Mohon tunggu...
Harta Sujarwo
Harta Sujarwo Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang

Pembelajar multidimensional yang sedang bermetamorfosa, Pengamat, Peneliti, Kritikus dan Invisible Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setan-Jin, si Genius dan Invisibel dalam Hedonisme

21 Maret 2020   09:28 Diperbarui: 27 April 2020   01:40 1916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang dimaksud kalangan Nar ini adalah kalangan sebangsa sistem Piramida sosial yang bersifat destruktif yang selalu menyertai langkah manusia yang enggan memperjuangkan kehidupan Jannah.

Dalam Al-Quran disebutkan terkait dengan Jin Qarin yang fungsinya menyertai manusia yang ingin menyesatkan diri manusia itu sendiri, sehingga Jin Qarin menyertai kesesatan yang dikehendaki manusia itu secara sadar atau tidak (QS 50:27). Ini seperti hukum permintaan dan penawaran sebagai dua kekuatan yang secara bersamaan menggerakkan perekonomian.


Persamaan Dan Perbedaan Kedudukan Jin dan Insan


Sesama ciptaan Allah. Manusia dan Jin sama-sama berpotensi menjadi baik dan atau buruk. Bedanya, Jin berasal dari kalangan yang berenergi (Powerfull). Sedangkan insan berasal dari kalangan yang lemah (dhuafa). Faktanya ada juga Jin, si manusia jenius yang shalih  dan atau menyimpang (QS: Al-Jinn: 11 dan 14). Begitu juga manusia biasa.


Sebagaimana gambaran kaum elit, posisinya di atas Piramida sosial, pantas saja dia dapat mengamati segala sesuatu yang ada  di bawah. Sedangkan kaum dhuafa yang dibawah tak mampu melihat kekuatan pola pikir kaum elit. Karena kelemahan pikiran kaum dhuafa yang sudah didesain. 

Maka jangan biarkan pikiran kita diperlemah. Ingat guys.., mukmin yang kuat lebih Allah cintai dari pada mukmin yang lemah. Terutama kekuatan pikiran, ucapan dan sikap dalam membentengi sihirnya !.

..Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. (Al-A'raf 7:27). 

Maka Jin itu selain sebagai mahluk imajiner (ghaib), juga ternyata sebagai mahluk riil (syahadah). Dalam hal ini Allah mengilmui perihal yang abstrak dan yang realita sebagaimana dalam Surat 59:22. 

Sebagai mahluk imajiner, Jin berupa Mahluk 3 dimensi dari semua motifasi duniawi yang tersembunyi terkait atas perut, perut dan bawah perut. Sedangkan sebagai mahluk riil, Jin sebagai tempat bergantung manusia pada ambisi yang bersifat hedon. Misalnya: lawan jenis, keturunan/anak buah., transportasi, pertanian, peternakan, dll (QS 3:14).


Manusia Bergantung Pada Dimensi Jin?


Selama ini tanpa disadari, umumnya manusia telah bergantung pada hasil karya (dimensi) Jin. Karena tidak tahu, otomatis tidak tergantung pada (dimensi) Malaikat yang Allah utus untuk merisalahkan aturan Allah. Kita lebih gelisah jika kehilangan android. Tapi kita malah santai jika tak tahu isi Al-Kitab. Dalil berikut, bukti kebanyakan manusia bergantung pada dimensi Jin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun