Agus Prasetyo, No. 70
Kutulis rinduku lewat nafas-nafas angin malam tanpa jiwa
bertaburkan kerlingan bintang yang terurai
dalam keheningan
: Â aku rindu
menelusuri kembali sejuknya nuansamu
menapaki semuanya
namun ada gamang di sudut hati
masihkan terdengar gemerisik angin
membelai dedaunan
membasuh segala bayangan dan lamunan diri
tetapkah dikau seperti gadis desa
lugu, polos, tak bermake-up, tak bergincu?
Kurajut rinduku di mega-mega angkasa
berselimutkan hamparan langit biru
Setelah sekian lama aku mengembara
mencari jati diri
mencari jatining hidup yang hakiki
: Â puluhan kota tlah kulalui
semua telah berubah
memacu diri dalam derap pembangunan
Apakah kau akan seperti itu?
Kulenggangkan rinduku dalam sukma
bersandingkan bunga-bunga asmara dalam dada
dalam kesendirian kukidungkan
tembang-tembang kehidupan
kurangkum dalam suatu simphoni
: Â malam ini kukejar bulan-Mu
sebagai teman menelusuri jalan malam
- o, kota tercinta, bumi kelahiran
sekarang baru terasa rinduku
semakin menggebu
Dan ketika aku singgah ke pangkuanmu
melepas segala rindu
melepas segala hasrat berjumpa
: Â Sragen
kini kau bukan kotaku yang dulu
tapi kau kota impianku
Dalam arena pembangunan
kau gelarkan segala pesonamu
kau singkapkan segala tirai prestasimu
dalam kibaran panji SRAGEN ASRI
- o, kota tercinta, bumi kelahiran
kau kepakkan sayapmu
melanglang buana, menguak batas cakrawala
- o, kota tercinta, bumi kelahiran
- Suatu saat nanti kita kan menyatu
dalam jiwa yang bersatu
Sragen, 1991
kutulis ulang sebagai kenangan
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community di http://www.kompasiana.com/androgini