[caption caption="Ilustrasi - tidur sehat (Shutterstock)"][/caption]Tanggal 18 Maret 2016 ini diperingati sebagai World Sleep Day, Hari Kesehatan Tidur Sedunia. Pada hari ini para pemerhati kesehatan tidur sedunia mencoba mengampanyekan penting kesehatan tidur bagi kesehatan dan kehidupan sehari-hari.
Tema tahun ini adalah: Good Sleep is a Reachable Dream, Tidur yang Baik, Sebuah Mimpi yang Bisa Dicapai. Ya, bagi sebagian orang tidur adalah sebuah bentuk kemewahan. Entah karena tugas, aktivitas sehari-hari, pekerjaan, memiliki bayi atau karena penyakit tidur. Apa pun penyebabnya, masyarakat Indonesia belum menyadari pentingnya kesehatan tidur. Bahkan yang sudah mengalami gangguan fungsi berupa kantuk berlebihan di siang hari pun masih salah mengidentifikasi masalahnya.
Ya, kita terbiasa melihat masalah kesehatan hanya dari sisi nutrisi dan olahraga. Kita tak sadar bahwa sebenarnya dasar utama dari kesehatan yang paripurna justru terletak pada kesehatan tidur. Dengan tidur yang baik, sistem metabolisme tubuh kita pun akan baik. Kesehatan tidur juga menjamin restorasi, kelenturan otot, dan prestasi dalam berolahraga. Tanpa kesehatan tidur yang baik tak akan ada kesehatan.
Kantuk
Akibat utama dari kesehatan tidur yang buruk adalah kantuk. Tetapi banyak orang tak menyadari bahwa dirinya mengantuk. Lihat saja sekeliling, berapa banyak kelucuan yang disebabkan kealpaan dalam beraktivitas. Salah mengambil kunci, salah mengirim teks, lupa tempat parkir dan masih banyak kealpaan lain yang sebenarnya merupakan tanda-tanda kantuk.
Hanya saat tidur kemampuan otak kita dijaga. Jadi gejala kantuk bisa muncul sebagai kecerobohan, turunnya kemampuan konsentrasi, emosional atau turunnya libido. Rasa kantuk seperti yang kita ketahui dengan mudah bisa "diganjal" dengan kafein atau minuman penambah energi lain. Tetapi kemampuan otak tidak. Jadi saat kita kekurangan tidur, kafein akan membantu kurangi kantuk, tetapi kemampuan otak yang sudah terlalu lelah tak akan terbantukan.
Akibat kantuk bukan saja membunuh produktivitas dan kreativitas, tetapi juga buruk bagi keselamatan dan kesehatan. Sadarkah Anda jika berkendara dalam kondisi mengantuk lebih berbahaya daripada mabuk?
Bukti-bukti ilmiah akibat buruk kurang tidur bagi kesehatan juga semakin menggunung. Daya tahan tubuh yang buruk, peningkatan tekanan darah, perubahan metabolisme hingga kanker.
Tak ada satu zat pun di dunia yang dapat menggantikan efek restoratif tidur.
Penyakit Tidur
Banyak gejala penyakit tidur selain insomnia. Tak banyak orang tahu tentang parasomnia atau hipersomnia. Hipersomnia adalah kantuk berlebihan di siang hari. Sementara, parasomnia adalah gerakan atau vokalisasi tak wajar yang terjadi saat tidur. Yang populer di kalangan muda saat ini adalah sleep texting. Suatu bentuk mengigau yang manifestasinya berupa texting di smartphone.
Hipersomnia merujuk pada beberapa penyakit tidur seperti gerak periodik tungkai saat tidur, narkolepsi, dan henti napas saat tidur (sleep apnea).
Khusus sleep apnea, para ahli memberikan penekanan khusus karena bahaya dan banyaknya jumlah penderita. Sleep apnea memiliki gejala yang sangat biasa, yaitu mendengkur. Akibat mendengkur juga tak sepele: hipertensi, diabetes, penyakit jantung, stroke, kematian hingga impotensi. Bahkan sebuah jurnal kedokteran menyebutkan bahwa mendengkur merupakan faktor risiko yang lebih berat bagi kesehatan jantung dibanding obesitas dan peningkatan kolesterol.
Insomnia pun bukan lagi sekedar sulit tidur. Penyakit tidur seperti sindroma tungkai gelisah pun sering kali luput dari perhatian dokter. Walau pasien mengeluhkan rasa gelisah dan sulit tidur, penyebabnya belum tentu kecemasan. Sindroma tungkai gelisah disebabkan oleh gangguan pada saraf kaki hingga penderitanya sulit tidur karena dorongan untuk gerakkan kaki di tempat tidur.
Mewahnya Tidur
Harga yang harus dibayar saat tidur tak sehat sangatlah besar. Bayangkan potensi anak yang dibangun saat tidur hilang begitu saja akibat gangguan tidur yang dideritanya. Atau sekian nyawa hilang akibat kecelakaan karena mengantuk. Atau proyek miliaran rupiah hilang akibat ketidaktelitian dalam membuat proposal.
Dalam masyarakat yang mengagungkan produktivitas dan prestasi, kita harus memiliki performa yang maksimal. Sayangnya kurang tidur tak dapat dilatih. Jika kita tidur kurang dari kebutuhan kita, otomatis performa kita akan menurun.Â
Jadi bagaimanakah kita bisa bersaing di era ini? Kesehatan tidurlah jawabannya.
Pandangan orang harus mengorbankan tidur untuk meningkatkan produktivitas sudah usah dan salah besar. Vitamin otak yang sesungguhnya adalah tidur sehat. Tidur yang sehat adalah langkah cerdas untuk meningkatkan produktivitas.
Tidur adalah kebutuhan dasar manusia. Untuk manusia Indonesia yang sehat dan berkualitas, mulai perhatikan kesehatan tidur. Prioritaskan kesehatan tidur hingga tidur bukanlah suatu kemewahan lagi.
Tidur yang baik adalah sebuah mimpi yang bisa diraih!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H