Judul Film: Tanda Tanya
Produser : Celerina Judisari & Hanung Bramantyo
Sutradara : Hanung Bramantyo
Penulis Naskah : Titien Wattimena
Pemain Film : Revalina Sayuthi Temat, Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, Hengky Sulaeman
Tanggal Rilis : 7 April 2011
Durasi Film : 100 menit
Distributor : Dapur Film & Mahaka Pictures
Film karya Hanung Bramantyo ini mengambil tema yang tidak asing lagi bagi kita, masyarakat Indonesia. Tema tersebut antara lain kehidupan dalam keberagaman. Indonesia identik dengan keberagaman dengan adanya semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Film ini menceritakan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia di tengah keberagaman, serta konflik sosial yang terjadi dalam masyarakat beragam.
Setiawan Hanung Bramantyo, selaku produser dan sutradara dari film “Tanda Tanya” ini adalah seorang sutradara muda yang berprestasi. Ia adalah seorang produser, sutradara, penulis skenario, dan aktor Indonesia. Ia mencapai titik puncak kariernya ketika ia mendapat penghargaan sebagai Sutradara Terbaik melalui film “Brownies” pada Festival Film Indonesia 2005 dan film “Get Married” pada Festival Film Indonesia 2007. Sampai saat ini, ia masih sering kali mendapatkan nominasi sebagai Sutradara Terbaik melalui berbagai film, termasuk film “Tanda Tanya”.
Film “Tanda Tanya” ini mengisahkan kehidupan tiga keluarga dengan perbedaan keyakinan dan latar belakang, yang hidup berdampingan di area dekat Pasar Baru. Keluarga pertama adalah keluarga Tan Kat Sun, pemilik restoran Canton.
Tan Kat Sun menganut agama Budha, namun beliau selalu menghargai setiap orang terlepas dari perbedaan. Pada restorannya yang mayoritas menyediakan hidangan non-halal, ia juga tetap menyediakan hidangan halal sehingga semua orang dapat makan di restorannya. Namun sayangnya, ia jatuh sakit dan harus digantikan oleh Hendra, putranya yang kurang menghargai perbedaan dalam masyarakat.
Keluarga kedua adalah keluarga Soleh dan Menuk yang merupakan Muslim yang taat. Menuk bekerja di restoran Canton, sedangkan Soleh merupakan seorang pengangguran.
Hal ini menyebabkan muncul sedikit konflik diantara keduanya dengan Soleh, sebagai kepala keluarga, malu hidup bergantungan dengan istrinya. Soleh juga mempunyai konflik dengan putra dari Tan Kat Sun, Hendra yang dulu pernah dekat dengan Menuk. Ketika keduanya berpapasan di jalan, Soleh langsung mengatai Hendra “Cina”, dan dibalas dengan “Islam, teroris asu!”, yang berakhir dengan mereka bertengkar.
Keluarga ketiga adalah keluarga Rika, seorang janda yang berpindah agama menjadi penganut agama Katolik, dimana sebelumnya ia seorang Muslim. Rika bimbang dengan pilihannya berpindah agama karena sempat mempengaruhi hubungannya dengan anaknya, Abi. Rika mempunyai teman bernama Surya. Surya memiliki masalah tersendiri dimana ia susah menghidupi hidupnya. Selama 10 tahun, ia bekerja menjadi seorang aktor, namun ia hanya menjadi pemeran pembantu sepanjang kariernya. Sekalinya ia mendapatkan peran utama, ia mendapat peran sebagai Yesus, walaupun dirinya seorang Muslim. Hal ini pun membuat dirinya bimbang.
Film ini menunjukkan keberagaman di Indonesia dengan cerita menggunakan latar waktu serasi dengan hari raya agama, seperti perayaan paskah, idul fitri, dan diakhiri dengan hari natal. Film ini juga membawa konflik dan kekerasan terhadap perbedaan agama. Hal ini ditunjukkan dengan adegan awal film, dimana seorang pastor dibunuh di gereja. Alur yang digunakan film ini sangat mudah, yaitu alur maju. Cerita selalu bergerak maju, sehingga cukup mudah untuk memahami jalan cerita film ini.
Kisah film ini berputar pada permasalahan masing-masing keluarga dan perorangan yang sesuai dengan permasalahan sosial di Indonesia masa kini. Film “Tanda Tanya” ini mengambil topik yang sangat menarik dan relevan dengan permasalahan dalam masyarakat Indonesia saat ini, sehingga sangat realistik.
Hal ini pun membuat cerita film menjadi sungguh bermakna serta memiliki pesan moral yang kita semua dapat pelajari. Dari film ini, kita diingatkan kembali akan pentingnya terwujud pluralisme serta toleransi dalam masyarakat beragam, yaitu masyarakat Indonesia. Perbedaan agama, etnik, budaya, dan lainnya tidak seharusnya membuat kita menjadi terpecah belah, melainkan satu dan bersatu menjadi semakin kuat serta saling melengkapi sesama.
Dalam film ini, toleransi dalam beragama dan perbedaan sering kali muncul dalam beberapa adegan film. Hanung tidak berhenti menunjukkan pentingnya toleransi hingga akhir film, sehingga membuat pesan yang ingin disampaikan terpampang sangat jelas dan mudah dipahami.
Salah satu bagian film yang menunjukkan toleransi ada pada adegan 12, 14, dan 38, dimana Koh Tan menyuruh dan mengingatkan Menuk untuk menjalankan salat terlebih dahulu. Walaupun, pada saat itu, masih terdapat banyak pelanggan yang datang ke restoran tersebut. Melalui adegan ini, kita dapat melihat bentuk toleransi agama dimana terdapat penghargaan dan penghormatan terhadap kewajiban seorang manusia beragama untuk beribadah kepada Tuhan.
Tidak hanya topik yang menarik, cara penyampaian cerita dengan tiga sudut pandang yang berbeda, yaitu sudut pandang keluarga Tan Kat Sun, Soleh dan Menuk, dan Rita, juga membuat cerita ini sungguh menarik untuk ditonton. Cara penyampaian ini membuat kita seolah-olah menyaksikan beberapa cerita yang berbeda, namun entah bagaimana selalu terhubung satu dengan yang lain. Hal ini membuat film ini unik dan berbeda dengan banyak film lainnya. Kemudian, penulisan tokoh sangat mendalam dan detail, dimana setiap tokoh diceritakan perilaku, latar belakang, dan ciri khasnya masing-masing. Penulisan yang bagus ini pun membuat kita merasakan kedekatan tersendiri dengan tokoh-tokoh tersebut.
Penulisan dialog yang terstruktur, realistis, dan menggunakan bahasa daerah juga merupakan salah satu kelebihan dari film ini. Dialog yang terstruktur mendukung kita menjadi lebih memahami karakter dari masing-masing tokoh secara lebih dalam. Kemudian, sering kali tokoh menggunakan bahasa daerah. Hal ini membuat percakapan antar tokoh bermakna, intens, dan realistis dengan keberagaman yang ada di Indonesia, yaitu salah satunya bahasa.
Sayangnya, alur cerita cenderung berjalan dengan lambat pada awal film. Cerita dari masing-masing tokoh dan alur pembangunan konflik utama terasa terlalu lambat dan panjang. Meski tentu kita akan lebih memahami setiap tokoh dan masalah yang mereka hadapi, namun, hal ini menyebabkan cerita konflik utama film dan penyelesaian masalah terasa sangat singkat dan terburu-buru. Konflik utama mulai terjadi setelah sekitar 60 menit film berlangsung. Hal ini juga dapat membuat penonton merasa bosan terlebih dahulu menyaksikan awal film sebelum menyaksikan keseluruhan film.
Terlepas dari kekurangan yang ada, film ini merupakan film yang menarik dan mempunyai pesan moral yang sungguh bermakna. Namun, film ini memang mengandung isu yang dapat menjadi suatu topik yang sensitif bagi beberapa orang dan dapat berujung ke konflik. Walaupun begitu, film ini tetap direkomendasi ke seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat muda dan remaja Indonesia. Hal ini agar masyarakat Indonesia semakin sadar akan permasalahan sosial yang kita hadapi sekarang ini. Kemudian, agar sudah tertanam nilai pluralisme serta toleransi dalam masyarakat muda dan remaja sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, I. C. (20 Januari 2021). Sinopsis Tanda Tanya: Film Tentang Keberagaman Tayang Di Netflix. tirto.id. https://tirto.id/sinopsis-tanda-tanya-film-tentang-keberagaman-tayang-di-netflix-f9qJ
Bramantyo, H. BAB III DESKRIPSI FILM “?” (TANDA TANYA). Welcome to Walisongo Repository - Walisongo Repository. http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/425/4/081211068_Bab3.pdf
Pasaribu, A. J. (12 April 2011). Tanda Tanya: Berbeda-beda, Tetap Belum Satu Jua. Cinema Poetica. https://cinemapoetica.com/tanda-tanya-berbeda-beda-tetap-belum-satu-jua/
Hanung Bramantyo. id.wikipedia.org. https://id.wikipedia.org/wiki/Hanung_Bramantyo#:~:text=Setiawan%20Hanung%20Bramantyo%20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H