Banyak orang di Indonesia baru mendengar istilah sleep lab atau laboratorium tidur. Hal yang baru mulai mencuat di tanah air, namun sebenarnyasudah populer di negara-negara maju sejak lama.
Pemeriksaan tidur sebenarnya merupakan pemeriksaan standar dalam dunia kedokteran sama halnya seperti pemeriksaan radiologi, perekaman jantung ataupun pemeriksaan darah. Semua digunakan untuk menegakkan diagnosa penyakit. Bedanya jika semua pemeriksaan medis selama ini dilakukan saat pasien terjaga, pemeriksaan tidur dilakukan untuk melihat fungsi-fungsi tubuh pasien saat tidur.
Pemeriksaan ini pun kini sudah berubah dari ranah penelitian, menjadi ranah pemeriksaan klinis kedokteran sehari-hari.
Kesehatan Tidur
Laboratorium tidur mulai dikenal luas seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan tidur.
Konsep kesehatan masa kini, tak hanya mengenal nutrisi dan olah raga sebagai sumber kesehatan, tetapi tidur yang sehat juga sama pentingnya. Ini tampak dalam berbagai jurnal penelitian kedokteran, dalam setiap penerbitannya hampir selalu ada penelitian tentang tidur. Misalkan pada jurnal penyakit dalam, anak, kesehatan jiwa, penyakit syaraf dan lain-lain.
Kini jurnal penelitian kesehatan tidur pun bermunculan dan sangat aktif mengungkap berbagai rahasia penyakit. Hipertensi misalnya, kini telah diketahui bahwa salah satu penyebabnya adalah mendengkur. Juga tentang aktivitas jam biologis dan hubungannya dengan metabolisme tubuh.
Tak heran dalam tata laksana berbagai penyakit terkini, pemeriksaan dan perawatan gangguan tidur sudah termasuk didalamnya.
Polisomnografi (PSG) adalah nama alat yang digunakan di laboratorium tidur. Artinya adalah perekaman fungsi-fungsi tubuh selama tidur.
Fungsi-fungsi tubuh yang direkam antara lain: gelombang otak, gerakan bola mata, regangan otot, aliran udara nafas, getaran pada leher (dengkur), gerakan nafas, fungsi jantung (EKG), posisi tidur, kadar oksigen, dan gerakan kaki. Tubuh akan dilekatkan dengan banyak sensor.