Mohon tunggu...
Andreas Prasadja
Andreas Prasadja Mohon Tunggu... profesional -

Praktisi kesehatan tidur, konsultan utama pada AP Snoring & Sleep Disorder Clinic serta Sleep Disorder Clinic - RS. Mitra Kemayoran, pendiri @IDTidurSehat , penulis buku Ayo Bangun! anggota American Academy of Sleep Medicine www.andreasprasadja.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mendengkur Tingkatkan Risiko Kematian, Stroke dan Kanker

21 April 2014   16:13 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah penelitian yang baru saja diterbitkan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine edisi April 2014 menunjukkan bahwa mendengkur dengan henti nafas yang parah akan tingkatkan risiko kematian, stroke dan kanker.
Mendengkur
Masyarakat kita mungkin telah terbiasa dengan ngorok. Suara dengkuran yang mengganggu teman tidur sering kali dianggap sebagai sesuatu yang wajar, bahkan dijadikan bahan tertawaan. Tetapi sebenarnya mendengkur menyimpan potensi bahaya yang serius.
Henti nafas saat tidur atau sleep apnea merupakan salah satu penyebab hipertensi, berbagai penyakit jantung, diabetes, stroke, bahkan kematian.
Mendengkur terjadi karena saluran nafas yang menyempit saat tidur. Akibatnya saluran nafas bisa tersumbat hingga tak ada udara yang dapat lewat. Perhatikan saja para pendengkur. Di antara ngorok, terkadang diikuti episode sunyi, namun gerakan nafas tampak menghebat. Penderita tampak sesak seolah tercekik dalam tidurnya. Setelah beberapa waktu, seketika ia akan tampak tersedak dan mengambil nafas, lalu mendengkur kembali.
Tapi tak semua dengkuran berarti sleep apnea. Pendengkur harus menjalani pemeriksaan tidur di laboratorium tidur terlebih dahulu untuk memastikannya. Nantinya penderita sleep apnea akan dikategorikan menjadi dengkuran tanpa henti nafas, sleep apnea ringan, sedang atau berat berdasarkan jumlah henti nafas perjam yang dialaminya.
Penelitian
Sebuah tim peneliti di Australia mencatat dan mengikuti 397 orang dewasa selama 20 tahun. Para peserta diperiksakan dengkurnya lalu dikategorikan berdasarkan derajat keparahan sleep apnea.
Hasilnya, risiko kematian penderita sleep apnea yang sedang dan berat adalah 4x lipat dari pendengkur tanpa sleep apnea. Mereka juga memiliki risiko 4x lipat terserang stroke. Sementara kemungkinan menderita kanker adalah 2,5 kali lipat dan kemungkinan meninggal akibat kanker adalah tiga kali lipat.
Sejatinya mendengkur dan sleep apnea selalu dikaitkan dengan kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Tetapi penelitian pada populasi kota Busselton di Australia ini juga menunjukkan risiko kematian akibat kanker pada pendengkur. Ini memberikan kemungkinan lain tentang hubungan obesitas dan kanker.
Sleep Apnea dan Kanker
Hubungan diantara keduanya belum sepenuhnya dipahami. Kelompok peneliti di Spanyol menemukan bahwa tikus dengan kondisi oksigen malam hari yang dibuat mirip dengan pendengkur atau penderita sleep apnea, akan akibatkan percepatan pertumbuhan sel-sel kanker.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun