Mohon tunggu...
Andreas Prasadja
Andreas Prasadja Mohon Tunggu... profesional -

Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama pada AP Snoring & Sleep Disorder Clinic serta Sleep Disorder Clinic - RS. Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine www.andreasprasadja.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tidur dan Berat Badan, Mana dulu yang Diperbaiki?

14 November 2012   06:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:24 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengurangi tidur, peserta pria mengalami peningkatan kadar ghrelin yang berperan dalam meningkat nafsu makan, sementara wanita tidak. Ghrelin itu dihasilkan oleh sel-sel pankreas. Kadarnya meningkat tajam sebelum makan dan perlahan menurun setelah makan.

Peserta wanita justru mengalami penurunan kadar GLP-1. GLP-1 dihasilkan oleh sel-sel usus ketika kita makan dan memiliki kecenderungan untuk mengurangi rasa lapar.

Tidur dan Berat Badan

Kedua penelitian ini memberikan hasil yang bertolak belakang. Yang pertama menunjukkan penerunan berat badan akan memperbaiki kualitas tidur, sementara yang kedua membuktikan durasi tidur yang cukup justru mempermudah penurunan berat badan. Sepertinya kedua penelitian ini memberikan kebenaran yang berbeda. Yang pertama kualitas tidur, sementara yang kedua durasi tidur.

Penelitian pertama tunjukkan bagaimana penurunan berat badan akan perbaiki kualitas tidur. Pada ras kaukasia, kegemukan merupakan penyebab utama sleep apnea. Mereka mendengkur ketika berat badan berlebih, tentu berbeda bagi ras Asia yang memiliki struktur tulang wajah berbeda. Rahang kita lebih sempit dan leher kita lebih pendek. Bagi orang Indonesia, tak perlu gemuk untuk menderita sleep apnea.

Dengan menumpuknya lemak di area leher, tentu akan menekan saluran nafas hingga lebih menyempit. Akibatnya organ-organ lunak akan bergetar dan sebabkan dengkuran. Selanjutnya tidur akan semakin dalam dan saluran nafas semakin melemas. Akibatnya terjadi penyumbatan total saluran nafas, hingga penderita sesak selama tidur. Penumpukan lemak daerah perut dan dada juga akan membatasi gerak nafas. Dengan adanya sesak, penderita sleep apnea mudah terbangun hingga buruk kualitas tidurnya.

Penurunan berat badan jelas akan membantu pengurangan lemak dan dengan sendirinya memperbaiki kualitas tidur seseorang.

Sementara lewat penelitian kedua, kita paham bagaimana durasi tidur mempengaruhi nafsu makan dan berat badan pada akhirnya. Kurangnya durasi tidur membuat kita lebih lapar. Hanya mekanismenya berbeda pada pria dan wanita. Saat kurang tidur, pria akan merasa lebih lapar. Sedangkan wanita, akan merasa tak kunjung kenyang ketika durasi tidurnya kurang.

Para peneliti mendapati bahwa dengan durasi tidur yang kurang, manusia cenderung untuk makan berlebihan. Mungkin ini berkaitan dengan hipotesa mempertahankan kecukupan energi. Saat lelah dan mengantuk, tubuh butuh energi lebih banyak. Itu sebabnya, saat kurang tidur para peserta penelitian mengonsumsi 300 kalori lebih banyak dibanding saat cukup tidur.

Jadi gambaran umumnya seperti ini, kedua penelitian ini menunjukkan bagaimana tidur dan berat badan saling mempengaruhi. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya untuk kesehatan dan kebahagiaan. Berat badan berlebih jelas meningkatkan berbagai resiko penyakit seperti penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah dan diabetes. Sama halnya dengan tidur yang tidak sehat juga beresiko menderita diabetes, dan penyakit jantung-pembuluh darah.

Ingin lingkaran setan? Berat badan dibiarkan naik, dan tidur dibatasi terus hingga keduanya saling memperburuk. Atau lingkaran kebaikan? Kendalikan berat badan dan perbaiki tidur, hingga berat badan turun, nafsu makan terkendali, tidur nyaman dan hidup sehat serta bahagia. Semua bergantung pada diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun