Mohon tunggu...
prana kusuma
prana kusuma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tulisan yang Lain tentang PLTB Gunung Slamet

19 Juli 2017   22:44 Diperbarui: 20 Juli 2017   01:56 1983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang berbeda saat saya pulang ke Purwokerto pada libur semester ini, yaitu coretan vandalisme yang menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Gunung Slamet di beberapa sudut kota Purwokerto. Menurut saya tulisan protes tadi kata katanya sudah sangat arogan, keras, dan merusak pemadangan kota. Mungkin harus ada pandangan berbeda dari anak muda yang lahir dan besar di bawah kaki gunung Slamet ini tentang pembangunan PLTU tersebut karena menurut  petisi yang berkembang sudah terlalu melebar dan agak berlebihan. 

Yang pertama adalah kebutuahan energi dan ketergantungannya, Selama ini Indonesia mengalami defisit listrik dan penyalurannya yang belum merata. Harus kita sadari bersama bahwa kebutuhan kita sangatlah banyak bagaimana target Jokowi untuk membangun 35.000MW listrik pada masa pemerintahannya dan realisasinya adalah dengan pembangunan PLTB Gunung Slamet ini. Indonesia masih bergantung dengan energi fosil yang sangat tidak ramah lingkungan dan tidak bisa terbarukan, dimana 70% listrik yang kita pakai sekarang adalah hasil dari pembakaran batu bara, minyak bumi, gas alam yang juga merusak lingkungan lebih parah dari pembangunan PLTB Gunung Slamet ini gais. 

Pembangunan PLTB ini adalah cara mengurangi 70% ketergantungan kita pada energi fosil tadi. (1) 

Menelaah bagian per bagian di petisi anti PLTB yang kata katanya udah sangat liar hentikan hentikan aja padalal lu tidur masih nyalain lampu, disitu diceritain kalo proyek ini bakal membabat 24.660 hektar hutan yang terbentang dari Kec.Kaligua Kab.Brebes sampai Kec. Baturraden Kab.Banyumas (sumber:petisi di change.org). 

Heran ini lebe banget tulisannya, menurut sumber situs perhutani banyumas yang saya baca luas KPH Banyumas Timur aja cuma 14.000 ha dan luas KPH brebes barat cuma 4.000 ha, kok ini bisa keluar sampe 24 ribu hektar. Saya juga berusaha mencari refrensi data proyek ini bakal dibangun menurut situs ( http://www.mongabay.co.id )PLTB Baturraden bakal dibangun di total ada 488,28 hektare (ha) rinciannya, 44 ha pada lokasi eksplorasi di Brebes dan 444,28 ha di wilayah Banyumas dan nantinya pun yang diratakan 137.5 hektar. Dan sudahlah itu cuma data yang baca ngga peduli amat kalo diplintir sampe 100 lipatpun. 137,5 hektar banyak juga si tapi tahukah kalian sejak tahun 2002 setiap tahunnya 100-150 hektar sawah di banyumas jadi perumahan, atau berapa hektar lahan Pabrik Semen Bima Ajibarang. 

Lanjut ke flora dan fauna yang katanya bakal menyingkir dari wilayah eksplorasi dan itu pastinya bakal terjadi, tapi kita bandingin aja deh sama PLTU batu bara sumber listrik lampu rumah kita sekarang, dimanapun pastinya PLTU batu bara berdampak pada laut sekitarnya airnya jadi asam dan perairan sekitarnya jadi hangat. Nelayang makin jauh nyebrang lautnya gara gara ikannya menyingkir dan Asam nya air laut ini malah lebih bahaya dari eksplorasi PLTB karena makin mempercepat es di kutub mencair. Para aktivis pegiat lingkungan pastinya tau kalo 50% listrik kita setiap hari dipasok dari PLTU batu bara ini. Dan di cilacap ada 3 PLTU batu bara beroperasi. 

Sebuah hal yang sangat membuat "geget" saat aliansi mahasiswa menolak pembangunan pembangkit listrik yang berusaha mengurangi ketergantungan energi batu bara ini. Ini yang harus kita perbuat mampu mebuka pikiran lebih besar dan komprehensif melihat sebuah permasalahan. (2)

Yang ketiga tentang PLTB Gunung Slamet yang bikin sumber air yang kotor dan mengering. Menurut sumber (Banyumaskab.go.id) yang saya baca, proses pengeboran PLTB ini memang menggunakan sumber air sekitar yang ada di lokasi explorasi yang bikin air nya jadi berkurang dan kotor, tapi nantinya setelah ekspolarasi sumber air akan muncul dari lubang yang di bor. Mungkin telat juga kalo harus mempermasalahkan di awal tahun 2017 ini, kalo target operasi PLTB Gunung Slamet di akhir tahun 2017, karena pembangunannya udah jalan dari 2011 pastinya hutan eksplorasi sudah di babat dan anda semua minta dihentikan. 

Peribahasanya mungkin "nasi sudah menjadi bubur, dan kamu minta nasi goreng"(3)

Cerita jauh di Jepang bagaimana tahun 2011 reaktor nuklir Fukushima nya meledak dan menyebabkan radiasi yang sangat berbahaya, sebuah jajak pendapat menyatakan 41% rakyat jepang menginginkan penutupan reaktor nuklir di seluruh Jepang. Tapi apakah serta merta ditutup? industri menjadi tonggak ekonomi jepang, pabrik pabrik otomotif akan tutup  saat listrik berkurang, maka akan banyak PHK terjadi. Dan pilihan rakyat jepang diantara dua pilihan inilah yang membuat pemikiran rakyat jepang memang pantas disebut negara maju, Pembangkit listrik tenaga nuklir masih beroperasi hingga kini. 

Yang Keempat adalah membahas mengenai investasi yang katanya dari raksasa perusahaan Jerman. Pada petisi dijelaskan seolah olah menerima investasi luar adalah sebuah dosa. Lalu apahal yang dilakukan Jokowi keliling sana sini minta negara lain investasi di negri kita? Kita semua harus paham dan sadar bahwa investasi 7 trilyun cuma buat lubang kentut gunung Slamet cari investornya ngga gampang bro. Dan pastinya perizinannya udah kesana kemari soalnya ini masalah uang besar yang ngga main main kalo gagal yang ruginya 7Trilyun. Jangan sampe nasionalisme kita salah arah terkekang sama anti antek asing, padahal pembangunan PLTU di Cilacap yang dibiayai China sampe sekarang udah jadi 3 mau nambah lagi mbangun 1 sebelahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun