Mohon tunggu...
SRI SUPRAPTI
SRI SUPRAPTI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Hobi : Gemar Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komunikasi Dengan Bahasa Jawa, Pentingkah?

27 November 2023   10:40 Diperbarui: 27 November 2023   10:48 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedangkan 4.Memiliki Tingkatan Penggunaan.Ada empat tingkatan penuturan Bahasa Jawa. Dan ini biasanya dilambangkan sebagai bentuk penghormatan. Keempat tingkat Bahasa Jawa tersebut di antaranya adalah ngoko (kasar), madya (biasa), krama (halus) dan krama inggil (halus sekali); 5. Hanacarakan Masuk Jadi Aksara Terindah di Dunia. Dikutip dalam matadornetwork.com, bahasa Jawa masuk ke dalam daftar aksara terindah di dunia. Hanacaraka datasawala padhajayanya magabathanga adalah huruf aksara yang terkenal di Jawa.

Penulis menulis hanya mengingatkan bahwa tulisan ini merupakan awal dari membuka kembali pikiran anak-anak untuk  bisa mengerti masalah yang ada hubungannya dengan bahasa Jawa. Dan Orang Tua di rumah pastinya juga ikut mendukung. Agar  bahasa Jawa bisa terus hidup, jalan dan berkembang.

            Sebagai salah satu guru bahasa Jawa di Surakarta , menyatakan bahwa tulisan ini amat sangat bermanfaat sekali bahkan merasa bangga dan terharu .Apabila Orang Tua yang di rumah ikut peduli dan mendukung agar bahasa Jawa tetap hidup, jalan dan berkembang. Namun hatiku bertanya, apakah bisa berjalan ? Apakah bisa berkembang ?

            Memang Bahasa Jawa sudah ada sejak adanya orang Jawa dan akan tetap hidup selama masyarakat Jawa masih ada ( hidup ). Tetapi yang menjadi masalah adalah bagaimana bahasa Jawa itu bisa jalan dan berkembang ? Kalau melihat masyarakat jaman sekarang, tidak sedikit Orang Tua yang mengajarkan dan mendidik anak-anaknya dengan menggunakan bahasa Indonsia. Alasannya sangat beraneka ragam antara lain ; karena Orang Tua sendiri juga merasa tidak  bisa menggunakan bahasa Jawa dan akhirnya Orang Tua takut salah dalam mengajarkan bahasa Jawa kepada anaknya.

            Tidak aneh apabila anak-anak jaman sekarang tidak hafal dengan nama-nama anak binatang sampai cara mengundang binatang itu sendiri. Nama-nama tanaman, mulai dari  bunga, pohon-pohonan, daun-daunan, buah-buahan, bakal buah, isi, sampai jenis pala. Urutan dari keturunan, saudara / kekerabatan,  termasuk sebutan dari anak mulai dari ontang anting ( anak satu  laki-laki )   sampai wungkul ( anak yang lahit tanpa ari-ari ).

            Di samping itu kalau di rumah dalam komunikasi sehari-hari dengan Orang Tuanya juga jarang menggunakan bahasa Jawa. Padahal, kalau dilaksanakan  dengan hati yang tulus lahir maupun batin, semua akan menjadi baik. Namun kalau sudah mempunyai prinsip bahwa bahasa Jawa krama inggil itu merupakan bahasa ndesa, bahasa kuno dan bahasanya Orang Tua, mustahil akan tetap ada, jalan dan berkembang.

  Orang Tua tidak berusaha untuk mengajarkan kepada anak-anaknya dan  biasanya Orang Tua sendirilah yang kurang sabar dalam mengajarkan bahasa Jawa krama inggil kepada anaknya. Bahkan di sekolahpun Siswa dalam menerima pelajaran dan Guru dalam menyampaikan pembelajarannya menggunakan bahasa Indonesia. Jadi, hal ini juga menjadikan kendala bahasa Jawa untuk berjalan dengan baik apalagi untuk berkembang.

            Apalagi Pelajaran Bahasa Jawa di sekolahan masuk sebagai mata pelajaran muatan lokal dan satu Minggunya hanya 2 jam tatap muka, juga tidak masuk dalam Ujian Nasional. Tidak aneh kalau Orang Tua dan  Siswa  sebagai  generasi penerus menganggap enteng pelajaran tersebut.

Hal itu sangat berbeda jauh sekali di saat saya masih kecil dan masih teringat sekali, apabila bertemu dengan siapapun entah itu Guru atau Orang yang lebih tua ataupun yang baru dikenal selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Jawa krama inggil.  Dan tidak menggunakan bahasa Indonesia. Karena dengan menggunakan basa krama inggil  ini merupakan bentuk bahwa kita itu lebih menghargai orang lain ( lebih halus ) dan merendahkan diri sendiri. Begitu juga apabila sedang berjalan dan melewati Orang Tua atau orang lain yang sedang duduk, maka secara otomatis akan menunduk dan menyapa. Bagaimana dengan anak jaman sekarang?

Oleh karena itu, pentingnya Orang Tua mendukung dan mendidik kepada anaknya untuk selalu menggunakan basa krama inggil/ basa krama alus. Perlu diketahui bahwa yang menggunakan basa Krama Inggil itu antara lain : Murid atau Siswa dengan Guru, Anak  Muda dengan Orang yang lebih Tua, Anak dengan Orang Tua, Pegawai atau Pembantu dengan Atasannya / Pemimpinnya.

            Kalau dilihat kegunaan dari basa krama inggil, di lingkungan sekolah itu Siswa dengan Guru memang harus menggunakan bahasa Jawa krama inggil. Tetapi kenyataannya hanya dengan Guru bahasa Jawalah anak-anak itu berkomunikasi dengan menggunakan krama inggil (campuran bahasa Indonesia), sedangkan dengan Guru selain bahasa Jawa umumnya menggunakan bahasa Indonesia. Anak muda dengan orang yang lebih tua, tidak jarang juga menggunakan bahasa Indonesia. Begitu juga anak dengan Orang Tua dan pegawai dengan atasannya. Bahkan di lingkungan kantor, masih banyak terlihat yang menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun