidak terawat.Â
Sarana tersebut dibangun sebagai sarana pendukung di Pulau Lumpur untuk dijadikan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) yaitu sebuah konsep ekowisata berbalut eduwisata yang dikembangkan KKP. Menurut Prasenja (2017) Ekominawisata merupakan salah satu pemanfaatan ekosistem mangrove dan tambak wanamina dengan pendekatan edukasi dan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Konsep ekominawisata-lah yang dianggap tepat untuk mengembangkan Pulau Lumpur Sidoarjo menjadi kawasan wisata berbasis lingkungan.
Pulau dengan luas 94 ha ini sungguh ciamik, ketika kita berada didalamnya seperti berada di negeri antah berantah yang mempesona. Kicauan burung-burung merdu, desiran angin sungguh memanjakan telinga. Ekosistem mangrove yang terbentuk pun menurunkan suhu mikro beberapa derajat celcius dari teriknya matahari yang menyinari Sidoarjo.
Tiap sudut pulau tidak terlewat dari bidikan kamera saya untuk mengabadikannya, karena saya yakin nantinya PRPM Pulau Lumpur Sidoarjo akan menjadi destinasi wisata baru dengan daya Tarik yang berbeda. Semua tergantung niat baik semua stakeholder yang terlibat didalamnya. Bagi saya kelestarian adalah sebuah investasi alam, keindahan yang dinikmati adalah hasil dari upaya pelestarian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H